Kesetiaan

"Maaf, aku tak bisa mas," ujar Vira mengakhiri.

Vira pergi dengan hati yang tak bisa terungkapkan. Air mata luruh tak bisa dikendalikan.

.

Selepas pertemuan itu, Vira tak pernah mau lagi diajak ketemuan dengan Teddy.

Meski masih ada sisa cinta, tapi jika teringat ketidaksetiaan Teddy. Vira merasa yakin untuk melepas sang suami.

Cello dan Celly masih aman bersama Vira.

Hari ini adalah sidang pertama. Agendanya mediasi.

Vira yang yakin akan keputusannya dan hari ini memutuskan tak hadir di sidang.

Sementara Teddy tetap ngotot tak mau cerai.

Bukti-bukti memang menyudutkan dirinya, tapi bukti itu bisa direkayasa. Itu versi Teddy Chandra.

Vira sudah mendapatkan laporan dari pengacaranya.

Vira kebingungan saksi sekarang.

Kedua orang tua nya tidak tahu jika dirinya berselisih paham dengan Teddy sang suami.

"Tak mungkin aku minta tolong ayah dan ibu, aku tak mau menyusahkan mereka," batin Vira yang kesulitan untuk mencari saksi.

Rekan kerja seruangan IGD juga, mereka mengira Teddy adalah suami yang bertanggung jawab dan sayang sama keluarga. Image yang dibangun Teddy sangatlah sempurna. Hingga tak menyangka jika dibalik itu semua tersimpan kebusukan, yang Vira sendiri tak menyadari sekian lama.

Hingga telpon sang pengacara mengagetkan Vira.

"Halo tuan," sapa Vira.

"Udah kamu tenang aja nyonya, saksi beres," kata pengacara Vira dari ujung telpon.

"Jangan bercanda tuan," tukas Vira.

"Aman nyonya," katanya penuh keyakinan.

Aman gimana maksudnya? Bukti-bukti nyata yang sudah mendukung aja katanya kurang kuat di pengadilan. Pikir Vira.

"Nanti untuk sidang selanjutnya, sebaiknya nyonya datang. Sewaktu menghadirkan saksi," saran Vira.

"Kapan?" tanya Vira.

"Minggu depan,"

"Hhhmmm baiklah. Saya usahakan," kata Vira mengiyakan.

.

Vira hadir di sidang berikutnya, sesuai janjinya pada sang pengacara.

Kerja digantikan oleh Rena kali ini.

Orang tua kandung dan rekan kerja tak ada yang tau jika Vira sedang proses cerai dengan sang suami.

Suasana ruang sidang masih sepi.

Teddy menghampiri.

"Sayang," panggil Teddy, ikutan duduk di sebelah Vira.

Vira diam tak menjawab.

"Tolong pikirkan kembali sayang," harap Teddy.

"Mas, kita sudah sampai sini. Maaf aku tak bisa. Keputusanku sudah bulat," tukas Vira.

"Sayang, jangan melakukan hal yang nantinya akan kamu sesali," ujar Teddy sok bijak.

"Saat ini hanya satu yang aku sesali," ucap Vira.

Teddy melihat intens Vira yang duduk di sampingnya.

Vira menatap lurus ke depan tanpa melihat ke arah Teddy.

"Aku menyesal menghabiskan waktuku denganmu," tandas Vira membuat Teddy terkejut.

"Sayang, maafkan khilafku," Teddy memegang tangan Vira untuk mengharap.

Vira menarik tangannya.

"Tak ada yang perlu kita bicarakan lagi mas," Vira memutus pembicaraan, dan menghampiri pengacara nya yang baru datang.

Teddy menyusul dengan tak tahu malu," Aku yakin kalian akan kalah. Bukti-bukti kemarin yang kalian ajukan, kurang kuat karena berasal dari sumber yang tidak dapat dipercaya," kata Teddy.

"Atau... Jangan-jangan kamu sendiri yang berselingkuh di belakang ku?" tuduh Teddy.

Vira mendengus kesal. Bisa-bisanya Teddy menuduhnya.

"Mas ini mau lempar batu sembunyi tangan?" kata Vira jengah.

"Kali aja begitu. Lihat kamu ngotot pisah denganku," ujar Teddy sinis.

"Masalah utama nya ada di kamu mas. Kenapa malah balik ke aku," Vira bertambah kesal.

"Kita lihat saja nanti sayang," lanjut Teddy.

Vira menatap pengacaranya, sementara Teddy menjauh dan duduk di samping pengacaranya.

"Tenang aja nyonya," kata pengacara Vira menguatkan.

"Agenda hari ini adalah pemanggilan saksi," jelas sang pengacara.

"Tapi aku tak punya saksi tuan," Vira meragu.

"Nyonya tenang saja," kata nya.

Vira duduk dengan gelisah.

Sidang telah dimulai.

Saksi yang dihadirkan pihak pengacara Vira adalah security dan porter yang ada di hotel waktu itu.

Vira malah tak kepikiran sampai sana.

"Tuan," Vira menatap sang pengacara menuntut jawaban.

Pengacara itu membisikkan sesuatu ke telinga Vira membuat Vira melotot tak percaya.

"What?" tanggap Vira.

"Iya nyonya. Semuanya atas saran tuan Jonathan Alexander," terang sang pengacara.

"Tak mungkin dia ikut campur tuan," sela Vira tak percaya.

"Dan beliau sendiri bersedia untuk dijadikan saksi," lanjut sang pengacara.

"Hah? Bagaimana bisa?" ulas Vira semakin tak percaya.

"Bisa. Asal anda memperkenankan. Maka saya akan memanggil tuan Jonathan," kata pengacara Vira.

Vira tak habis pikir. Apa hubungan dengan Jonathan dengan menjadi saksi. Apa ya bisa? Otak Vira masih loading.

Dua orang saksi yang dihadirkan pengacara memihak Vira, karena menguatkan bukti yang telah diajukan sebelumnya.

Pengacara Teddy merambat ke mana-mana, padahal tak ada sangkalan terhadap dua orang saksi.

Pengacara pihak Teddy malah menuduh Vira ada main dengan pria lain karena ngotot ingin pisah dengan sang suami yang notabene Teddy adalah pria yang sayang keluarga.

Dengan jahatnya, pihak lawan juga mengatakan kalau semua yang dituduhkan oleh Vira adalah pencemaran nama baik. Teddy tak pernah melakukan hal tak senonoh seperti yang dituduhkan.

Pengacara Vira berdiri, dan mengajukan bukti baru yang selama ini dia simpan. Dan disetujui.

Teddy menatap tajam arah Vira, padahal Vira juga tak tahu bukti apalagi yang akan diajukan. Karena semua foto yang dimiliki olehnya telah diserahkan ke pengacara.

Vira dibuat ternganga saat gambar-gambar itu ditampilkan. Darimana foto sebanyak itu didapat? Menjadi tanda tanya besar di benak Vira.

Teddy dan pengacara terkicep.

"Itu semua bukti yang kami serahkan tuan. Mohon dipertimbangkan kembali untuk mengabulkan gugatan dari pihak kami sebagai penggugat. Sekian dan terima kasih," pengacara Vira telah duduk kembali di samping Vira.

Giliran pengacara Teddy berdiri. Pihak mereka intinya mengatakan keberatan karena bukti-bukti itu tidak sah. Karena diambil sembunyi-sembunyi dan tanpa sepengetahuan kliennya.

Tapi sangkalan dari pihak Teddy tak diterima. Untuk membuktikan perbuatan tergugat, foto-foto itu sangat mendukung argumen dari penggugat.

Sidang putusan akan dibacakan Minggu depan.

.

Vira termenung di dalam mobil.

Vira memikirkan perkataan pengacaranya sebelum pergi.

"Nyonya, berterima kasihlah pada tuan Jonathan. Beliau sangat aware dengan anda," ucap sang pengacara.

"Kenapa? Aku tak ada hubungan apapun dengannya tuan," jelas Vira.

"Bukan soal itu nyonya. Tapi karena saya duduk di sini mendampingi anda, atas perintah dari tuan Jonathan," jelasnya.

Vira sengaja mencari pengacara publik untuk membantunya, tapi Pak No malah mendatangi dan bersedia membantu. Mana bisa dirinya yang hanya seorang perawat rumah sakit swasta mampu menyewa jasa pengacara terkenal.

Kalau seandainya dari awal tahu, Vira bisa menolak halus bantuan Jonathan.

"Oh ya nyonya. Dari tuan Jonathan lah saya mendapatkan bukti-bukti itu," ucapan pengacara itu membuat Vira semakin melongo.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Like, komen dan subscribe ya guysss

Thengkiyu 🥰