NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Riana, Reyhan, dan Kayla baru saja melangkah keluar dari portal dimensional ketika alarm berbunyi nyaring di markas Penjaga Realitas. Pengawas muncul dengan wajah tegang.

"Ada masalah besar," ujarnya tanpa basa-basi. "Adrian telah menyusup ke Dimensi Kronos."

"Dimensi Kronos?" tanya Kayla bingung.

"Pusat kendali waktu multiverse," jelas Pengawas. "Jika Adrian berhasil memanipulasi aliran waktu di sana, seluruh realitas bisa runtuh."

Riana mengerutkan kening. "Tapi bukankah perjalanan waktu itu berbahaya? Bisa menciptakan paradoks?"

"Tepat sekali," Pengawas mengangguk. "Itulah sebabnya kita harus menghentikannya sebelum terlambat. Kalian harus pergi ke Dimensi Kronos dan mencegah Adrian mengacaukan aliran waktu."

Tanpa membuang waktu, trio Penjaga Realitas itu melompat ke dalam portal menuju Dimensi Kronos. Mereka muncul di sebuah ruangan luas yang dipenuhi jam dan pengukur waktu dari berbagai era dan dimensi.

"Wow," bisik Reyhan takjub. "Jadi di sinilah waktu dikendalikan."

Tiba-tiba, getaran hebat mengguncang ruangan. Jam-jam berdetak liar, jarum-jarum berputar tak terkendali.

"Kita terlambat," ujar Riana. "Adrian sudah mulai bertindak."

Mereka berlari menyusuri koridor-koridor Dimensi Kronos, mencari sumber kekacauan. Di sepanjang jalan, mereka melihat adegan-adegan dari berbagai era dan dimensi yang terdistorsi - dinosaurus berjalan di kota modern, pesawat ruang angkasa terbang di atas piramida kuno.

Akhirnya, mereka tiba di jantung Dimensi Kronos adalah sebuah ruangan bundar dengan mesin raksasa di tengahnya. Adrian berdiri di depan panel kontrol, tangannya sibuk memanipulasi tombol dan tuas.

"Adrian!" teriak Riana. "Hentikan semua ini!"

Adrian berbalik, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Ah, para Penjaga Realitas. Tepat waktu seperti biasa. Atau mungkin terlambat? Sulit membedakannya ketika kau mengendalikan waktu."

"Kau tidak mengerti konsekuensi dari tindakanmu," Reyhan mencoba bernegoisasi. "Kau bisa menghancurkan seluruh realitas!"

"Atau mungkin aku sedang memperbaikinya," balas Adrian. "Pikirkan semua kesalahan sejarah yang bisa kuperbaiki. Semua penderitaan yang bisa kucegah."

"Dengan mengorbankan integritas waktu itu sendiri?" Kayla menggeleng. "Harga yang terlalu mahal."

Adrian mengabaikan mereka, kembali fokus pada panel kontrol. Energi waktu mulai berputar liar di sekitar mesin.

Tanpa pikir panjang, trio Penjaga Realitas itu menyerang. Riana menggunakan telekinesis untuk mencoba menjauhkan Adrian dari panel, sementara Reyhan dan Kayla berusaha mematikan mesin.

Namun, Adrian telah siap. Dengan sekali tekan tombol, dia menciptakan gelombang distorsi waktu. Tiba-tiba, Riana mendapati dirinya melambat, seolah bergerak dalam gelatina. Reyhan, di sisi lain, bergerak super cepat hingga hampir tak terlihat. Kayla terjebak dalam loop waktu, mengulangi gerakan yang sama berulang-ulang.

"Kalian tidak bisa menghentikanku," Adrian tertawa. "Aku mengendalikan waktu sekarang."

Namun, di tengah kekacauan itu, Riana menyadari sesuatu. Distorsi waktu Adrian tidak sempurna. Ada celah-celah kecil di mana aliran waktu normal.

"Reyhan! Kayla!" teriaknya. "Fokus pada titik-titik di mana waktu stabil!"

Dengan konsentrasi penuh, mereka mulai menavigasi medan pertempuran temporal yang kacau. Melompat dari satu titik stabil ke titik lainnya, perlahan tapi pasti mereka mendekati Adrian.

Adrian mulai panik. Dia meningkatkan intensitas distorsi waktu, menciptakan paradoks-paradoks kecil di sekitar ruangan. Bayangan-bayangan dari masa lalu dan masa depan Adrian mulai bermunculan, bertarung bersama dirinya yang sekarang.

"Kalian tidak mengerti!" teriak Adrian frustrasi. "Aku melakukan ini untuk kebaikan semua realitas!"

"Dengan menghancurkannya?" balas Riana, menghindari serangan dari Adrian versi masa depan. "Kau tidak bisa memutuskan nasib seluruh multiverse sendirian, Adrian!"

Pertarungan sengit terjadi di tengah kekacauan temporal. Riana, Reyhan, dan Kayla harus bertarung tidak hanya melawan Adrian, tapi juga versi-versi dirinya dari berbagai titik waktu.

Dalam momen krusial, Kayla berhasil menciptakan ilusi yang mengecoh seluruh versi Adrian. Reyhan memanfaatkan kesempatan itu untuk melumpuhkan Adrian yang asli, sementara Riana menggunakan telekinesis untuk menonaktifkan mesin waktu.

Perlahan, distorsi waktu mulai mereda. Paradoks-paradoks kecil lenyap, dan aliran waktu kembali normal. Adrian jatuh berlutut, kehabisan tenaga.

"Kalian tidak mengerti," bisiknya lemah. "Aku melihat masa depan. Kehancuran total. Aku hanya mencoba mencegahnya."

Riana berlutut di sampingnya. "Jika memang itu yang kau lihat, maka kita akan menghadapinya bersama. Bukan dengan memanipulasi waktu, tapi dengan mempersiapkan diri dan bertindak di saat yang tepat."

Untuk pertama kalinya, mereka melihat keraguan di mata Adrian. Namun, sebelum mereka bisa berbicara lebih jauh, portal dimensional terbuka.

"Kerja bagus, Penjaga Realitas," suara Pengawas terdengar. "Bawa Adrian kembali. Ada banyak yang harus kita bicarakan."

Saat mereka melangkah ke dalam portal, Riana tidak bisa mengenyahkan perasaan bahwa ini belum berakhir. Apa yang Adrian lihat di masa depan? Ancaman apa yang begitu besar hingga membuatnya rela mengorbankan integritas waktu itu sendiri?

Di markas, setelah Adrian diamankan, Pengawas memanggil trio itu ke ruang briefing.

"Kalian telah melakukan tugas dengan baik," ujarnya. "Tapi aku khawatir ini baru permulaan."

Layar holografik muncul, menampilkan peta multiverse. Beberapa titik berkedip merah.

"Tindakan Adrian telah menciptakan ketidakstabilan di beberapa dimensi," jelas Pengawas. "Kita harus bertindak cepat untuk mencegah efek domino yang bisa menghancurkan seluruh struktur realitas."

Riana, Reyhan, dan Kayla saling berpandangan. Mereka tahu tugas berat menanti di depan.

"Apa rencana kita selanjutnya?" tanya Reyhan.

Pengawas menunjuk salah satu titik merah. "Dimensi Quantum. Tempat di mana segala kemungkinan terjadi secara bersamaan. Jika ketidakstabilan mencapai titik kritis di sana, seluruh multiverse bisa runtuh."

"Kami siap," ujar Kayla tegas.

Riana mengangguk, tapi pikirannya masih tertuju pada kata-kata Adrian. "Pengawas," tanyanya ragu, "apa mungkin Adrian benar? Tentang ancaman besar di masa depan?"

Pengawas terdiam sejenak. "Ada banyak kemungkinan masa depan, Riana. Tugas kita adalah memastikan kita siap menghadapi apapun yang terjadi, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip yang kita jaga."

Dengan itu, trio Penjaga Realitas itu mempersiapkan diri untuk misi selanjutnya. Tantangan di Dimensi Quantum menanti, dan mereka tahu bahwa setiap keputusan yang mereka ambil bisa memiliki konsekuensi tak terbatas.

Sementara itu, di sel tahanannya, Adrian menatap kosong ke depan. Dalam benaknya, visi masa depan yang mengerikan terus berputar. Dia bergumam pelan, "Mereka masih belum mengerti. Waktu kita semakin sempit."

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!