NovelToon NovelToon
BOS MAFIA MUDA

BOS MAFIA MUDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Roman-Angst Mafia
Popularitas:891
Nilai: 5
Nama Author: Gibela26 Siyoon93

Felisberta Divya Deolinda gadis pemalas dan putri kesayangan keluarganya, Naumi sebagai seorang sahabat selalu membantu dia dalam pelajaran. Sampai suatu hari terjadi kecelakan dan membuat Feli koma, saat terbangun dia terkejut mendapatkan dirinya ada di dalam novel yang selalu dibacanya berjudul ‘Bos Mafia Muda’. Pemeran utama wanita di novel itu bernama Shanaya, dalam cerita Shanaya berakhir menyedihkan. Feli menjadi Shanaya dan menjadi istri dari Bos Mafia Muda itu yang bernama Shankara Pramudya Anggara. Di usia yang masih muda Shankara bisa menaklukkan semua Mafia yang ada di Negaranya, sosok laki-laki itu ditakuti semua orang tidak ada siapa pun yang berani menentang maupun melawannya karena itu Shankara Pramudya Anggara dikenal sebagai Bos dari semua Mafia yang ada di Negaranya atau di sebut Bos Mafia Muda. Alur ceritanya berubah seiring waktu setelah Feli menjalankan kehidupannya bersama Shankara.

@KaryaSB026

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Bosan menonton Shanaya pergi jalan-jalan di sekitar vila bersama Nina, beberapa anak buah Shankara mengikuti Feli kemanapun dia pergi.

Feli kesal di ikuti terus menerus oleh mereka “Kalian tunggu disini !”

“Tapi Nyonya Muda kita di perintahkan Bos untuk menjaga Nyonya.”

“Aku tidak akan jauh-jauh lagi pula Nina ada bersamaku.”

“Tapi …” pengawal itu hendak mengatakan ketidak setuju nya tapi Feli langsung menatapnya sehingga mereka pun mengikuti perintah Feli.

“Wah luar biasa.”

“Mereka membuatku risih.”

“Annya belum terbiasa pasti tidak nyaman di ikuti pengawal seperti tadi,” gumam Nina mengerti.

“Kenapa aku memikirkan dia sih,” Feli kesal karena dari tadi mengingat terus Shankara yang akan bertemu teman masa kecilnya.

“Apa dia cemburu ?”

“Lakukan sesuatu yang menyenangkan dan lupakan,” berjalan cepat.

“Annya tunggu aku…”

Feli melihat sekeliling pantai tanpa sengaja melihat pemimpin pulau barak sedang mengobrol dengan seseorang. Karena penasaran dengan apa yang dibicarakan mereka Feli mengendap-endap, Feli melangkah tidak memperhatikan pijakan.

“Aww kakiku,” Feli tergelincir sampai kakinya terkilir.

“Aduh kakimu kan baru sembuh sekarang malah terluka lagi,” Nina panik.

Mendengar teriakan Feli mereka pergi mengeceknya “Gadis itu ? gadis yang aku bantu waktu di parkiran apartment.”

“Apa yang terjadi ?”

“Eh dia datang kemari ?” mereka saling bertatapan.

“Kakimu terluka ?”

“Sedikit.”

“Tidak aku masih bisa berjalan,” Feli menolak untuk di gendong.

“Pelan-pelan Annya !” Nina memapah Feli untuk duduk di batu besar.

“Apa yang mau kamu lakukan ?” melihat pria itu memegang kaki Feli.

“Mungkin sedikit sakit !”

“Aaaawwwwww ….” teriakan Feli begitu kencang karena kesakitan.

“Cobalah !”

“Eh sudah jauh lebih baik,” Feli menggerakkan kakinya yang sudah tidak sakit.

“Terima kasih Tuan sudah menolong Annya.”

“Tidak masalah.”

“Sedang apa kamu disini ?” bertanya kepada Feli.

“Oh itu …(dalam hatinya berkata tidak mungkin kan aku mengatakan ikut bersama Shankara yang tidak lain adalah suamiku untuk mengambil alih pasar gelap atau membongkar kecurangan bawahan Shankara).”

“Jalan-jalan,” dengan cemas cepat-cepat Feli menjawab.

“Kenapa dengan Annya ?”

“Nina …” berbisik.

“Ah iya benar.”

“Dilihat-lihat dia juga tampan yah apalagi mengenakan pakaian formal seperti itu.”

“Apa aku tampan ??”

“Hahh ?”

“Caramu melihatku seperti itu bisa membuatmu jatuh cinta padaku.”

Tersenyum dan dalam hati berkata “Idih kepedean.”

“Oh ya terima kasih sudah menolongku lagi.”

“APA LAGI ?”

“Iya Nin sebelumnya dia pernah menolongku di parkiran dari para penjahat.”

“Parkiran ? oh iya aku ingat Bos sudah menceritakan masalah itu. Ternyata Tuan sangat suka menolong yah.”

“Kalau begitu bagaimana jika ikut bersamaku ?”

“Tid …”

“Boleh,” Feli menjawab cepat sebelum Nina.

“Oh iya siapa namamu ?”

“Namaku Shanaya, dia temanku Nina.”

“Khara namaku Khara,” saling menjabat tangan.

Nina sangat terkejut mengetahui orang yang sekarang disamping Feli adalah Khara pemimpin pulau barak.

“Aku hanya mendengar tentang Khara dari orang lain tidak menyangka aslinya orang yang baik,” batin Nina.

“Mobil nya keren banget,” mata Feli berbinar-binar melihat mobil mewah di depan matanya.

“Ayo !” Khara membuka pintu mobil untuk Feli.

Hanya satu orang pengawal yang ikut dengan mereka naik mobil, semua bawahannya langsung mengerti untuk tidak mengikuti mereka tetapi tetap fokus jaga-jaga terjadi sesuatu yang buruk terhadap ketua mereka.

“Itu bangau bukan ?” Feli menunjuk pinggir pantai yang terdapat sekumpulan bangau.

Feli begitu menikmati suasana akan tetapi Nina semakin wapada terlebih lagi dia merasa ada yang ganjal semenjak berjalan mengelilingi pulau.

“Annya begitu asik dan tenang berada disamping Khara mungkin karena dia tidak tau kalau Khara memiliki identitas yang tidak biasa.”

“Disini tidak ada pemburu jadi hewan-hewan itu bisa hidup damai.”

“Pantas saja.”

“Dia masih saja cantik seperti awal bertemu, akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu. Semoga takdir menjodohkan kita.”

“Astaga cara Khara menatap Annya seakan dia menyukai Annya,” diam-diam Nina memperhatikan.”

“Ini ?” Khara memberhentikan mobilnya tepat di sebuah resto dekat pantai.

“Ingin mencoba beberapa makanan di pulau ini ?”

“Aku penasaran rasa masakan di pulau ini,” turun dari mobil.

Pengawal itu bernama Mugo yang tidak lain adalah asisten Khara, dia turun lalu menuju kasir memesan beberapa makanan di resto tersebut. Mugo meminta pelayan resto menyiapkan sajian terbaik yang ada di resto tersebut dan tentunya melakukan pelayanan terbaik.

“Sepertinya temanmu sangat khawatir,” bisik Khara.

“Oh dia memang seperti itu takut terjadi sesuatu padaku,” Feli berbisik kembali.

“Ini adalah makanan pembuka,” Mugo datang bersama pelayan resto yang membawa kue manis yang terbuat dari kelapa.

“Apa namanya ?”

“Kerikil kelapa.”

“APA ?” Feli memuntahkan nya.

“Nona tenang saja kue kerikil kelapa ini tidak terbuat dari kerikil itu hanya namanya saja.”

“Syukurlah,” mengusap dadanya.

“Tempat ini menyejukkan,” Feli perlahan menghirup udara segar.

“Cobalah air kelapa ini,” Khara menyodorkan ke depan Feli.

“Apa kelapa biru ini aman ?” Feli ragu untuk meminumnya karena dalam dunianya tidak ada kelapa yang berwarna biru.

“Kelapa ini adalah kelapa langka di dunia,” Nina langsung meminumnya.

“NINA ?” panik karena Nina mematung.

“Wah segarnya,” menghabiskan air kelapa itu.

“Huh kamu membuatku takut.”

“Menurutmu setelah Nina meminumnya ?”

“Baiklah aku akan mencobanya.”

“Bagaimana ?”

“Rasanya asam tapi manis sangat menyegarkan, tekstur daging kelapanya juga lembut.”

“Kamu menyukainya ?”

“Iya.”

“Karena pulau ini kebanyakan warganya nelayan jadi mereka membuat semua makanan hasil laut,” beberapa pelayan datang menyajikan berbagai hidangan.

Empat pelayan mengangkat kepiting besar yang sudah di masak, membuat mata Feli terkejut sekaligus ngiler mencium aromanya.

“Kepiting saus kelapa manis menu terbaik di resto ini,” jelas Mugo.

“Silahkan cicipi,” Khara memotong capit kepiting yang besar itu dengan gunting supper besar.

Menyimpan daging yang sudah diambil khara dari cangkangnya lalu menyimpan di piring Feli “Lumuri dengan saus hitam dan tambah sedikit sambal,” memberikan sumpit.

Feli mengambil sumpitnya untuk mencoba daging kepiting itu “Luaaarrr biaaaasa lezat sekali.”

Mugo diam-diam memberikan jempol kepada pelayan resto yang berkumpul mendengar penilaian dan respon ketua pulau barak.

“Resto ini tidak mengecewakanku sampaikan kepada seluruh masyarakat pulau kalau resto ini adalah resto terbaik di pulau,” melihat Feli puas membuat Khara sangat bahagia.

Mereka menikmati sajian dengan penuh semangat sampai tidak ada sisa sedikitpun bahkan Mugo tidak percaya melihat Khara yang selama ini sulit makan menjadi begitu rakus.

Selesai makan dan mengobrol Khara mengantarkan Feli ke tempat pertama tadi “Terima kasih untuk hari ini,” turun dari mobil.

“Terima kasih Tuan,” ucap Nina.

“Lain kali jika bosan hubungi aku,” memberikan Feli nomer ponsel nya.

“Okey, dah sampai jumpa lagi.”

“Hari ini sungguh menyenangkan.”

“Hati-hati perutmu meledak,” ledek Feli melihat perut buncit Nina.

“Kalau buka karena Mugo menambah hidangan aku pasti sudah berhenti sejak awal.”

“Jangan ngelak.”

“Hehe …”

“Nyonya,” para pengawal yang tadi memberi hormat.

“Lihat aku tidak apa-apa kan !”

Para pengawal saling melirik lalu mengangguk paham “Silahkan Nyonya,” mempersilahkan Feli masuk lebih dulu.

“Kakimu masih sakit ?” Shankara yang menunggu sedari tadi menemukan kaki Feli yang tidak berjalan normal seperti pagi tadi.

“Sedikit mungkin karena terlalu banyak berjalan,” Feli berusaha menutupi kalau dirinya sebelumnya terkilir.

“Coba aku lihat !”

“Eh tunggu kakiku kotor,” cegah Feli.

“Tidak apa-apa.”

“Saya sudah memberikan obat di luka Annya Bos,” Nina membantu Feli menutupi kebenarannya.

“Nina menurutmu dia tau tidak kalau tadi kita pergi tanpa pengawalan ?”

“Sepertinya tidak Annya, Bos nampak tenang-tenang saja.”

“Syukurlah.”

“Kalian sudah kembali,” Dika dan Raymond menyadari kedatangan Feli dan Nina.

“Kemana kalian pergi begitu lama ?” tanya Dika.

“Jalan-jalan sekitar pantai.”

“Tapi kenapa ada cangkang kerang di bajumu ?”

“Eh soal itu.”

“Sudahlah jangan di permasalahkan yang penting aku dan Nina sudah pulang,” Feli melindungi Nina dari pertanyaan-pertanyaan jebakan Dika.

“Nina ??”

“Iya Bos.”

“Kemari !” Nina melirik Feli.

“Tidak apa-apa, pergilah !”

“Katakan apa yang terjadi !”

“Ma maksud Bos ?”

“Shanaya terluka bukan karena luka sebelumnya tetapi karena luka baru.”

“Bos benar sebenarnya saat tadi jalan-jalan di pinggir pantai Annya menginjak batu yang licik sehingga kakinya terkilir untungnya ada warga sekitar yang menolong jika tidak mungkin Annya tidak akan bisa berjalan saat ini.”

“Kalian kemari !” memberi tugas para anak buahnya.

“Apa yang Bos bisikan ?” menaikan alisnya.

“Itu saja yang ingin aku ketahui.”

“Baik Bos kalau begitu aku kembali.”

“Hemn.”

“Eh tunggu !” karena penasaran Nina bertanya.

“Apa yang tadi Bos Shan perintahkan.”

“Kami di minta membersihkan batu-batu yang ada di pinggir pantai, jika kami tidak melakukan pekerjan nya dengan baik Bos akan memotong tangan kami,” setelah menjawab mereka langsung pergi.

“Hah apa Bos bercanda ?”

“Ekspresi loe kenapa begitu ?”

“Bos nyuruh mereka membersihkan batu pinggir pantai dekat Vila.”

“Jangan ngadi-ngadi deh loe.”

“Tuh loe lihat aja sendiri,” menunjuk bawahannya yang sedang membersihkan batu.

“Kenapa Bos melakukan itu ?”

“Kaki Shanaya terkilir gara-gara batu-batu itu,” jawab Nina lalu pergi.

“Jadi karena itu Bos memberi perintah mereka membersihkan batu-batu itu ?”

“Begitu lah.”

“Astaga Bos Bos …”

“Ehh apa yang sedang kamu lakukan ?” tiba-tiba Shankara datang menyentuh kaki Feli.

“Kakimu terkilir ?”

“Ko tau ?”

“Apa itu sakit ?” bukannya menjawab Shankara malah bertanya balik.

“Tidak oh maksudku sedikit.”

Shankara meminta pelayan wanita mengambil kan air hangat “Tunggu jangan lakukan itu !” Feli cepat-cepat menjauhkan kakinya dari Shankara.

Shankara menarik Feli lalu memintanya duduk kembali setelah itu perlahan memasukan kaki Feli ke dalam baskom yang berisi air hangat itu.

“Suhunya cukup ?”

“Humn.”

Shankara membasuh kaki Feli sembari memberikan pijatan lembut, hal ini membuat Feli bingung sekaligus tidak percaya “Dia mencuci kakiku dan memijatnya ?”

“Bos makan malam sudah siap.”

“Hemn.”

“Dia memperlakukanku begitu lembut,” Feli diam-diam tersenyum ketika Shankara mengeringkan kakinya.

“Dika dan Raymond sudah menyiapkan makan malam,” membantu Feli berdiri.

“Tumben mereka masak ?”

Sesampainya di meja makan Feli di buat terkejut dengan keahlian memasak Dika dan Raymond, berbagai hidangan mewah tersaji di atas meja.

“Benar kah kalian yang membuatnya ???”

“Tentu saja,” menyimpan piring di depan Feli.

“Cicipi !” Dika memberikan sumpit.

“Baiklah aku cicipi udang ini,” mengambil satu udang yang di goreng setelah di baluri tepung.

“Diluar sangat krispi tetapi dalamnya lembut, kalian benar-benar hebat aku tidak menyangka ternyata kalian pintar memasak yah.”

“Aku bisa memasak banyak hal yang tidak bisa di buat di resto sekalipun,” ucap Dika.

“Kalian belajar dimana ?”

“Bos yang mengajari kami,” Raymond datang membawa satu piring ikan bakar berukuran cukup besar.

“Selain memijat ternyata kamu jago memasak juga,” Feli menoleh.

“Bukan jago hanya bisa.”

“Banyak orang yang ingin membunuh Bos, bahkan mereka nekad memasukan racun kedalam makanan Bos. Untuk menjaga makanan itu aman dari racun Dika dan Raymond yang memasak,” jelas Nina.

“Begitu ternyata pantas saja mereka jago memasak.”

“Annya apa kamu tidak kenyang ?” bisi Nina dengan hati-hati.

“Bagaimana lagi mereka sudah memasak banyak untuk kita, jika kita menolak mereka pasti sedih lagipula masakan mereka sangat lezat aku tidak keberatan menghabiskannya walaupun perut ini sudah tidak bisa menampung lagi.”

“Haha badan kecil tapi soal makan paling banyak.”

“Suts jangan berisik nanti ketahuan.”

“Bendahara pasar gelap harus diganti,” Shankara memulai obrolan.

“Benar Bos aku setuju.”

“Giman kalau Annya yang …”

“Tidak.”

“Hanya Annya yang bisa melihat kecurangan keuangan pasar gelap.”

“Dia bisa memantau tanpa harus menjadi bendahara pasar gelap.”

“Annya tidak cocok masuk ke dalam bagian pasar gelap,” sambung Nina.

“Benar juga.”

“Kalau gitu bagaimana kalau kamu aja,” saran Feli.

“Aku ?”

“Benar,” Feli menunjuk Nina.

“Lalu siapa yang akan menjagamu ?”

“Hal itu bisa di lakukan secara bersamaan bukan, selain itu aku bisa membantu Nina mengelolanya tanpa harus masuk struktur pasar gelap.”

“Masuk akal,” Raymond setuju.

“Gue penasaran siapa dalang yang menyabotase keuangannya,” mendengar ucapan Dika Feli yang sedang makan terkejut sampai tersedak makanan.

“Annya pelan-pelan makannya !”

“Minum dulu,” Shankara memberikan gelas berisi air putih.

“Sepertinya Annya mengetahui siapa orangnya,” Dika mulai curiga.

“Ada yang telpon,” Nian mendengar nada dring ponsel panggilan masuk.

“Nona Hera …”

“Bos Nona Hera ingin berbicara,” memberikan ponselnya.

Shankara mengambil ponsel lalu berjalan menjauh dari meja makan sembari menjawab panggilan dari Hera. Dalam hati Feli sedikit kesal, raut wajah kekesalannya disadari Nina.

“Gak cukup apa setelah ketemu tadi siang.”

“Bos tidak menemui hera tadi siang.”

“Jangan bercanda.”

“Yang dikatakan Dika benar, kami tadi hanya pergi membahas kerjaan.”

“Kenapa dia tidak menemuinya ?”

“Kami juga tidak tau.”

“Dika menanyakannya kepada Bos di perjalanan pulang tapi Bos berkata sampaikan padanya aku sibuk tidak bisa bertemu.”

“Ada yang salah deh.”

“Sulit menebak apa Annya bahagia atau sedih sekarang,” Nina diam-diam tersenyum.

“Sebenernya seberapa dekat mereka belakangan ini ?”

“Nona Hera sering kali mencari Bos, sering kali menghubungi Bos untuk bertemu apalagi setelah mendengar kabar dari luar kalau Bos memiliki istri.”

“Lalu tanggapan dia ?”

“Sebelum bertemu denganmu Bos sering membicarakannya bahkan ingin bertemu kembali tapi setelah bertemu denganmu Bos sama sekali tidak membicarakannya lagi.”

“Kalian tidak sedang menghiburku kan ?”

“Pertanyaan macam apa itu ? kami hanya mengatakan kebenarannya.”

“Jika dia menelpon lagi katakan aku sedang sibuk tidak bisa di ganggu,” Feli diam-diam merasa senang.

1
Chimer02609
wokey 👌
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!