Lily harus bekerja menggantikan sang ibu menjadi pelayan yang bertugas merawat tanaman di kediaman orang kaya dan terpandang yaitu keluarga Thomson. Keluarga Thomson memiliki perusahaan besar dan sudah memiliki anak perusahaan di berbagai kota bahkan di luar negri.
Lily mengira awalnya dia akan bekerja dengan lancar di kediaman Thomson untuk mengakhiri kontrak sang ibu yang tersisa 1 tahun lagi. Namun siapa sangka, takdir membuatnya menjadi rumit saat Lily bertemu dengan putra kedua keluarga Thomson yang bernama Ethan. Keduanya terlibat takdir yang rumit. Ethan yang sudah memiliki tunangan merasa sesuatu yang berbeda pada Lily. Pria dingin itu mencoba mengelak dan mulai menyadarkan dirinya untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Namun lagi-lagi sesuatu dalam dirinya menolak dan membuat dirinya menjadi egois.
Lalu bagaimana Lily menghadapi takdir yang rumit tersebut? Apakah dia bisa bertahan selama 1 tahun di kediaman Thomson?
Ikuti kisah mereka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Maria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
"Bukankah ini milikmu?" tanya Ethan lagi sambil memainkan handphone Lily.
Pria itu menatap layar handphone tersebut. Disana terlihat foto Lily dan sang ibu yang tengah tersenyum. Lily menatap handphone miliknya yang tengah di pegang oleh Ethan. Gadis itu menelan ludahnya dan mencoba untuk tenang. Pria itu benar-benar tidak sopan, mengapa ia membuka sembarangan barang milik orang lain? pikir Lily yang merasa kesal.
"I.. Iya Tuan, itu handphone milik saya" ucap Lily pelan.
Gadis itu pun melangkah mendekati Ethan dan menunduk padanya,
"Handphone saya tertinggal di rumah kaca kemarin. Saya sudah mencarinya, dan.. beruntung handphone itu tidak hilang" ucap Lily pelan.
Lily terdiam sejenak dan kembali menatap Ethan dengan sopan,
"Bisakah saya mengambil handphone milik saya?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya.
Ethan menatap tangan Lily yang berada di depannya. Pria itu berdiri dari duduknya dan menatap Lily yang terlihat pucat. Entah mengapa sejak tadi ia mengkhawatirkan kondisi gadis ini. Sejujurnya Ethan tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Ia bahkan semalaman menatap handphone milik Lily tanpa sebab. Hatinya kini merasakan perasaan aneh itu lagi. Ia merasa selalu ingin melihat gadis di depannya ini. Ciuman dirinya dan Lily yang tidak di sengaja itu ternyata berefek jangka panjang pada dirinya. Tapi, benarkah itu hanya karena ciuman mereka? Atau.. Memang sejak awal saat dirinya melihat Lily, gadis itu telah merebut hati dan pikirannya?
Ethan menggenggam handphone Lily dan memasukkannya ke dalam saku celana,
"Aku tidak akan memberikannya padamu sekarang" ucap Ethan datar.
Lily seketika terlihat terkejut dan menatap kearah Ethan,
"Maaf? Mengapa.. anda tidak memberikannya sekarang? Saya membutuhkan handphone itu untuk menghubungi ibu saya" ucap Lily dengan nada lemahnya.
Gadis itu merasa kepalanya semakin pening saat ini. Ia pun menghela nafasnya dan memberanikan diri menatap Ethan,
"Tuan, saya mohon, tolong berikan handphone saya. Saya sangat membutuhkannya" ucap Lily lagi memohon.
Ethan hanya diam dan tidak mengindahkan ucapan Lily. Lily yang lelah pun mencengkram tangannya kuat dan mencoba meraih saku celana Ethan untuk mengambil handphonenya. Masa bodoh, dia sudah benar-benar lelah, mengapa pria ini selalu mempermainkannya? pikir Lily marah.
"Tolong kembalikan!" ucap Lily yang mencoba meraih saku Ethan.
Namun dengan cepat Ethan mencengkram tangan Lily dan menariknya,
GREP!
Seketika tubuh Lily pun menabrak dada bidang Ethan. Lily yang terkejut sontak mencoba menjauhkan dirinya, namun Ethan begitu kuat menahan tangannya,
"Tuan Ethan" sahut Lily cukup keras.
Ethan dapat merasakan tangan Lily yang panas. Pria itu tau gadis di depannya itu sedang tidak sehat. Ia menatap mata Lily dengan tatapan yang sulit diartikan,
"Apa yang kau lakukan padaku?" bisik Ethan sangat pelan sampai membuat Lily merasa tidak yakin dengan apa yang ia dengar.
Lily mencoba mengatur nafasnya dan merasakan tangan sebelah Ethan yang memeluk pinggangnya. Gadis itu seketika terbelalak dan mencoba untuk mendorong tubuhnya menjauh. Namun sayangnya, tubuh Lily hanya membeku dan terdiam di dalam pelukan pria itu. Rasa pening seketika menghantam kepalanya semakin kuat. Lily refleks mendesah pelan sambil memegang kepalanya. Tubuh gadis itu lunglai di dalam pelukan Ethan.
Lily sudah tidak kuat lagi, ia merasa akan pingsan begitu saja. Namun Lily mencoba menahan dirinya dan mendorong kuat tubuhnya agar menjauh dari Ethan,
"Apa yang sebenarnya anda inginkan? Mengapa anda selalu mengganggu saya? Apa anda membenci saya karena kejadian waktu itu?" tanya Lily dengan mata yang berkaca-kaca.
"Saya ingin meminta maaf, itu semua juga bukan kehendak saya. Jika, anda tidak ingin memberikan handphone saya, maka tidak apa, ambil saja" lanjut Lily lagi yang langsung berbalik dan berlalu pergi meninggalkan Ethan.
Gadis itu berjalan cepat dengan sedikit sempoyongan. Lily setengah berlari agar dirinya segera menjauh dari Ethan. Namun saat gadis itu akan berbelok, seketika Lily merasa kakinya begitu lemas dan penglihatannya pun mulai memburam. Ia pun terlihat pasrah dan akhirnya Lily pun terjatuh dan tak sadarkan diri.
~
Mata Lily mengerjap pelan saat dirinya merasakan cahaya yang perlahan masuk ke dalam penglihatannya. Gadis itu meringis pelan saat ia merasa kepalanya terasa berat dan pening,
"Lily? Kau sudah bangun?" tanya sebuah suara yang begitu familiar di telinga Lily.
Lily menatap Anne yang terlihat khawatir. Gadis itu perlahan mengarahkan pandangannya ke sekitar dan menyadari bahwa dirinya telah berada di kamar. Lily menatap tangannya yang telah di infus. Gadis itu mengernyit pelan mencoba mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya,
"Kau pingsan, kau tau, Pak Ben, pelayan pribadi Tuan Ethan yang menemukanmu dan membawamu ke kamar. Lalu ada dokter pribadi keluarga Thomson yang datang dan memeriksa mu. Kau harus di infus dan beristirahat" ucap Anne.
Ingatan Lily pun seketika teringat saat dirinya bertemu dengan Ethan. Ia ingat bahwa handphone miliknya ada pada pria itu. Lily seketika menutup matanya dan merasa kesal. Untung saja dirinya tidak pingsan di hadapan pria itu, walaupun tetap saja yang menemukannya adalah pelayan pribadi pria itu.
"Apa yang terjadi? Mengapa kau bisa sampai pingsan di koridor?" tanya Anne khawatir.
"Ini pasti karena kau kehujanan semalam. Sekarang kau harus banyak beristirahat, Donna juga telah mengetahui kondisimu dan dia memintamu untuk beristirahat total sampai kau sembuh" lanjut Anne lagi.
Anne pun mengambil nampan yang berada di meja dan beberapa obat-obatan,
"Sekarang makanlah, setelah itu minum obat" ucapnya.
Lily hanya dapat mengangguk pasrah dan perlahan duduk. Gadis itu pun memakan makanannya dan meminum obat setelahnya.
~
Malam harinya, Ethan terlihat duduk di dalam ruangannya sambil menatap handphone milik Lily yang berada di atas meja. Beberapa kali ada sebuah panggilan yang masuk dari ibu gadis itu. Ethan tidak mengangkatnya, ia tau hal itu akan membuat ibu Lily merasa khawatir, namun pria itu tidak ingin membuat ibu Lily terkejut jika dirinya yang mengangkat panggilan itu.
Ben terlihat masuk ke dalam ruangan Ethan sambil membawa segelas kopi. Ia pun meletakkannya di atas meja kerja Ethan,
"Bagaimana keadaan gadis itu?" tanya Ethan tiba-tiba.
Ben terlihat terdiam sejenak dan menunduk,
"Sepertinya telah lebih baik, dokter juga sudah memeriksanya tadi" jawab Ben seadanya.
Ben terdiam di tempatnya dengan pikiran yang sedikit bingung melihat tingkah Ethan. Sejujurnya pria itu yang menemukan dan menggendong pelayan muda tadi ke kamarnya. Kebetulan saat itu masih jam kerja dan asrama terlihat kosong. Namun setelah meletakkan gadis itu di kamarnya, Ethan meminta Ben untuk segera menelpon dokter pribadi dan juga meminta Ben untuk bertindak seolah ia yang telah menolong pelayan bernama Lily tadi.
Kecurigaan sedikit memenuhi hati Ben, mengapa Ethan terlihat begitu perhatian pada seorang pelayan? Ia bahkan mau menggendongnya sampai ke asrama? Namun, Ben menyingkirkan pikiran itu dan merasa hal itu tidaklah mungkin. Mungkin Ethan secara kebetulan melihat Lily pingsan dan menolongnya sebagai tanda rasa kemanusiaan. Pria paruh baya itu pun menunduk dan berpamitan pada Ethan,
"Jika ada sesuatu yang di perlukan lagi, Tuan bisa langsung memanggilku" ucapnya sebelum berlalu pergi.
Ethan menatap kearah jendela dengan tatapan datarnya. Ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Mengapa ia begitu peduli pada gadis bernama Lily itu? Pria itu tersenyum miris dan tidak menemukan jawaban. Apa ia melakukan hal itu untuk kepuasannya sendiri? Tapi, seumur hidupnya baru kali ini ia bersikap seperti itu.
"Kau harus segera berhenti Ethan! Ini bukan dirimu" desisnya pada diri sendiri.
Ethan pun mengambil rokok diatas meja dan menyalakannya. Saat pria itu tengah mengisap rokoknya, seketika sebuah panggilan terlihat di handphonenya,
'Evelyn'
Pria itu terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangkat panggilan itu dengan ekspresi datarnya.
Bersambung..
Mager sekali sebenernya mau lanjut ini cerita karena sepi bgt 😮💨