Bayu. Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 198. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Intan Masuk Rumah Sakit.
Bab 13. Intan Masuk Rumah Sakit.
Memasuki tahun ajaran baru, semua murid berangkat ke sekolah dengan semangat baru, termasuk juga dengan Bayu.
Meskipun baginya seolah tidak ada yang sulit untuk dikerjakan dari soal-soal pelajaran selanjutnya akan tetapi efek kegembiraan yang dibawa oleh teman-temannya karena kenaikan kelas mau tidak mau juga berimbas padanya atau lebih tepatnya yang merasakan euforia dari nostalgia nah sebelumnya tidak akan pernah ia pikirkan.
Dan nostalgia itu adalah di tahun yang sangat jauh sebelum ia dilahirkan pada saat kehidupan sebelumnya. Yah, karena dia telah memasuki kelas 5, berarti saat ini memasuki tahun 1981.
Bicara tentang tahun 1981, mengenai harga telur untuk usaha bayu saat ini masih stabil. Meskipun ada beberapa toko yang mulai menjualnya seharga Rp 20/butir.
Namun, saat pergi ke pasar untuk membeli telur, Haji Amir tetap memberinya harga Rp 15/butirnya. Itu karena Bayu adalah pelanggan tetap dan selalu membeli telur dalam jumlah banyak. Sehingga, Haji Amir berniat memberikan bonus. Di sisi lain, itu juga dianggap sebagai sedekah untuk Bayu yang bekerja keras dan merintis bisnisnya.
Ia hanya berharap, dari jalur sedekah seperti ini, rezekinya akan dilancarkan oleh Allah SWT.
Bahkan Bayu sampai tidak bisa berkata-kata ketika mendengar penjelasannya saat ia bertanya. Akhirnya, Bayu hanya bisa berterima kasih. Kemudian, ia juga berdoa agar Haji Amir diberikan kesehatan, keselamatan, kelancaran dalam mencari rezeki, dibereskan segala urusan-urusannya, dan dijauhkan dari mara bahaya.
Bekerjaan sehari-hari Bayu saat pulang sekolah tentu saja tidak sama seperti sebelumnya. Jika sebelumnya ia sering bermain dengan teman-temannya, dia memutuskan pada hari kenaikan kelas ini, ia ingin fokus membantu ayahnya. Merumput untuk memberi bakan ternak, kemudian membantu ayahnya mencangkul di sawah. Bicara soal mencangkul, ini adalah pengalaman pertamanya. Bahkan di kehidupan sebelumnya, ia sama sekali tidak pernah memegang cangkul.
Maka di kehidupan ini, ia ingin mencoba bagaimana rasanya mencangkul. Selain itu, ini bisa dikatakan untuk menghormati atau menghargai jasa para petani yang seringkali tidak terlihat oleh mata orang-orang kaya di kehidupan sebelumnya.
Ya, pada tahun itu, terutama orang-orang di kota, kebanyakan dari mereka seolah-olah melupakan dari mana beras itu berasal.
Terkadang, ada yang malu karena orang tanya soal petani. Padahal, jika di nalar bertani adalah pekerjaan yang paling mulia. Bayangkan, jika tidak ada petani yang menanam padi. Mau makan apa? Orang-orang itu.
Bicara soal mencangkul, awalnya Bayu mengalami kesulitan. Bahkan di hari pertama ia merasakan tubuhnya terasa sakit, seperti dipukuli banyak orang. Setiap otot-ototnya terasa nyeri dan ngilu. Rasanya seperti tawuran 1 vs 100, dimana tubuhnya benar-benar digebuki sampai tidak berdaya.
Tapi pelajaran yang bisa ia petik adalah ternyata perjuangan para petani untuk menanam padi bukanlah hal yang mudah. Itu adalah usaha keras yang dilakukan dengan penuh tenaga, kesabaran dan keikhlasan.
Namun setelah satu bulan. Bayu mulai terbiasa mencangkul dengan lancar. Ya, bahkan mulai menyukai kegiatan ini dan menganggapnya sebagai latihan untuk memperkuat fisik saat mencangkul ia merasa seluruh tubuhnya ataupun seluruh ototnya semuanya bergerak.
Dia mulai ketagihan bahkan mulai terlihat seperti maniak pembajak sawah. Saat memegang cangkul seolah-olah itu adalah tangannya sendiri.
Bahkan keringat mengucur deras dari dalam tubuhnya. Dia menganggap mencangkul sebagai fitness model zaman kuno. Walaupun tidak sinkron tetapi menurutnya nama itu cukup sah-sah saja. Ya, begitulah kelihatan perusahaan hari-hari. Masalah belajar tak perlu khawatir. Dia akan tetap rangking 1 apapun yang terjadi.
Mari fokus pada kehidupan Bayu di tahun 1981 ini dari segi ekonomi.
Penjualan telur gulungnya masih lancar seperti biasa. "Jumat Berkah" juga masih terus berjalan dan disambut dengan antusiasme yang tinggi dari anak-anak.
Bukan hanya anak-anak, tapi para guru juga mulai mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Bayu. Kata-kata "Jumat Berkah" yang tadinya asing, kini mulai dikenal di sekolah itu, entah baik itu dari para murid maupun guru di SDN Cipayung 01.
Sementara itu, kakaknya Intan mulai memasuki tahun ajaran baru di SMPN Cipayung 01.
Seperti biasa, kakaknya selalu belajar dengan rajin. Bahkan bayi sampai salut pada ketahanan kakaknya saat belajar dan menghadapi buku-buku itu seolah mereka ada kekasih sehidup semati baginya.
Berkat seriusannya dalam belajar, setiap mata pelajaran atau bahkan setiap ulangan, kakaknya selalu mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Para guru bahkan memujinya sebagai murid yang cerdas dan memiliki masa depan yang cerah.
Tak terasa dua tahun terlalu, Acara perpisahan sekolah sebentar lagi akan kembali digelar.
Bayu saat ini sudah kelas enam SD. Usianya saat ini 13 tahun. Dia baru berulang tahun sekitar 5 hari yang lalu.
Kegiatan Bayu di sekolah hanya melakukan latihan untuk persiapan perpisahan yang akan diadakan satu minggu lagi.
Bayu sendiri juga mengikuti rangkaian kegiatan itu dengan antusias dengan teman-temannya yang lain. Bagi dia, acara seperti ini cukup menarik dan cukup menyenangkan.
Rangkaian kegiatannya diantaranya adalah Menyanyi, menari, membaca puisi, Membuat acara drama sekolah, Yang mana itu memakan waktu yang tidak sebentar.
Mari bicara tentang berapa Banyak tabungan yang Bayu hasilkan dari ia berjualan telur gulung mulai dari kelas 4 sampai kelas 6.
Selama dua tahun ini, tabungan Bayu yang terkumpul dari menjual telur gulung total semuanya sekitar Rp.2.500.000,- .
Pada tahun 1980-an pendapatan semacam itu bisa dibilang sangat menakjubkan untuk seukuran anak SD kelas 6. Bisa dibilang, ia adalah wirausahawan sukses.
Seperti biasa, Bayu pulang dari sekolah dengan mengucapkan salam. Tetapi saat itu, suasana tidak terlihat seperti biasanya.
Bayu mengerutkan kening saat mendengar suara isak tangis dari seorang wanita paruh bayi yang sangat familiar, yaitu adalah Ratna, yang merupakan ibunya. Bahkan ayahnya, Bagas, yang biasanya selalu tegar, kini juga ikut meneteskan air mata.
Melihat semua keanehan ini, Bayu merasakan kegelisahan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Kegelisahan yang membuatnya, entah kenapa, merasa begitu sesak.
Melihat kedatangan Bayu, Ratna mendekatinya dan langsung memeluknya dengan erat.
Kemudian, dengan suara bergetar, ia berkata,
"Nak, cepat ganti bajumu, dan kita ke rumah sakit. Saat ini, kakakmu sudah dirawat."
Mendengar kakaknya di rawat di rumah sakit, bayu melebarkan matanya.
"Hah? Apa? Di rumah sakit?"
"Kak Intan di rumah sakit?"
"Apa yang terjadi, Bu?" tanya Bayu dengan keterkejutan yang luar biasa.
Mendengar itu, Ratna semakin menangis. Air matanya menggenang bagian tubuhnya sampai bergetar.
Melihat keadaan ibunya yang tidak stabil, mau tak mau secara refleks bayu menatap ayahnya.
"Ayah, apa yang terjadi?"
Menghela napas. Bagas pun berkata
"Lebih baik cepat ganti bajumu. Setelah itu, ayah akan menjelaskannya sambil jalan."
Bayu pun mengangguk tanpa membantah, ya segera masuk ke kamar, berganti baju, dengan baju biasa, lalu setelah mengunci rumah. Dua orang suami istri, dan juga Bayu sebagai anaknya, mulai melangkah meninggalkan rumah kediaman mereka. Singkat cerita, setelah mendapatkan angkot, mereka segera pergi ke rumah sakit terdekat yang ada di daerah Cipayung.
Di perjalanan, jantung Bayu berdegup dengan kencang. Firasat buruk mulai menggelayuti hatinya. Berbagai macam pikiran negatif mulai bermunculan di otaknya. Apakah jangan-jangan kakaknya mengalami kekerasan fisik di sekolah? Itulah yang dia pikirkan. Namun, apa yang dikatakan oleh ayahnya benar-benar seperti sebuah bom yang meledak di kepalanya.
Yang ia khawatirkan, ternyata benar-benar terjadi. Kakaknya menjadi korban kekerasan di sekolahnya.
"Ayah, dari mana kau tahu jika kakak mengalami tindakan kekerasan?