calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak terima
Itu suara sindy!
Teman baikku yang sungguh tega membuatku dicampakkan di hari pernikahanku karena mengancam bunuh diri dan meminta calon suamiku menikahinya.
Meski aku tidak ingin dan bertatap muka dengannya,namun demi memenuhi rasa penasaranku aku mencoba mencari tahu dengan berjalan lebih dekat.
Dua wanita yang masih memilih-milih kebaya itu berdiri membelakangi ku. Tapi aku tahu betul,wanita satunya adalah Sindy. Dia teman dekatku selama empat tahun kuliah barang. Tentu aku sudah tahu gelagatnya.
Teringat tentang penghianatan nya hatiku meradang. Tidakkah di merasa bersalah sudah mengacaukan hidupku seperti ini? Bagaimana tanpa dosa menampakkan diri di kota ini?
Oh.aku lupa, sebentar lagi kami akan wisuda. Tentu saja dia datang.
Lagipula,siapakah aku? Bagaimana dia menindas ku toh bagi mereka aku bukanlah orang yang harus dipertimbangkan perasaannya.
"kenapa Genta takut bertemu dengan mantan calon istrinya itu?seharusnya kalian menghadapinya biar semuanya bisa jelas."
Aku masih berdiri menyembunyikan diri sekedar ingin mendengar apa yang mereka katakan. Kakiku membeku tak bergerak padahal otakku sudah memerintah untuk pergi saja,ketika mereka membicarakan tentang mas Genta.
Ya sudah. Biar aku tahu seperti apa sebenarnya hubungan mereka selama ini dia di belakangku.
"Bukan takut,ma. Mas genta itu hanya tidak mau ribet klau nanti Risna nangis-nangis di depannya. Mama tau kan mas Genta itu orangnya baik hati, lemah lembut dan tidak tega."
"Ya kamulah yang menghadapi gadis itu. Biar bagaimanapun kalian sudah menikah. Dan bukannya dengar-dengar gadis itu juga sudah menikah, 'kan?"
Sindy mengangguk membenarkan. " aku dengarnya sih dia menikahi pria miskin yang sering mangkal di kampus,ma. Klau tidak salah dia cuma supir truk."
"Astaga...., supir truk, sindy? Menyedihkan sekali hidupnya."
Kedua ibu dan anak itu nampak menertawakan nasibku. Hatiku mendidih ingin sekali menendang benda yang ada di depan lalu menghadapi kedua wanita itu. Sayang sekali aku tidak seberani itu.
"Risna memang pantas mendapatkan supir truk itu. Dia hanya gadis miskin dan keluarga nya juga suka memeras. Tidak sepadan sekali dengan keluarga Genta. Sementara kau ini keponakan gubernur. Harga diri keluarga kita lebih tinggi. Biar bagaimanapun genta lebih terhormat bisa menikahi mu."
"Iya,ma. Aku juga tidak harus memikirkan hal itu. Mas Genta juga sudah menikah iku, artinya dia lebih mencintaiku dari pada Risna."
"Betul sekali. Lupakan temanmu itu dan pikirkan hubungan kalian. Apa lagi ada bayi disini yang akan lebih mempererat hubungan cinta kalian."
Heran saja pada sindy. Sudah menikung teman justru terlihat Sebanga itu. Bangga menjadi orang yang berhasil menggagalkan pernikahanku dan Mas Genta.
Setidaknya topeng Sindy sudah terbuka saat ini.Sikap baiknya selama ini pasti hanyalah manipulasi saja untuk mendekati mas Genta.
Pesan dari Rizal ku baca. Dia sepertinya menanyakan ku yang sedikit lama. Aku memang sudah selesai, Tapi masih enggan bergerak karna takut tak sengaja menampakan diri di hadapan dua wanita itu.
Hanya sekedar melindungi hatiku saja agar tidak bersitatap dengan mereka yang pada akhirnya hanya menambah sakit hatiku.
[Aku bertemu temanku dan ibunya. Sekarang aku bersembunyi agar tidak terlihat mereka. Kesal sekali karna mereka menghina-hinaku ] tulisku membalas pesan Rizal sekali curhat.
[Jangan malah bersembunyi. Hadapi mereka! Katakan yang ingin kau katakan] balasan dari Rizal.
Aku menghela napas menyerah. Karna tidak mungkin aku seberani itu pada mereka. Siapalah aku ini.
[Aku disini. Kau ingat ucapanku 'kan. Klau ada yang meremehkan mu dia akan menyesal berurusan dengan Rizal!]
Aku tidak menjawab ucapan Rizal. Kurasa aku lebih baik tidak membuat ulah. Ku panggil salah satu pegawai butik dan memintanya mengurus pembayarannya saja sambil menunggu di tempat yang tidak perlu terlihat Sindy dan ibunya.
Namun,sesuatu hal terjadi, hingga membuatku tidak terima dan harus keluar dan menghadapi mereka.
"Putriku suka kebaya ini,mba. Biar aku tambahi uang asal kebaya yang ini buat putriku." ibu sindy sepertinya ingin mengambil kebaya yang sudah aku pilih.
Astaga. Bahkan kebaya pun sindy ingin merebutnya dariku?
"Maaf,bu. Ibu harus membicarakannya dengan mba yang sudah memilih kebaya ini terlebih dulu," ujar pegawai butik yang ku minta tolong tadi.
"Mana dia? Apa dia bisa kasih biaya lebih di atas harga yang aku tawarkan." ibu sindy masih ngeyel.
"Itu kebaya saya, bu! Ujarku yang tanpa sadar sudah berjalan menghampiri mereka saja.