Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Santi!" panggil Abimana yang membuat Santi menoleh dan berlari menghampiri Abimana.
"Tuan Abimana, tolong. Tolong selamatkan nonaku, kami... Kami barusaja mengalami kecelakaan." ucap Santi dengan suaranya yang bergetar.
Abimana dibuat syok dengan perkataan Santi, ia pun segera berlari mendekati Diandra dan menggendong wanita itu keluar dari dalam mobilnya.
"Diandra bangun Diandra! Diandra bangun!" panggil Abimana dengan penuh ketakutan.
"Pak Abimana, kita harus segera membawa nona Diandra ke rumah sakit. Saya tidak mau terjadi apa apa padanya." tangis Santi yang membuat Abimana mengangguk dan memerintahkan Santi untuk mau membantunya membukakan pintu mobil.
Setelah meletakkan Diandra di kursi belakang bersama Santi, Abimana pun segera mengendarai mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat. Setiap detik terasa sangat menyiksa bagi Abimana ketika melihat wanita yang membuat hatinya bergetar, terluka.
"Ya Tuhan aku mohon tolong jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk padanya." ucap Abimana di dalam hatinya yang tidak henti hentinya mendoakan keselamatan Diandra.
Rumah sakit itu berdiri megah di tengah kota, dikelilingi pepohonan yang berjejer rapi seolah ingin menenangkan siapa pun yang datang dengan hati yang resah. Dari kejauhan, bangunannya tampak kokoh, bersih, dan steril. Tapi dari dekat, siapa pun akan tahu—di balik tembok putihnya yang bersih, bersemayam ratusan cerita yang tak pernah diceritakan kepada dunia yang ada di luar sana.
Setibanya di rumah sakit, Abimana langsung menggendong Diandra masuk ke dalam sembari berteriak memanggil dokter. Bau khas antiseptik yang menyeruak dari setiap sudut ruangan, serta tatapan tajam dari pengunjung yang ada disana tidak membuat Abimana merasa terganggu.
Baginya, keselamatan Diandra merupakan hal yang paling utama dari penilaian semua pengunjung yang kedapatan membicarakan Abimana yang barusaja datang tapi sudah berteriak memanggil dokter.
"Dokter! Suster!" teriak Abimana dengan keras.
Teriakan Abimana yang terdengar sampai di penjuru ruangan itu, terdengar sampai di telinga dokter dan juga perawat yang saat ini tengah berada di dalam ruangan pasien. Setelah memeriksa pasien di ruangan itu, dokter dan perawat pun segera keluar untuk menghampiri sumber suara yang memanggil namanya dengan suara keras.
"Ada apa ini ribut ribut?" tanya dokter saat menghampiri Abimana.
"Maafkan saya karena sudah lancang membuat keributan disini dokter, tapi saya mohon, tolong selamatkan gadis ini. Tolong jangan biarkan sesuatu yang buruk menimpanya." ucap Abimana dengan penuh rasa khawatir.
"Anda tenang saja pak, suster... Tolong bawa brankar kemari dan cepat bawa pasien ini ke ruang pemeriksaan." perintah dokter dengan cepat.
"Baik dokter."
Dua orang suster segera membawa brankar yang terdapat di sebelah pintu emergency untuk membawa Diandra masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Saat Diandra tengah diperiksa oleh dokter, Abimana yang tengah menunggu diluar, terlihat mondar mandir di depan pintu ruang pemeriksaan dengan raut wajahnya yang sangat khawatir.
Meskipun baru pertama kali bertemu dan mengenal Diandra, tidak dapat dipungkiri kalau Abimana merasakan rasa takut kehilangan yang teramat besar kepada gadis itu.
"Ini salahku, seharusnya aku memeriksa lagi mobil yang akan digunakan oleh nona Diandra sebelum keluar dari rumah." tangis Santi yang terdengar penuh penyesalan.
"Ini bukan salahmu Santi, Diandra akan baik baik saja. Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpanya." ucap Abimana dengan lembut namun tegas, membuat Santi menggeleng geleng kan kepalanya karena Abimana tidak tahu hal buruk apa yang selalu terjadi pada Diandra.
Ganbatte Kudasai Ne🌹✍️📚