NovelToon NovelToon
Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Vampir / Manusia Serigala / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.

Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.

Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Sama tapi berbeda

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Taman pagi itu begitu tenang, seolah tidak ada satu pun kekacauan yang pernah terjadi di dunia. Arunika duduk bersimpuh di antara semak mawar yang bermekaran, tangannya cekatan merangkai bunga-bunga itu dalam ikatan kecil yang anggun. Warna merah, putih, dan merah muda tersusun indah dalam keranjang rotan yang ia bawa sendiri dari istana.

Ia tersenyum kecil, membayangkan wajah Mark saat menerima rangkaian itu. Suaminya jarang bisa benar-benar tenang akhir-akhir ini, dan Arunika hanya ingin membuatnya tersenyum… walau sesaat.

Ketika ia meraih tangkai mawar merah yang mekar sempurna, duri halusnya menusuk kulit jari manis Arunika. Darahnya mengalir sedikit—tetes kecil berwarna merah gelap jatuh di kelopak bunga. Arunika hanya meringis pelan.

Tapi detik berikutnya, angin berubah. Suasana taman mendadak sunyi—sunyi yang mencekam.

Dari arah pepohonan, muncul suara gemerisik. Lalu langkah-langkah pelan yang berat. Seekor serigala besar berbulu lusuh, matanya kelam dan tubuhnya memancarkan aura kegelapan, muncul perlahan. Nafasnya berembus seperti asap hitam, mencium-ciumi udara.

Ia telah mencium darah Arunika.

Sebelum Arunika sempat berdiri, sosok lain sudah bergerak lebih cepat.

Mark muncul dari balik pagar taman, tubuhnya tegak berdiri melindungi Arunika. Tanpa peringatan, tangannya menyibak udara. Ledakan cahaya keperakan meledak ke arah serigala itu. Tanah bergetar. Serigala itu terhempas ke belakang dan mengerang—namun sebelum tubuhnya menyentuh tanah, kabut pekat muncul dari tanah dan menelannya.

Hilaaaang.

Sunyi kembali.

Mark menatap kabut yang masih melayang, lalu menoleh cepat pada istrinya.

"Arunika, kau tak apa-apa?"

Arunika mengangguk pelan. "Aku… hanya terluka sedikit," ujarnya sembari menunjukkan jarinya yang berdarah.

Mark menatap tetesan darah itu lekat-lekat, lalu menggenggam tangan Arunika. Wajahnya serius.

"Darahmu sudah dicari. Mereka mulai memburumu lagi."

Dan dalam hati mereka berdua tahu, kedamaian itu mulai retak.

Arunika sangat takut hidup disini.

...****************...

"Maafkan aku, Pangeran Pertama," ucap Arunika lirih, menatap jemarinya yang masih sedikit merah. "Aku hanya merangkai bunga mawar ini untukmu untuk sedikit menghiburmu. Tapi, kenapa akhir-akhir ini kau tak seperti biasanya?"

Nada suaranya lembut, namun ada luka kecil dalam pertanyaannya. Ia tahu, ada sesuatu yang disembunyikan Mark. Sejak kejadian aneh di kamar mandi beberapa malam lalu, suaminya lebih sering termenung, menyendiri, dan menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan kuno di bawah tanah—tempat yang dulu bahkan jarang ia kunjungi.

Mark terdiam beberapa detik, lalu perlahan tersenyum. Senyum hangat, seperti yang biasa ia tunjukkan saat melihat Arunika.

"Astaga, sayangku... kamu manis sekali," katanya sambil mengusap lembut pipi istrinya. "Maaf jika aku membuatmu merasa jauh Aku hanya sedang berusaha memahami sesuatu."

Arunika menatapnya lekat-lekat. "Kau sedang mencari sesuatu, ya?"

Mark menarik napas, menoleh sebentar ke arah tempat kabut itu tadi muncul, lalu kembali menatap istrinya. "Lebih tepatnya aku sedang mencoba mengingat sesuatu. Ada bagian dari masa lalu Ayah yang tidak pernah kita pahami. Dan sekarang, aku merasa... bagian itu mulai bergerak dalam darahku sendiri."

Arunika mengerutkan dahi. "Kau bicara seperti seseorang yang tahu sesuatu akan datang."

Mark menunduk, mencium dahi Arunika dengan lembut.

"Aku takut kau akan terluka, Arunika. Tapi aku lebih takut jika kau tak tahu apa yang sebenarnya sedang bangkit. Jadi... malam ini, aku akan membawamu ke perpustakaan bawah tanah. Ada sesuatu yang harus kau baca—catatan Ayah."

Arunika menggenggam tangan Mark erat-erat. Meski hatinya was-was, ia tahu satu hal, Apa pun yang akan dihadapinya bersama Mark, ia akan tetap tinggal di sisinya.

Sebenarnya hatiku sedang tidak tenang.

Arunika POV

Meski bibirku masih bisa tersenyum, meski tanganku masih bisa merangkai bunga, tapi di dalam dada ini, ada perasaan gundah yang tak bisa kukatakan langsung pada Mark.

Semenjak aku mengandung, dunia seolah berubah menjadi lebih sunyi namun berbahaya. Aku bisa merasakan, ada yang mengincar bukan hanya aku, tapi juga anak kami yang belum lahir. Aura itu... gelap, dingin, dan kadang seperti mengintip dari balik bayang-bayang.

Aku tahu Mark mencoba menyembunyikannya. Ia tidak ingin aku takut, tidak ingin aku terbebani dengan rahasia-rahasia yang sedang ia gali. Tapi aku bukan perempuan rapuh.

Aku tahu... aku sedang menjadi pusat dari sesuatu yang lebih besar dari diriku sendiri.

Dan yang membuatku lebih terharu... adalah perhatian dari adik-adik Mark. Joshua bahkan pernah berdiri di depan pintu kamarku sepanjang malam, diam-diam menjaga dari sesuatu yang tidak bisa mereka sebutkan. Pangeran Ketiga pun mengirimkan pasukan penjaga khusus, meski ia tidak pernah bicara banyak.

Aku merasa mereka semua... sedang menyiapkan diri untuk sesuatu yang akan datang.

Dan aku tahu, aku juga harus bersiap.

Untuk anak ini.

Untuk suamiku.

Untuk dunia yang mungkin harus kami lindungi bersama.

...****************...

Malam itu, bulan menggantung penuh di langit, cahayanya menyelinap masuk lewat celah-celah jendela kamar. Tirai putih melambai pelan tertiup angin, dan di tengah keheningan itu, Mark duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangan Arunika.

"Apa kamu lelah hari ini?" tanyanya dengan suara rendah, hampir seperti bisikan.

Aku menggeleng pelan, lalu menyandarkan kepala di bahunya. Detak jantungnya terasa tenang, hangat... seperti pelabuhan dari badai yang tak terlihat. Di luar, dunia boleh saja penuh bayang-bayang, tapi di dalam pelukannya, aku merasa damai.

"Aku melihatmu tadi di taman," katanya, jari-jarinya mengusap luka kecil di tanganku yang tertoreh duri mawar. "Kau tahu Arunika kau tak perlu melakukan semua itu untukku. Tapi tetap saja aku sangat menyukainya.”

Aku tersenyum kecil. "Aku hanya ingin membuatmu senang. Akhir-akhir ini kamu seperti menyimpan banyak beban sendirian."

Ia menatapku dalam. Mata itu seolah menahan sesuatu yang tak bisa diucapkan. Namun detik berikutnya, ia mendekat, mencium keningku perlahan.

"Kalau aku bisa memelukmu selamanya, mungkin semua beban itu tak akan terasa berat," bisiknya. "Aku mencintaimu, Arunika. Dengan seluruh jiwaku."

Aku memejamkan mata, membiarkan kehangatan dari suaranya mengalir ke seluruh tubuhku.

Dan dalam dekapannya, di tengah malam yang sepi, aku merasa untuk sesaat… dunia ini aman.

...****************...

Arunika memandangi wajah suaminya yang tengah menuangkan air suci ke dalam gelas perak. Gerakannya tenang, penuh perhatian. Saat gelas itu diberikan padanya, ia menerimanya dengan kedua tangan.

Seperti biasa, setiap tetes air itu membawa kesegaran, tapi kali ini... ada getaran lain yang menyelinap ke dalam hatinya.

'Jangan-jangan... aku suka sama dia?' gumamnya dalam hati. Ia menatap Mark yang duduk di sebelahnya. 'Tapi... masa aku baru sadar pas aku hamil gini sih?'

Ia menurunkan gelasnya perlahan, lalu menatap suaminya. "Mark?"

"Iya?" Mark menoleh, senyumnya lembut.

"Kenapa kau selalu memanggilku 'Aru?'"

Mark terdiam sejenak, lalu ia mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Arunika dengan lembut. Tatapannya begitu dalam, seakan menembus waktu.

"Karena 'Aru',"ucapnya pelan sambil menatap Arunika lebih dalam, mata itu senyuman itu dan tatapannya sangat mirip sekali dengan sahabatnya, "adalah cara hatiku memanggilmu... jauh sebelum mulutku mengenal namamu."

Arunika menelan ludah, merasa dadanya bergetar.

Mark melanjutkan, suaranya nyaris seperti bisikan, "Aku memanggilmu begitu, karena saat aku mulai mencintaimu, aku belum tahu harus menyebutmu dengan cara apa. 'Arunika' terlalu indah untuk kusebut tanpa rasa takut kehilangan. Tapi 'Aru' itu milikku, hanya untukku."

Arunika menunduk, menutupi wajahnya dengan tangan yang gemetar. Perasaan hangat menjalari tubuhnya. Ia tak tahu harus berkata apa. Hanya ada satu hal yang bisa ia lakukan: bersandar pelan di bahu Mark.

Dan Mark pun memeluknya, erat namun tenang. Jantung mereka berdetak dalam irama yang sama.

"Aku..." bisik Arunika, suaranya nyaris tenggelam. "Aku juga mencintaimu Mark.."

Mark menunduk, mencium ubun-ubunnya, tak butuh penjelasan lebih.

Karena malam itu, takdir mereka tak lagi terasa seperti paksaan... melainkan sesuatu yang memang sejak awal telah tertulis di antara bintang-bintang.

...----------------...

Arunika masih bersandar dalam pelukan Mark, namun pikirannya perlahan melayang, tertarik oleh satu kalimat yang baru saja diucapkan suaminya—kalimat yang membuat jantungnya berdegup tak beraturan.

"...Aru itu milikku, hanya untukku."

Ia pernah mendengarnya. Dulu. Di dunia nyata.

Flashback

Sore hari yang hangat di akhir jam sekolah. Arunika dan Mark berjalan berdampingan menyusuri trotoar. Mark, seperti biasa, penuh semangat saat bercerita, tangannya bergerak-gerak antusias.

"Jadi, aku nemu buku lama judulnya Sweet Blood. Lucunya, di sana ada tokoh namanya sama kayak aku. Dan tahu gak yang paling aneh?" Mark menoleh dengan mata berbinar. "Tokoh itu punya cara khusus manggil ceweknya. Dia manggilnya... 'Aru'. Katanya, itu cara hatinya manggil, bukan sekadar nama."

Arunika terdiam sejenak saat itu, tak tahu harus merespons apa. Ia hanya tertawa kecil, menatap wajah Mark yang sangat hidup ketika bercerita.

Dan sekarang...

Kembali ke dunia novel

Arunika masih terdiam, berdiri di hadapan Pangeran Pertama—yang dalam wujud dan hatinya begitu mirip dengan Mark di dunia nyata.

Tatapan pria itu menembus hingga ke dalam dirinya, seolah tahu apa yang sedang dipikirkannya. "Kau seperti sedang jauh sekali dariku," katanya pelan.

Arunika menatapnya, hatinya dipenuhi gejolak.

"Pangeran Pertama..." bisiknya, "kalimat tadi kamu pernah mengatakannya padaku. Tapi bukan di sini. Di dunia lain. Dunia nyata."

Mark atau Pangeran Pertama terdiam. Ekspresinya berubah sesaat, seolah ada sesuatu dalam dirinya yang ikut bergetar.

"Kalau begitu," bisiknya sambil memegang tangan Arunika, "mungkin hatiku memang telah mencarimu sejak lama bahkan melintasi dunia."

Arunika menahan napas.

Ia tak tahu apakah yang berdiri di hadapannya ini adalah Mark yang dikenalnya di dunia nyata atau Pangeran Pertama yang mengisi lembar-lembar takdirnya di dunia ini. Tapi satu hal yang ia yakini kini: perasaan itu nyata.

Dan hatinya mulai merasakannya lebih dalam daripada sebelumnya.

...****************...

Arunika menunduk, berusaha menghindari tatapan pria itu, tapi Pangeran Pertama tetap menatapnya dalam diam. Tatapan itu bukan hanya lembut... ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Keinginan. Kerinduan. Dan mungkin... rindu yang tertahan terlalu lama. Hasratnya yang terlalu lama mereka pendam.

Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? batin Arunika, berusaha tak goyah oleh pancaran mata suaminya.

Ia mengusap pelan perutnya yang mulai membesar. Kehamilan ini membawa banyak perubahan—pada tubuhnya, pada suasana hatinya, bahkan pada hubungannya dengan pria yang kini ada di hadapannya.

Sudah lama mereka tak benar-benar dekat. Tak saling menyentuh, tak saling melebur seperti dulu.

"Aru..." suara itu pelan, mengalun seperti bisikan di tengah angin senja. "Kau menjauh dariku."

Arunika terdiam.

"Aku... hanya takut," jawabnya lirih.

"Tubuhku berubah. Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap... denganmu."

Pangeran Pertama mendekat perlahan, jemarinya terulur menyentuh pipi Arunika yang mulai memerah. "Kau tetap indah... bahkan lebih dari sebelumnya."

"Mark..."

"Bukan soal tubuhmu, Aru. Aku rindu kamu... yang dulu selalu datang padaku tanpa ragu. Yang tak pernah takut pada tatapanku."

Arunika menahan napas saat tangan pria itu turun ke perutnya dan menyentuhnya dengan lembut. "Aku tahu kau takut. Tapi aku ingin kau tahu... bahwa aku mencintaimu. Bukan hanya sebagai ibu dari anakku. Tapi sebagai kamu. Arunika. Perempuan yang membuatku bertekuk lutut."

Arunika mengangkat wajahnya perlahan. "Kau tidak keberatan dengan... semua ini?"

"Aku malah merasa lebih memiliki. Lebih utuh. Dan..." Ia mengecup kening Arunika dengan perlahan. "Aku hanya ingin kau kembali memelukku seperti dulu."

Arunika tak mampu lagi melawan debaran di dadanya. Pelan-pelan ia merapat ke dalam pelukannya, membiarkan dirinya tenggelam sejenak dalam kehangatan yang begitu ia rindukan.

"Rasanya senang sekali, kalau kayak gini terus ya." gumam Arunika dalam hati, tetapi akhir-akhir ini Arunika juga sangat senang berada di dekat suaminya. Entah kenapa tetapi mungkin ini bawaan bayi.

...----------------...

Arunika membuka matanya perlahan. Cahaya lembut dari jendela menari di dinding kamar, namun pikirannya terasa kabur, seolah tertinggal di balik kabut tebal.

"Apa yang terjadi semalam...?" bisiknya, duduk perlahan sambil memegangi kepala. Ia meraba tubuhnya—pakaian masih lengkap, perutnya masih membuncit hangat, tanda si kecil masih tenang di dalam sana.

Tapi hatinya tak tenang.

Ia menatap sekeliling. Kamar itu sepi. Terlalu sunyi.

"Mark?" panggilnya pelan, tapi tak ada sahutan.

Lalu matanya tertumbuk pada gulungan kertas di atas nakas. Ia meraihnya dan membuka perlahan, mengenali tulisan tangan suaminya.

Aru,

Aku harus pergi dengan adik-adikku. Ada urusan mendesak yang tak bisa kutunda. Jangan khawatir, aku akan kembali. Jagalah dirimu dan anak kita. Jangan lupa minum air suci di pagi hari, dan jangan keluar dari batas taman istana.

– Pangeranmu.

...****************...

Arunika memegang kertas itu erat, menatap tulisan itu berulang-ulang.

"Tapi... semalam..." Ia mengerutkan kening. "Apa aku... bahkan tidak ingat apa yang kami bicarakan?"

Ia menunduk, mencoba mengorek kembali memorinya. Yang ada hanya bayangan samar. Senyum Mark. Sentuhan hangat. Tapi selebihnya... gelap.

Ia menggigit bibir bawahnya. "Kenapa aku tidak mengingat apa pun? Bahkan kenapa rasanya ada sesuatu yang salah...?"

Tiba-tiba, janin dalam kandungannya bergerak pelan, membuatnya tersentak kecil.

Arunika mengusap perutnya. "Kamu tahu sesuatu yang Ibu tidak tahu ya, Nak?"

Dan entah kenapa, untuk pertama kalinya sejak ia mengandung... Arunika merasa tidak benar-benar sendirian ada yang menemaninya di dalam tubuhnya ini ada seorang teman. Yaitu anaknya sendiri.

...****************...

Di cerita aslinya Arunika kembali mengandung setelah 11 tahun dan bahkan melahirkan.Ia sangat penasaran dengan anak yang di dalam perutnya ini. Ia tak pernah menikah, tetapi ia menikah disini. Ia tak pernah menjalani rumah tangga tetapi sekarang ini banyak yang masih jadi misteri di luar sana. Dan sekarang ia sudah mengubah alurnya jauh lebih baik? Atau lebih buruk? bahkan membangkitkan kegelapan itu lebih awal. Aduh ia lupa itu, bagian Sang Raja Sakha yang kembali untuk menculiknya, lalu bagaimana sekarang?

1
Bayu Bayu
aku mampir author/Smile/semangat berkarya/Determined//Determined//Smile/janganlupa mampir juga yahh
Bayu Bayu
semangat kak
🌀Jïñğğä Ñõõř💞
bagus ... semangat ya dek
Lilly
transmigrasi ke novel kh?
j_ryuka: iyaa beb
total 1 replies
The first child
Aku hadir kembali kak..
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut /Scream/
iqiww
keren kak
iqiww
tetap semangat kak
iqiww
sudah mampir kak
iqbal nasution
oke..lanjutkan
ꪻ꛰͜⃟ዛ༉❤️⃟Wᵃf•ʙͨᴜͥɴͨɴͥʏ⍣⃟❍¹⁸➢‮
ini ceritanya transmigrasi ke novel?
j_ryuka: iya bener kak😅
total 1 replies
The first child
lanjut thor, suka banget sama ceritanya
Bulanbintang
Nama tokohnya puitis, Kak.
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉
🔵❤️⃟Wᵃf§𝆺𝅥⃝©⧗⃟ᷢʷ₭Ⱡ₳Ɽ₳🍇
semoga arunika bisa menjalani takdirnya
Anyelir
Kak, aku suka gambarnya. Gambarnya bagus 👍
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport trus
Nurhani ❤️
Lanjut tour /Kiss//Kiss//Kiss/
Nurhani ❤️
aru dapet pangeran, aku dapet apah /Sob//Sob//Sob//Sob/
Nurhani ❤️
aku mampir tour /Kiss//Kiss/ semangat terus yah, jangn lupa mampir juga yah /NosePick//NosePick//NosePick/
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Jangan lupa berkunjung di karya aku juga yaa/Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!