Terlambat

Diliputi perasaan yang perlahan membunuh hati dan nuraninya, Naina akhirnya memutuskan . Ya, itu sudah cukup. Dia tidak tahan lagi.

Lagi pula, tidak peduli betapa dia mencintainya, tidak peduli betapa dia merindukannya, Xero hanya memperhatikan Calista, dan hanya Calista. Tidak ada ruang bagi Naina di hati Xero.

Tidak peduli seberapa besar keinginannya untuk dicintai, bahkan hanya sebagian kecil dari cintanya pada Calista, itu akan sia-sia dan tidak berguna.

Saat teringat bagaimana dirinya diperlakukan seperti pengganti Calista selama tiga tahun terakhir, saat itulah Naina melepaskan seluruh perasaannya terhadap Xero.

“Seperti biasa, apakah kamu keberatan jika aku kembali ke kampung halamanku sebentar?” Naina yang sudah mengetahui jadwal Xero datang ke kantor kerja sang Raja.

Saat memulai percakapan, Naina tersenyum pada Xero dan Calista yang sedang bersantai di ruang kerja tersebut. Naina jarang mengunjungi Raja kecuali dia ada keperluan mendesak yang memerlukan ijin dan koordinasi khusus.

Saat ajudan raja memberitahu bahwa istrinya Naina berkunjung, Xero mengira Ia akan berbicara mengenai kunjungan yang akan dilakukan negara tetangga. Tapi faktanya Naina malah membicarakan istirahat nya. Hanya saat Naina pulang ke kampung halamannya lah, Naina bisa beristirahat.

"Berapa lama?"

Hanya pada saat seperti inilah kamu mendengarkanku dengan penuh minat. Naina tapi terus tersenyum dan menjawab pertanyaan Xero.

“Sekitar tiga bulan.”

Meskipun dia sudah menjadi terkenal menjadi seorang ratu, merupakan tindakan yang keterlaluan jika ratu berada jauh dari istana kerajaan selama tiga bulan tanpa alasan tertentu.

Namun Naina yakin Xero akan menyetujuinya. Bagaimanapun, dia bisa memperdalam hubungannya dengan Calista selama dia tidak ada. Begitulah yang dia yakini.

"Saya mengerti. Tolong beri tahu saya sebelumnya kapan Anda akan kembali.”

Seperti yang Naina duga, izinnya sangat mudah sekali. Meski tahu ini akan terjadi, entah mengapa sakit hatinya semakin bertambah.

"Terima kasih." Singkat Naina sambil memendam kekesalannya.

Tidak bisakah kamu menyuruhku melakukan perjalanan yang aman? Setidaknya meskipun basa basi Naina juga ingin suaminya memberikan sedikit perhatian. Lagi lagi itu adalah harapan yang sia sia.

Meskipun dia kecewa, anehnya dia bersyukur bahwa dia tidak peduli padanya sampai akhir. Dengan ini dia akan mudah melepas perasaannya selama bertahun tahun.

Perasaan itu meski sudah usang tetap saja menjadi beban berat di pundaknya. Menjalin pernikahan yang seperti ini ternyata sangat melelahkan dirinya sendiri.

Naina akhirnya mulai berkemas dan mempersiapkan keberangkatan dirinya.

Sepuluh hari kemudian, Naina berangkat ke tempat dia dilahirkan dan dibesarkan.

Selama 3 tahun pernikahan, orang tuanya bahkan jarang mengunjungi nya. Meski diperlakukan dengan hormat, mereka tahu betul bahwa rumor tentang pernikahan anaknya tidak baik baik saja. Dan bahkan setelah mendengar rumor tersebut, Sang Baron selalu menanyakan perasaan anaknya, disanalah Naina selalu bilang baik baik saja.

Baron Simont yang tak memiliki kekuasaan akhirnya hanya bisa pasrah, karena Naina lah yang menjalani segalanya. Dia tidak bisa memaksa anaknya. Apalagi sebagai bangsawan tanpa kuasa.

Untung menghibur Naina, mereka hanya rajin mengirim surat. Itulah satu satunya penghiburan Naina selama di istana, yaitu menerima surat dan membacanya.

Kereta Naina mulai berjalan meninggalkan istana megah, tempat yang selalu membuat siapa pun kagum, mereka hanya tidak tahu bahwa kehidupan disana sangat pahit. Tidak seperti gemerlap indahnya bangunan disana. Hidup di istana sangat berat, penuh dengan intrik dan tipu muslihat, pelayan yang munafikk. Harus pintar mencari bawahan yang setia. Beruntung Naina memilikinya.