cerita ini mengisahkan tentang perjuangan orang tua yang perekonomiannya di bawah garis kemiskinan tetapi dengan semangat dan tekat yang kuat akhirnya ia bisa membesarkan anak anaknya akan tetapi setelah anak anak itu dewasa dan sudah bekerja justru mereka lupa akan perjuangan orang tua yang sudah membesarkan mereka..... mau tau ceritanya lanjutkan dengan baca cerita di bawah ini ya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cuzythree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"bang apa rencana kita sekarang" tanya diah di sela sela makan mereka
"abang belum bisa berpikir jernih belum tau mau apa sekarang" sahut andi dengan lesu
"sama bang aku juga belum kasih ide apa apa bagaimana kalau kita ke taman hotel saja bang buat nenangin pikiran siapa tahu kita punya solusi" usul diah
"ayo"
Andi dan diah segera keluar dari hotel menuju taman samping hotel untuk mencari udara segar
"eh eh bukanya itu pak andi dan bu diah ya" gumam salah satu pria yang ternyata adalah seorang security yang bekerja di kediaman mahendra tapi karena hari ini dia sedang libur jadi dia keluar untuk jalan jalan
"kok mereka bajunya sederhana banget apa terjadi sesuatu" pikir pria itu
Karena penasaran akhirnya dia menelpon rekan kerjanya untuk mencari tahu tentang keadaan majikannya itu, setelah mendapat jawaban dari temannya pria itu segera menelpon majikannya
"tut..... Tut..... Tut"
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya telepon tersebut di angkat juga oleh nyonya mahendra
"hallo ada apa pak sapri telpon saya" ketus nyonya mahendra karena dia pusing melihat anak dan ponakannya sedang bersedih
"maaf mengganggu waktunya nyonya ini saya mau memberi tahu kalau saya melihat pak andi dan bu diah" jelas pak sapri
"rangga, alya pak sapri telpon katanya melihat andi dan diah" teriak mamanya alya
Mendengar berita itu alya dan rangga langsung berlari menuju ke tempat mamanya dan alya langsung merebut ponsel itu dari mamanya
"pak sapri ini alya bapak melihat mas andi di mana" cerocos alya yang tidak sabaran
"eh bu alya, ini bu saya melihat pak andi dan bu diah di taman samping hotel cempaka dan saya masih memantau mereka" jelas pak sapri
"ya sudah pak sapri tetap awasi ya saya akan segera ke sana" perintah alya lagi
"baik bu"
Alya, rangga dan mamanya alya segera menuju ke garasi mobil untuk menemui andi dan diah
"rangga cepetan dong nyetirnya" ucap alya yang merasa rangga nyetir mobilnya kurang cepat
"ini sudah cepat al kamu mau kita kecelakaan" sahut rangga dengan kesal karena dari tadi alya protes terus
Tidak perlu waktu lama mereka telah sampai di taman hotel cempaka karena rangga berkendara seperti orang kesetanan
Pak sapri yang melihat majikannya dari kejauhan segera menghampirinya
"pak andi dan bu diah ada di sana bu" pak sapri menunjukkan di mana pasangan majikannya itu berada
Alya dan rangga segera berlari menghampiri andi dan diah
"mas andi" teriak alya dari kejauhan karena melihat siluet dari suaminya tersebut
"alya" gumam andi dengan lirih
Alya langsung memeluk suaminya tersebut sambil menangis tersedu sedu
"mas maafin kata kata kita ya karena sudah menyakiti hati kalian" ucap alya sambil terisak isak
"apakah orang kaya berhak meminta maaf sama orang miskin seperti kita alya" tanya balik andi
"bukan seperti itu mas alya mengaku salah tolong jangan tinggalin alya mas" bujuk alya lagi
"maaf alya percuma juga kalau hubungan ini di lanjutkan kalau ada satu pihak yang tidak bisa menerima keadaan dari salah satunya, aku sudah sadar berdosa sama kedua orang tuaku aku tidak mau menambah dosaku lagi kamu bisa hidup dengan orang yang sepadan dengan kamu" ucap andi dengan mantap
"ga mau alya ga mau mas" alya tetep kekeh tidak mau berpisah dengan andi
"tapi keadaan kita berbeda alya aku mau minta maaf sama orang tuaku karena telah menjadi anak durhaka hanya karena harta aku melupakan mereka yang telah susah payah membesarkan ku" andi mencoba memberi pengertian kepada alya
Sedangkan rangga hanya bisa memeluk diah karena dia tidak mau menyela obrolan alya dan andi sedangkan diah pun hanya diam membisu
"andi diah maafkan mama ya ayo kita pulang dulu kita bicarakan masalah ini dengan kepala dingin" ajak nyonya mahendra kepada mereka semua
Mereka berempat akhirnya mengikuti langkah dari nyonya mahendra menuju mobil dan segera menuju kediaman utama
Sedangkan di kediaman utama tuan mahendra bingung karena tidak melihat keberadaan istrinya padahal ini sudah malam
Tuan mahendra yang baru pulang dari luar kota di buat bingung karena rumah dalam keadaan sepi segera dia menanyakan keberadaan istrinya kepada pelayan
Setelah mendengar cerita dari pelayannya itu tuan mahendra menghembuskan napas dengar kasar lagi lagi istrinya selalu gengsi dengan gayanya yang malu karena punya menantu orang miskin padahal dulu sebelum jadi istrinya dia sendiri hanyalah anak yatim piatu yang hidup di panti asuhan kenapa setelah hidup enak dia malah menghina orang lain
Tak berapa lama terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah mewah tersebut , tuan mahendra menunggu orang orang yang barusan datang di ruang tamu
"kamu masih saja mengompori anak mu untuk malu mempunyai suami dari anak orang miskin ma" kata tuan mahendra sambil menyorot tajam istrinya itu
"eh papa udah pulang" ucap nyonya mahendra mengalihkan pembicaraan suaminya
"jangan mengalihkan pembicaraan segera jawab pertanyaan papa" teriak tuan mahendra dengan suara yang menggelegar
Semua hanya bisa terdiam mendengar suara dengan nada tinggi dari tuan mahendra mereka semua tahu bagaimana kalau tuan mahendra sudah marah
"apa kamu tidak mengaca pada diri kamu sendiri sebelum mengatakan hal itu kepada orang lain, kamu juga berasal dari kalangan biasa bahkan tidak punya keluarga satu pun tetapi aku juga menerima keadaan kamu apa adanya kenapa kamu harus mengatai menantumu, andi lebih beruntung dia masih punya keluarga yang utuh di banding kan kamu kenapa kamu justru mau memisahkan hubungan darah antara anak dan orang tua, sebenarnya apa yang kamu inginkan" teriak tuan mahendra
Nyonya mahendra hanya bisa terdiam mendengar penuturan suaminya karena dia tidak menyangka suaminya tersebut membongkar masa lalunya
"apa maksud papa kalau mama itu orang biasa mama bilang kalau mama itu lahir dari anak konglomerat dari provinsi sebelah" tanya alya yang penasaran dengan penuturan papanya
"begini kalau mama kebanyakan gaul sama teman teman arisan yang tidak penting menjadikan mama jadi orang yang tidak benar" sahut tuan mahendra sambil menghembuskan napas dengan kasar
"mama kamu dari kecil tinggal di panti asuhan dia sendiri tidak tahu dengan jati dirinya sendiri" jujur tuan mahendra
Semua melongo mendengar penuturan tuan mahendra sedangkan nyonya mahendra hanya bisa menundukkan kepalanya
"andi diah jangan dengarkan mama mu, papa menerima kalian dan keluarga kalian apa adanya jangan pikirin yang lain, kamu bisa menemui orang tuamu dan bawa mereka ke sini" jelas tuan mahendra
"terima kasih pa atas pengertiannya mungkin tidak sekarang andi menemui keluargaku di kampung tapi aku akan mengunjungi mereka di hari lebaran nanti" sahut andi
"bagus nak ya sudah kalian pulanglah jangan pikirkan apapun dan lanjutkan rumah tangga kalian dengan baik jika ada masalah kalian bicarakan dengan nada dingin" tuan memberi nasehat kepada kedua pasangan suami istri tersebut
"baik pa"
Akhirnya mereka pulang ke rumah masing masing untuk melanjutkan bahtera rumah tangga mereka
Seperi masa kecilku
orng iri pasti ada dan hasil nya akan beda juga nanti kl sdh d garap sendiri