James Morgan adalah seorang pria dengan sejuta pesona yang dapat membuat banyak wanita terpikat olehnya. Tetapi di jaman sekarang ketampanan apa gunanya jika tidak memiliki uang dan kekuasaan?
Kisah tragis seorang pemuda tampan ditinggalkan oleh pacar materialistisnya karena mendambakan kemewahan.
Hingga suatu hari dia memiliki sistem kekayaan terhebat yang mengubah hidupnya yang biasa biasa saja menjadi luar biasa. Mobil super? Rumah mewah? Kehormatan? dan Wanita?? bahkan secantik bidadaripun bisa dia dapatkan dengan mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Pertemuan
"Nona Vivian?" Ujar James yang menyadarkan keduanya.
"Eh Y-ya." Jawab Vivian, wajah cantik yang biasanya tenang kini memerah seperti tomat.
"Apakah anda tuan James Morgan?" Tanya Vivian, berusaha bersikap tenang.
"Ya." Jawab James singkat.
"Silahkan duduk tuan James." Ujar Emily.
James duduk di seberang meja Vivian dan Emily, saling berhadapan.
"Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk datang tuan James, perkenalkan saya adalah Vivian Taylor, CEO dari perusahaan Veritas group saat ini, dan ini adalah asisten saya Emily." Ucap Vivian memulai pembicaraan.
Emily mengangguk hormat untuk sekilas.
"Saya James Morgan, senang bertemu dengan wanita hebat seperti anda nona Vivian." Ujar James tersenyum, yang membuat Vivian sedikit salah tingkah.
'Astaga ada apa denganku, kenapa saat bersama pria ini, aku tidak dapat mengendalikan diri sendiri.' Batin Vivian merutukki dirinya.
Sedangkan asistennya Emily saat ini benar benar tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap James, dia mencuri pandang ketika James tidak memperhatikan ke arah dirinya.
'Ku kira hanya nona Vivian manusia yang terlihat sempurna, ternyata pria ini juga...' batin Emily sedikit iri di hatinya, melihat dua orang yang hampir sempurna dari segi kekayaan dan penampilan, yang sedang berbincang di dekatnya, semesta benar benar tidak adil fikirnya.
"Emily, keluarkan berkas kepemilikan saham milik tuan James." Ujar Vivian.
Emily menganggukkan kepalanya lalu menyerahkan berkas penting itu dengan hati hati pada Vivian.
"Ini berkasnya tuan James, anda hanya perlu menandatangani kontrak finalnya, dan saham yang anda ambil alih sudah resmi menjadi milik anda." Ujar Vivian menyerahkan pena beserta berkas penting itu pada James.
James mengambilnya dan membaca berkas itu dengan seksama, dilihatnya tidak ada sesuatu yang merugikan, James menandatangani berkas itu tanpa ragu.
Vivian yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecil, walaupun di hatinya ada sedikit rasa menyayangkan. Biar bagaimanapun perusahaan Veritas group adalah usaha yang di rintis keluarga nya sejak dulu dengan susah payah, dan sekarang saham kepemilikan terbesar bukan berada di pihak keluarga nya lagi.
Entah bagaimana Vivian menjelaskan ya kepada sang ayah, ini begitu tiba tiba dan di luar kemampuannya.
"Terimakasih tuan James, oh ya saya ingin bertanya pada anda, maaf jika sedikit lancang, apa yang membuat anda menghabiskan begitu banyak uang untuk mengakuisisi saham perusahaan saya?" Ujar Vivian.
James yang mendengar itu tersenyum tipis dan menjawab.
"Tidak ada hal lain, saya hanya melihat potensi besar dari perusahaan anda, dan menurut saya itu akan menguntungkan saya di masa depan." jawab James tenang.
James memperhatikan gerak gerik Vivian saat dirinya berbicara, dan dia sedikit mengerti sesuatu.
"Anda tenang saja nona Vivian, saya hanya akan memiliki beberapa saham itu dan mungkin jarang berkunjung ke perusahaan, jadi bisakah saya meminta tolong kepada anda untuk tetap menjadi CEO di perusahaan Veritas group? Tetapi juga nantinya saya akan turut andil dalam pengambilan keputusan yang penting." Ujar James, yang membuat kegembiraan Vivian melonjak.
"Tentu saja tuan James, saya pasti akan selalu melakukan yang terbaik untuk perusahaan, terimakasih atas kesempatannya." Jawab Vivian perasaan lega.
"Baiklah kalau begitu... oh ya, panggil saya James saja jika tidak berada di perusahaan, kita seumuran bukan?" Ujar James pada Vivian.
"Tentu tuan, Eh maksud saya James... kalau begitu anda juga bisa memanggil saya dengan sebutan nama saja." Jawab Vivian dengan wajah sedikit memerah.
Emily yang berada di antara keduanya merasa seperti manusia transparan yang tidak penting di sana.
'Ugh kenapa aku seperti menjadi pengganggu orang yang sedang berkencan sih disini." Batin Emily mendengus kesal.
Pembicaraan mengalir begitu saja dengan santai, dan Vivian tidak se gugup saat pertama kali berbicara dengan James.
"Oh ya silahkan di makan hidangannya James, maaf jika tidak sesuai dengan selera mu." Ujar Vivian pada James, dia dan Emily telah memesan beberapa hidangan sebelum James sampai di sini.
"Tidak apa apa, aku tidak terlalu pemilih dalam makanan." Jawab James.
Mereka bertiga memakan makanan yang tersedia di meja sebelum akhirnya keluar dari restoran.
"Terima James, oh ya apa rencanamu setelah ini, biar aku dan Emily bantu antarkan." Ujar Vivian tidak canggung lagi berbicara santai pada James. Entah kenapa dia juga merasakan perasaan nyaman saat di dekat James, padahal dia paling anti dekat dekat dengan pria manapun selain ayahnya.
"Tidak usah Vivian, aku mengendarai mobil sendiri saat kemari, dan rencananya setelah ini akan mencari sebuah apartemen untuk tinggal." Ucap James.
"Mencari apartemen? Apakah anda tinggal sendirian?" Tanya Vivian.
"Ya, hari ini aku pindah dari tempat tinggal lamaku dan sekarang sedang mencari tempat baru yang lebih nyaman." Jawab James.
"Dari pada mencari apartemen, lebih baik kau menempati salah satu rumah milik perusahaan kita James, kau lupa jika perusahaan yang kau akuisisi sahamnya adalah perusahaan properti?" Saran Vivian dengan nada sedikit bercanda.
James yang mendengar itu hanya mengusap lehernya canggung, kenapa dia tidak terpikirkan solusi itu sejak tadi, untuk apa memiliki saham perusahaan properti jika tidak memiliki satu rumah untuk diri sendiri.
"Kalau begitu aku akan mengantarkanmu ke sebuah kawasan Villa di bawah naungan Veritas group, kau bisa mengambil satu unit villa untuk kau tinggali, lagipula semua aset milik perusahaan juga bagian dari milikmu sekarang." Ujar Vivian pada James.
James mengangguk setuju.
"Baiklah ayo, maaf merepotkanmu." Ucap James.
"Sama sekali tidak merepotkan." Jawab Vivian.
James berjalan menuju mobilnya yang kebetulan berada di samping mobil Bentley milik Vivian.
"Wah lihatlah nona Vivi, mobil di sebelah mobil kita sangat keren." Bisik Emily pada Vivian.
Vivian melirik mobil yang di tunjukan Emily dan merasakan hal yang sama yaitu menganggapnya keren.
Vivian memang tidak terlalu tau tentang mobil, tetapi dia merasa mobil ini jauh lebih mahal daripada mobilnya.
"Mana mobilmu James?" Tanya Vivian.
James menekan kunci mobilnya dan seketika sayap mobil super itu terbuka.
"Ini mobilku, ayo pergi." Ujar James.
"Ternyata mobil keren ini adalah miliknya." Gumam Vivian.
"Eum tuan James saya ingin tau berapa harga mobil sekeren ini?" Tanya Vivian yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Tidak mahal hanya sekitar 100 juta." James menjawabnya dengan tenang.
Vivian dan emily yang mendengar harga yang begitu fantastis itu seketika melongo.
"Benar benar harga yang gila, satu mobil tuan James saja bisa membeli satu unit villa mewah milik perusahaan anda nona." Bisik Emily pada Vivian.
Vivian hanya bisa terdiam walaupun dia juga sedikit terkejut.
'Tidak heran dia dapat membeli saham senilai ratusan Milyar dollar, sebenarnya seberapa kaya pria ini...' batin Vivian, sembari masuk kedalam mobilnya.
Mereka Melaju dari restoran menuju kawasan villa mewah milik Veritas group.
Iringan mobil mewah itu menyita perhatian pengguna jalan, dan bahkan ada beberapa orang yang mengunggah vidio yang mereka rekam ke media sosial.