Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14.
Niat hati ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya di hotel, akan tetapi sampai dengan satu jam berlalu Irin tetap tak kunjung dapat memejamkan matanya. Entah karena sesuatu yang dianggapnya sebagai sebuah halusinasi tadi atau karena apa, namun satu yang pasti, kini ingatannya membawa Irin pada kejadian dua puluh satu tahun silam.
"Kita sudah melakukan berbagai macam cara, bahkan cara yang bertentangan dengan hati nurani serta prinsip ku pun telah kita langgar demi restu, tapi sepertinya itu tetap tak mampu membuka pintu hati Kedua orang tua kamu untuk menerima pria biasa sepertiku, Irin. Aku memang sangat mencintaimu Irin, tetapi jika pria pilihan orang tuamu bisa membahagiakanmu, aku rela melepasmu, sayang." Kembali teringat dengan kalimat yang terucap dari mulut pria di masa lalunya, tanpa sadar air mata Irin jatuh begitu saja membasahi pipi.
"Astaghfirullah...." Irin segera menghapus jejak air mata di pipinya, merasa berdosa pada sang suami karena teringat kembali pada sosok di masa lalunya. dahulu ia memang sangat mencintai pria dimasa lalunya tersebut, akan tetapi kehadiran Ardian di dalam hidupnya perlahan mengikis nama pria pria itu dari hatinya, dan kini sepenuhnya hatinya telah dimiliki oleh Ardian. Akan tetapi, hingga detik ini masih ada sesuatu yang menyisakan sesal dihati Irin yang berhubungan dengan pria di dimasa lalunya tersebut, dan hal itu sekaligus menjadi bumerang bagi dirinya sendiri yang entah kapan waktunya akan meledak, menyeruak ke permukaan.
*
Di depan kamar operasi, Kafisha terlihat diam bercampur canggung. Bukan hanya karena cemas serta tak sabar menanti dokter membawa kabar baik atas hasil operasi ibu panti, namun juga karena kejadian di kamar mandi penginapan pagi tadi, di mana Ardian masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu di saat ia tengah melakukan rutinitasnya dikamar mandi. bisa dipastikan Ardian telah melihat semuanya dengan jelas mengingat pagi tadi Kafisha sudah menanggalkan seluruh pakaiannya. Memanglah benar ia dan Ardian telah melakukan hal sewajarnya untuk pasangan suami istri sebelumnya, akan tetapi saat malam itu suasana kamar gelap ketika mereka melakukannya, berbeda dengan suasana pagi tadi yang begitu terang benderang.
"Jangan berpikir berlebihan, lagi pula saya ini suami kamu. jangankan untuk melihatnya, menyentuhnya pun aku berhak."
Blush...
Wajah Kafisha berubah merah menahan malu mendengar pernyataan Ardian. dengan sekuat tenaga ia berusaha melupakan kejadian pagi tadi, namun justru berujung pria itu sendiri yang kembali mengingatkan. Tunggu.....!!! Ardian bilang apa barusan, berhak menyentuhnya??? Ada hal apa pria itu tiba-tiba berucap demikian, bukankah dia sendiri yang awalnya menolak keras sentuhan fisik, bahkan buah hati yang kini tumbuh di rahim Kafisha hadir karena tindakan terpaksa Ardian akibat permintaan dari istri pertamanya?? Entahlah.... memikirkan kondisi kesehatan ibu panti saja sudah menguras pikiran Kafisha, dan wanita itu tak ingin menambah lagi beban pikirannya dengan memikirkan pernyataan Ardian.
*
Tidak terasa sudah seminggu berlalu dan kondisi ibu panti pun sudah berangsur membaik usai mendapatkan tindakan operasi. Dan jangan tanya apa yang dilakukan oleh Ardian selama satu Minggu ini, pria itu tetap stay di sisi istri keduanya itu. Entah apa alasan Ardian sampai melakukan semua itu, Kafisha sendiri tak berani menanyakannya, wanita itu memilih diam saja membiarkan Ardian berbuat sesuka hati. Bahkan ia hanya bisa menurut ketika Ardian menyuruhnya menjaga jarak dengan Ilham, padahal kenyataannya ia sendiri tak begitu dekat dengan Ilham hanya sesekali keduanya mengobrol itu pun hanya tentang perkembangan kesehatan ibu panti.
Sama seperti beberapa hari sebelumnya, Ardian kembali melayangkan tatapan tajam ketika ia sedang mengobrol dengan Ilham.
"Kata dokter hari ini ibu sudah boleh pulang dan selanjutnya di sarankan untuk rawat jalan hingga kondisi kesehatannya dinyatakan pulih dengan sempurna." beritahu Kafisha pada Ilham, sesuai dengan penjelasan dokter setelah melakukan visit pada pasien beberapa saat lalu.
Ilham mengangguk paham."Kamu akan tetap berada di panti kan, sampai kondisi kesehatan ibu benar-benar pulih???." tanya Ilham. Entah apa maksud Ilham bertanya demikian, yang jelas Ardian tak suka mendengarnya. Secara tidak langsung pria itu meminta Istri keduanya itu untuk tetap stay di panti agar ia bisa leluasa mendekati Kafisha, begitu pikir Ardian.
"Nak Ilham, sekarang Kafisha sudah menikah dan tempatnya adalah di sisi suaminya. Lagian sekarang kondisi ibu sudah jauh lebih baik, Kafisha bisa menjenguk ibu Jika pak Ardian ada waktu nanti."
Entah mengapa, hati Ardian langsung lega mendengar perkataan ibu panti, di mana secara tidak langsung wanita paruh baya tersebut menyatakan bahwa Kafisha adalah miliknya dan ialah yang paling berhak memutuskan apapun yang berhubungan dengan Kafisha.
"Besok Ardian sudah harus kembali bekerja karena ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa diwakilkan, tetapi Kafisha boleh tetap tinggal jika ingin." Bijak Ardian. pria itu mengesampingkan rasa tak sukanya pada Ilham.
Sontak saja Ilham tersenyum senang mendengarnya namun itu hanya dilakukan Ilham dalam hati, ia tidak ingin sampai Kafisha menyadari jika dirinya menginginkan Kafisha tetap tinggal. "Kamu dengar sendiri bukan, tuan Ardian mengizinkan kamu untuk menetap sementara waktu di panti." ujar Ilham.
"Maaf mas Ilham, bukannya Fisha tidak mau tapi jika mas Ardian ingin pulang ke rumah maka Fisha pun harus akan bersama."
Deg
Ardian tertegun atas Kepatuhan Kafisha sebagai seorang istri. Wanita itu sadar betul akan kewajibannya sebagai istri, meski pun selama ini ia hampir tak pernah mendapatkan kasih sayang layaknya seorang istri darinya. Ardian merasa sangat dihargai oleh istri keduanya itu, bahkan Irin pun nyaris tak pernah melakukan hal serupa. Istri pertamanya itu justru sering mengambil keputusan sendiri tanpa meminta persetujuan darinya meskipun hanya untuk sekedar berbasa-basi menyenangkan hati.
Ardian tak lagi bersuara, ia memilih diam sebab dalam hati ia pun menginginkan Kafisha ikut pulang bersamanya.
"Tapi Fisha_."
"Itu sudah keputusan Fisha, dan Fisha harap mas Ilham bisa mengerti!. Fisha janji, seminggu sekali Fisha akan datang menjenguk ibu." raut wajah Ilham berubah kecewa mendengar Kafisha yang tetap teguh dengan keputusannya.
Singkat cerita, setelah mengantarkan Bu Neti kembali ke panti, Ardian dan Kafisha pun pamit. Ditengah perjalanan, ponsel Ardian berdering dan itu panggilan telepon dari Citra.
Setelah menyambungkan perangkat ponselnya ke perangkat mobil, Ardian pun menerima panggilan dari putri tercintanya itu.
"Mommy mana pah????." baru juga panggilan tersambung putrinya itu sudah menanyakan keberadaan Kafisha, dan tentunya hal itu terdengar jelas oleh Kafisha. Ardian sontak menolehkan pandangannya pada Kafisha.
Kafisha merasa tak enak hati pada Ardian atas panggilan Citra padanya.
"Ada di samping papa. Papa sedang mengemudi, sebentar lagi sampai rumah."
Ardian masih dapat mendengar kegirangan citra saat mendengar mereka, atau lebih tepatnya Kafisha akan segera pulang ke rumah. Sepertinya gadis itu sudah merindukan sosok Kafisha, padahal baru beberapa hari hubungan mereka membaik.
"Ya udah, citra tunggu ya." ujar gadis itu sebelum sesaat kemudian pamit menyudahi panggilannya.
"Maaf mas, sebenarnya sudah beberapa kali aku memperingatkan Citra untuk tidak menggunakan panggilan itu padaku, tapi Citra tetap saja keras kepala dan tak mau merubah panggilannya." bukannya merasa keberatan dengan panggilan yang disematkan Citra padanya, hanya saja Kafisha tidak ingin Ardian berpikir ia telah mencuci otak putrinya sehingga memanggilnya dengan sebutan Mommy.
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...
aneh
jadi susah bedainnya kk Thor 😆🙏
seharusnya Ardian pindah ke kamar Kafisha ...
Ini kamar Ardian dan Irin gak pantes rasanya mereka tidur diranjang ini, apalagi Irin masih hidup.masih istri Ardian juga...
Kafisha dilamar sm irin untuk jadi madunya, karna anak lakinya suka sama kafisha
Gitu gak yaaa ?
Semakin seruuu ceritanyaaa, semangat terus thor 💪🏼
malang bener nasib mu Fisha....
kenak kehamilan simpatik ini si Adrian😆😆😆😆