Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drop
Setelah sampai di parkiran rumah sakit, Anya langsung mendekati mobil milik Axel dan langsung masuk dari pintu belakang.
“Terlambat dua menit!” ucap Axel dengan suara paraunya.
“Maaf, tadi saya –”
“Aku tidak mau dengar alasan apa pun, Anya!” gertak Axel sambil berpindah ke kursi yang ada di samping kemudi.
“Sekarang, kau yang akan mengemudikan mobil! Kepalaku sakit sekali!” titah Axel sambil memijat kepalanya.
“Baik, Pak!” jawab Anya yang langsung keluar dari mobil dan berpindah tempat.
“Apa Pak Axel baik-baik saja?” tanya Anya sambil mengulurkan tangannya ke kening Axel.
Panas! Bermakna Axel tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Namun tangan Anya langsung ditepis Axel dengar kasar.
“Aku bukan bapakmu, Anya!” gertak Axel lagi.
Kini Anya langsung paham jika Axel tidak berkenan dipanggil dengan sebutan pak saat mereka sedang berdua. Tapi tunggu, sejak kapan Axel tidak suka dipanggil pak? Bukankah panggilan Abang juga hanya cara Anya menggoda suaminya?
“Cepat jalankan mobilnya!” titah Axel membuat Anya membuang pertanyaan itu jauh-jauh dan fokus terhadap suami kontraknya itu.
“Tapi Bang, suhu badan abang panas sekali. Apa tidak sebaiknya kita periksa dulu sebelum pulang?” tanya Anya yang masih belum menjalankan mobilnya.
“Aku tidak apa-apa, Anya! Jalankan saja mobilnya dan memasaklah untukku. Perutku lapar sekali!” pinta Axel yang sudah tidak seketus tadi.
“Oke!” Anya langsung menjalankan mobilnya menuju ke hotel tempat ia menginap.
Setelah memarkirkan mobilnya, Anya langsung memapah Axel menuju ke kamar mereka. Kesempatan ini pun digunakan Axel dengan sebaik-baiknya. Ia pun langsung memeluk tubuh Anya dengan erat seolah tengah merasakan kerinduan yang begitu mendalam.
Anya sendiri tidak berpikiran macam-macam terhadap sikap Axel. Yang ia tahu, Axel hanya sedang sakit dan butuh bantuan untuk sampai di kamar.
Sesampainya di kamar hotel, Anya langsung mengarahkan Axel untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan kemudian menyelimutinya.
“Istirahatlah dulu, Bang! Aku akan membuatkan sup hangat untuk Abang!” ucap Anya yang hanya ditimpali dengan deheman singkat.
Tidak perlu menunggu waktu yang lama, sup buatan Anya pun sudah bisa dinikmati dengan teh jahe hangat buatan Anya untuk mengurangi rasa sakit yang dialami oleh Axel.
“Bang, dimakan dulu yuk supnya!” Anya membangunkan Axel dan membantunya duduk dan bersandar di headboard.
“Apa kau sudah puas berkencan dengan Dokter Firman?” tanya Axel saat Anya sudah mulai menyuapinya.
“Berkencan? Mana ada berkencan di rumah sakit, Bang!” balas Anya. “Namanya kencan itu di café atau restoran gituh!”
Axel langsung memutar bola matanya malas mendengar jawaban dari Anya.
“Kamu suka sama Dokter Firman?” Pertanyaan Axel kali ini langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Anya.
“Suka, suka ajah sih! Dokter Firman itu gak Cuma baik, tapi juga ganteng banget. Udah gitu asyik banget di ajak ngobrol. Nyambung aja gituh! Emangnya kenapa, sih, Bang?” balas Anya yang sama sekali tidak merasa bersalah.
“Ya kamu harusnya sadar diri dong, Anya! Kamu tuh udah nikah dan statusnya sebagai istri!” gertak Axel. “Sama sekali gak pantas kalo istri justru berdua-duaan sama lelaki lain!”
“Apalagi sampai nyaman di dekatnya! Ingat, Anya! Dokter Firman juga punya keluarga! Jangan sampai kamu jadi pelakor dan orang ketiga di rumah tangga dia!”
Gertakan Axel kali ini sama sekali tidak membuat Anya takut. Sebaliknya, Anya justru menyunggingkan senyumnya sambil tetap menyuapi Axel.
“Hei! Kenapa kamu malah senyam senyum gak jelas gini sih?”
Bukannya menjawab pertanyaan dari Axel, Anya justru mengambilkan suaminya teh hangat.
“Minum dulu, Bang! Biar adem!” Anya menyodorkan minumannya dan Axel menerimanya dan meneguknya separuh gelas. Kemudian ia letakkan kembali di atas nakas.
“Abang mau nambah gak supnya?” tanya Anya yang langsung di jawab Axel dengan gelengan kepala. Anya pun meletakkan mangkuk supnya dan mendekatkan tangannya ke arah kening Axel.
“Demamnya udah mendingan nih. Anya ambilin obat dulu ya!” Anya sengaja menghindar dari berbagai amukan Axel tadi dan membuat Axel menarik lengan Anya dan menahannya untuk tidak pergi.
“Kamu sengaja mengabaikan aku ya?” tanya Axel.
“Enggak kok!”
“Kalo gituh, jawab pertanyaan aku! Kenapa kamu senyam senyum saat aku marah tadi? Kamu gak takut ya?”
“Kenapa harus takut? Abang kan bukan hantu!” balas Anya.
“Tapi gini, deh, bang!” Anya mulai merapatkan tubuhnya dengan Axel.
“Abang mengakui ya kalo Anya ini istri, Abang?” tanya Anya. “Padahal kan yang statusnya jelas jadi istri abang itu Miss Hellen!”
“Bukannya Bang Axel cinta mati sama Miss Hellen dan gak mau berpaling dari siapa pun?”
Axel mulai tergagap dan perlahan melepaskan lengan Axel yang ia pegang.
“Bang, pernikahan kita ini terjadi di bawah surat kontrak dan juga tersembunyi. Jadi Anya masih bebas untuk berteman dengan siapa pun!”
“Anya ini hanya perempuan yang dimanfaatkan untuk mengandung anak Bang Axel. Selanjutnya, Anya bukan siapa-siapa lagi selepas anak itu lahir. Itupun kalo Bang Axel mau nidurin, Anya!” ucap Anya dengan santai dan tanpa beban. Seolah ia tidak merasa keberatan sedikit pun dengan statusnya sebagai istri muda sementara Axel.
“Kalo Abang gak doyan sama Anya, berarti enam bulan ke depan sudah dipastikan jika Anya gak hamil. Jadi Anya bebas dengan semua perjanjian kontrak ini!”
Semua ucapan Anya membuat Axel diam seribu Bahasa. Dia sendiri tidak habis pikir kenapa Anya bisa sangat santai mengucapkan semua itu.
“Atau jangan-jangan –”
Anya kembali mengikis jaraknya dengan Axel dan membuat Axel berusaha untuk menjauh dari Anya.
“Abang cemburu ya liat Anya sama Dokter Firman?”
Blush! Pertanyaan Anya kali ini membuat wajah Axel seketika merona. Cepat-cepat Axel mendorong tubuh Anya untuk menjauh darinya.
“Jangan mimpi deh kamu! Buat apa juga saya merasa cemburu?” sanggah Axel.
“Udah lah! Saya mau istirahat! Mendingan kamu cuci piring sana!”
Axel langsung menutupi tubuh dan juga wajahnya dengan selimut. Sedangkan Anya hanya mengedikkan bahunya melihat Axel yang tetap bersikukuh untuk memperlihatkan jika ia masih belum bisa menerima Anya sedikit pun.
“Kirain Abang cemburu!” Anya langsung mengambil mangkuk dan gelas yang ada di atas nakas.
“Kalo cemburu kan berarti abang ada perasaan spesial gituh sama istri muda Abang! Eh, ternyata Anya Cuma salah sangka ya!” lanjutnya lagi sambil pergi menjauh dari tempat tidur.
‘Cemburu?’ gumam Axel dalam hati.
‘Perasaan special?’
‘Kenapa aku merasakan semua yang diucapkan Anya ya?’ batin Axel.
‘Tapi jika aku merasakan semua itu, apa Anya juga memiliki perasaan yang sama terhadapku?’
‘Aaarrrrgggghhh! Kenapa aku harus terjebak dalam situasi seperti ini sih?’