Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pameran
Hari pameran provinsi tiba. Cinta dan Kelompok Jendela membawa peta 3D mereka ke gedung pameran yang ramai. Banyak pengunjung terpesona dengan karyanya, terutama cara benang batik yang menghubungkan semua bagian. Seorang juri pameran bahkan berkata: "Ini karya yang sangat berarti—ia menunjukkan bahwa keberagaman kita adalah kekuatan, dan rumah adalah ikatan yang menghubungkan kita semua."
Mereka memenangkan medali perak. Semua teman Cinta menangis senang, dan mereka langsung menelepon keluarga di galeri. "Kita menang!" teriak Cinta ke telepon. Di sana, keluarga sedang menyambut rombongan siswa SD yang datang untuk belajar tentang jendela asli. Mimpi mengambil telepon dan berkata: "Menang! Rumah semua orang!" Semua siswa SD tertawa dan bersorak.
Setelah pameran, Kelompok Jendela mendapatkan undangan lagi—kali ini untuk mengadakan lokakarya kecil bagi siswa SD di sekitar daerah mereka. Mereka setuju dengan senang hati. Setiap hari minggu, mereka datang ke sekolah SD yang berbeda, membawa bahan seni dan cerita tentang jendela asli. Siswa-siswa senang banget membuat karya mereka sendiri—beberapa menggambar rumah impiannya, beberapa membuat patung dari kertas, dan semuanya suka mendengar cerita Mimpi yang selalu membawa bunga melati.
Pada bulan ke-10 tahun itu, ada kabar yang lebih mengejutkan. Lembaga budaya internasional mengundang keluarga dan Kelompok Jendela untuk mengikuti pameran seni di Singapura, dengan tema "Rumah Tanpa Batas". Semua orang kaget dan senang banget—mereka tidak pernah menyangka bahwa cerita jendela asli akan sampai ke luar negeri.
Persiapan untuk perjalanan berlangsung selama sebulan. Lila membuat lukisan baru yang menggambarkan jendela asli dengan latar belakang matahari terbit di laut Singapura. Rina menulis puisi tentang "rumah yang berjalan"—cerita tentang bagaimana kita bisa membawa rumah kita kemana saja. Ayu menciptakan tarian yang menggabungkan gerakan tradisional Jawa dengan gerakan dari daerah lain di Indonesia. Kelompok Jendela menyempurnakan peta 3D mereka, menambahkan bagian yang menggambarkan "rumah dunia"—tempat di mana semua orang bisa saling menerima.
Mimpi sekarang sudah berusia 1 tahun 10 bulan dan bisa jalan-jalan dengan sangat lancar. Dia suka mengikuti Ayu berlatih tarian, dan sering menari sendiri di depan jendela asli, bergoyang mengikuti irama angin yang bertiup. Dia juga sudah bisa menyebut nama banyak negara, dan ketika dia mendengar bahwa mereka akan pergi ke Singapura, dia selalu berkata: "Singapura! Rumah juga!"
Hari perjalanan tiba. Semua keluarga dan Kelompok Jendela naik pesawat pertama kalinya bagi sebagian mereka. Mimpi senang banget melihat awan dari jendela pesawat, menunjuk dan berkata: "Awan! Jendela awan!" Semua orang tertawa, ingat dengan jendela asli yang membuat semua ini dimulai.
Di Singapura, pameran sangat sukses. Banyak pengunjung dari berbagai negara terpesona dengan cerita mereka dan karya seni yang dibuat. Kelompok Jendela mengadakan lokakarya kecil di pameran, dan anak-anak dari Singapura, Malaysia, dan Thailand bergabung membuat karya kolaboratif tentang "rumah kita semua di bumi ini". Mereka membuat patung kecil dari tanah liat, masing-masing menggambarkan rumah di negara mereka, dan semuanya terhubung oleh benang warna-warni.
Pada malam terakhir di Singapura, semua orang berkumpul di teras gedung pameran, melihat matahari terbenam di laut. Cinta membawa peta 3D mereka, dan berkata: "Saya belajar bahwa rumah tidak hanya bangunan di satu tempat. Rumah adalah orang-orang yang kita cintai, cerita yang kita bagikan, dan jendela yang kita buka untuk orang lain. Jendela asli kita di rumah tua adalah awal dari semua itu."
Adi memegang tangan Rina dan melihat ke arah langit yang mulai gelap: "Kita tidak pernah menyangka bahwa lupa menutup jendela dulu akan membawa kita ke sini, bertemu dengan orang-orang dari seluruh dunia. Ini adalah bukti bahwa setiap hal yang tampak kecil bisa menjadi keajaiban yang besar."
Mimpi jalan-jalan ke depan semua orang, membawa bunga melati yang mereka bawa dari Indonesia, dan menaruhnya di tengah kelompok. Dia berkata: "Rumah! Semua orang! Seluruh dunia!" Semua orang menggenggam tangan satu sama lain, menangis senang, dan menyaksikan bulan terbit.
Ketika mereka pulang ke Indonesia beberapa hari kemudian, mereka menemukan bahwa galeri telah dipenuhi dengan surat dari orang-orang yang membaca cerita mereka di majalah atau menggunakan aplikasi "Jendela Kita". Satu surat dari seorang anak di Papua berkata: "Saya membuat jendela kecil di rumah saya, dan setiap hari saya membukanya dan berharap bertemu dengan teman-teman seperti Anda. Terima kasih telah menunjukkan bahwa saya tidak sendirian."
Pada akhir tahun itu—pada malam Natal dan Tahun Baru yang berdekatan—semua orang berkumpul di galeri, di depan jendela asli yang terbuka lebar. Banyak tetangga, teman, dan orang yang pernah mengunjungi galeri datang. Mereka membawa makanan, musik, dan karya seni yang mereka buat
Rina berdiri di depan semua orang dan berkata: "Tahun ini adalah tahun yang luar biasa. Kita mulai dengan jendela yang terbuka secara tidak sengaja, dan sekarang kita memiliki jutaan jendela yang terbuka di hati orang-orang di seluruh Indonesia dan luar negeri. Rumah kita tidak lagi hanya galeri ini—rumah kita adalah semua tempat di mana orang-orang saling menerima."
Semua orang menyanyi lagu bersama—lagu tentang rumah dan harapan—sementara cahaya lilin menyinari jendela asli. Mimpi jalan-jalan di antara orang-orang, membawa bunga melati dan menyapa setiap orang. Dia berhenti di depan jendela, menunjuk ke luar ke bintang-bintang yang bersinar terang, dan berkata: "Mimpi! Jendela! Rumah semua orang!"
Angin segar bertiup melalui jendela, menyebarkan bau bunga melati dan kebahagiaan yang tak terukur. Semua orang menggenggam tangan, menyaksikan tahun baru tiba, dan berharap bahwa tahun depan akan membawa lebih banyak jendela yang terbuka, lebih banyak kolaborasi, dan lebih banyak rumah bagi semua orang.
Jendela asli tetap terbuka—seperti janji yang abadi, menyala terang di tengah kegelapan, dan membuktikan bahwa cinta, mimpi, dan kerja sama bisa mengubah dunia menjadi rumah yang lebih baik.