Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Intimidasi
Sia POV~
" Hufttt... Ternyata capek juga ya rapat sama Pak Dikertur, dia orangnya teliti banget ya, gila-gila. Tapi tetep Di, menurut aku Pak Andre yang paling uwu." Aku mendudukkan diri di kursi kubikel. Setelah dadi mengikuti rapat yang sedikit menguras otak dan adrenaliku karena melihat dan merasakan aura dari Pak Radit yang sangat dingin.
" Apaan lu uwu Pak Andre, jelas Pak Radit lah secara dia cool banget gitu. Tidak ada yang bisa mengalahkan aura ketampanan dan ketegasan seorang Raditya Diko Santoso di kantor ini. Lagian lu cuma dengerin rapat aja udah orang abis disuruh perang aja lemes gitu." Dian seperti tidak Terima saat aku mengatakan lebih uwu Pak Andre dari pada Pak Radit. Sepertinya Dian fans garis keras dari Pak Radit.
" Jelas Pak Andre, udah dia tuh ganteng, dan yang paling penting dia itu ramah sama semua orang. Satu lagi, menurut kamu liat muka Pak Radit yang dingin itu gak bikin jiwa raga aku capek apa, walaupun aku disana cuma nyimak, tapi ketegangan yang kalian lakukan tadi aku juga ikut tegang tau.
" Apaan tuh bahas jiwa raga." Mas Tio tiba-tiba ikut bergabung dengan pembicaraan para wanita yang sedang menggosipkan atasan mereka dan asistennya. Siapa lagi kalo bukan Pak Radit dan pak Radit Andre.
" Itu Mas, si Dian nggak terima aku bilang lebih uwu Pak Andre dari pada Pak Radit." Ujar ku sambil tertawa.
" Awas aja kalo lo sampe kena pesonanya Pak Radit. Gue bakal jadi orang pertama yang bakal ngetawain elo." Ujar Dian kepadaku yang hanya aku balas dengan tertawa.
" Ngapain si kalian ngeributin Pak Radit sama Pak Radit, yang diributin juga nggak bakal mau sama lo lo pada." Ujar Leo tertawa dari kubikelnya. Ternyata diam-diam Leo menyimak pembicaraan antara aku, Dian, dan Mas Tio.
" Gue juga nggak berharap Pak Radit dan Pak Andre bakal suka sama kita, ya nggak Si." Mendengar ucapan Leo, Dian langsung sewot, yang hanya dibalas oleh tawa Mas Tio dan Leo.
" Udah Di, kita kerja lagi aja, lagian kenapa kita malah jadi bahas uwu siapa antara Pak Radit sama Pak Andre." Ujarku kepada Dian.
" Iya juga ya, kenapa kita malah ngeributin mereka. Bukannya kita mau bahas rapat ya."
" Cewek mah gitu ya Yo, kadang aneh banget, jadi nger guei." Ku dengar bisikan Leo kepada Tio.
" Biarin aja, asal nggak tiba-tiba nangis aja." Mereka berdua tertawa bersama. Sedangkan aku kembali fokus dengan pekerjaanku lagi.
.
.
Hari ini Sia istirahat hanya bersama Tio, karena tiba-tiba Dian ijin untuk kerja setengah hari karena akan ada acara keluarga. Sedangkan Leo di tugaskan untuk menemani Pak Sean melakukan kunjungan di Depok.
" Kita makan dimana Si? " Tanya Tio kepada Sia.
" Terserah aja, Mas Tio mau makan dimana." Jawab Rinada.
" Ini nih yang nyebelin dari cewek, ditanya baik-baik jawabnya terserah. Giliran pilihan cowok nggak bagus mereka kesel, gimana deh." Tio menggerutu dihadapan Siapa yang justru membuat Sia tertawa terpingkal-pingkal.
" Hahaha.. Kok Mas Tio tau sih, pengalaman ya." Jawab Sia masih tertawa geli.
" Tau lah, rata-rata mantan aku kan begitu. Udah cepetan kita mau makan dimana ini." Tio semakin tidak sabar menunggu jawaban Sia.
" Ya udah, kayak biasa aja di cafetaria kantor." Jawab Sia tersenyum.
" Nah gitu dong, jangan terserah gitu jawabnya. Kita para cowok tuh bukan cenayang yang bisa baca pikiran cewek labil macam kamu ini." Sekali lagi jawaban Tio membuat Sia tertawa. Sedangkan Tio hanya tersenyum kecil.
Hari ini Sia memesan sup ikan untuk makan siangnya. Sedangkan Tio memiliki untuk memesan nasi + semur ayam.
" Kamu suka makan sama sup-supan ya? " Tanya Tio kepada Sia.
" Iya nih, mungkin karena dari kecil sama mama dimasakin sup terus, Mas Tio sendiri suka sup? " Sia balik bertanya kepada Tio.
" Suka, cuma nggak yang suka banget. Aku lebih suka makanan tanpa kuah."
Sambil makan Sia dan Tio sedikit berbincang-bincang. Banyak hal yang mereka bicarakan. Mulai dari kuliah Sia dulu, makanan kesukaan Sia, awal mula Tio bisa kerja disini, dan masih banyak lagi pembahasan seru yang mereka bicarakan.
Sampai tidak teras waktu istirahat akan segera habis, sedangkan Sia dan Tio belum sholat dzuhur.
" Udah mau jam masuk nih Mas, kita keasikan ngobrol deh sampai lupa belum sholat dzuhur. " Ujar Sia mengingatkan mereka.
" Ya ampun Sia, kenapa baru ngomong. Ya udah ayo kita sholat dulu ke mushola, masih ada waktu 15 menit sebelum waktu istirahat habis.
Akhirnya Sia dan Tio beranjak dari tempat duduk menuju mushola untuk menunaikan kewajiban mereka sebagai umat muslim, yaitu sholat.
Selesai sholat, Sia dan Tio kembali ke ruangan mereka. Namun baru sampai lift mereka berpapasan dengan Pak Radit dan Pak Andre.
Pada akhirnya Tio mempersilahkan mereka berdua untuk naik lift terlebih dahulu.
" Kalian tidak ikut masuk? " Tanya Radit dengan suara yang rendah yang terkesan dingin.
" Silahkan Bapak duluan saja Pak, kita nanti sehabis Bapak." Ujar Tio menjawab, sedangkan Sia hanya bisa menunduk disamping Tio.
" 2 menit lagi waktu istirahat habis, dan saya begitu tidak suka dengan orang yang tidak on time." Ujar Radit lagi. Auranya semakin terasa menakutkan karena seperti predator yang sedang mengintimidasi musuhnya.
" Baik Pak. " Pada akhirnya Sia dan Tio menggunakan lift yang sama bersama Radit dan Andre. Andre berpindah ke belakang Radit. Sedangkan Tio dibelakang Sia. Sia tentu saja merasa sedikit takut berada di samping Radit, manusia terdingin di kantor ini yang sayangnya menjabat sebagai bosnya.
Suasana di lift sangat sunyi tanpa sedikitpun ada suara yang terdengar. Untuk ke lantai 5 yang biasanya hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 menit saja menjadi terasa sangat lama.
Saat lift sudah menunjukkan lantai 5 Sia merasa sangat lega, dia merasa bebas bernafas sepuasnya. Karena saat didalam lift Sia menahan nafasnya yang terasa sulit agar tidak menimbulkan suara.
" Saya duluan Pak Radit dan Pak Andre." Ujar Tio kepada mereka berdua. Sedangkan Sia hanya menundukkan badan dan memberikan sedikit senyumannya.
" Silahkan Mas Tio dan Mba Maureen." Tentu saja yang menyahuti adalah Pak Andre. Sangat mustahil jika Pak Radit yang akan bersuara hanya untuk membalas sapaan mereka.
Begitu pintu lift tertutup Sia langsung menyenderkan tubuhnya ditembok seraya memegang dadanya.
" Kamu kenapa deh Si? Sesak nafas deket Pak Andre? " Tanya Tio sambil terkekeh.
" Astaga Mas, bukan Pak Andre, ini semua karena Pak Radit tau."
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂