Avira adalah gadis anak yatim yang berjuang hidup di kota. Dengan berbagai cara ia mencari kerja paru waktu untuk menghasilkan uang. Namun nihil tak ada pekerjaan yang ia dapat. Sampai suatu hari Avira iseng pada temannya Untuk meramal nasib sang teman Dan akhirnya itu menjadi sebuah kenyataan. Sehingga Avira mencoba peruntungan baru itu untuk mencari nafkah. Sehingga mempertemukan nya pada Dion pengusaha tampan yang datang untuk minta di ramal olehnya. Membuat Avira bingung. Akan kan Avira menghindar dari Dion Atau ia nekat hingga belajar ilmu ramalan Walau ia tak mampu melihat masa depan Dion. Lalu apa yang terjadi selanjutnya Bagaimana lanjutannya ......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Alternatif Meramal.
Vira pun langsung menelpon Ara. Ara pun mengeja pria yang barusan pergi. Untuk di ramal kembali oleh Vira.
" Apa mau mu hantu jelek," kata Vira menatap hantu di depan nya.
" Astaga, wajah ku tampan begini kau bilang jelek. Dasar manusia aneh," protes hantu itu menatap Vira.
Membuat Vira hampir tertawa pada hantu aneh itu. Bagaimana tidak, ada hantu yang bisa bergaya bak artis. Padahal sudah mati dan jadi hantu gentayangan.
" Aish, memang kau jelek. Kau itu hantu aneh Malah aku yang di bilang manusia aneh. Padahal loe yang mengikuti gue.," guman Vira mengomel. Sambil melipat tangan di dada
" Pria itu orang baik. Harusnya kau menolong nya," kata hantu itu lalu duduk di pojok ruangan dan ....
"Ada apa ,bukan nya kau bilang, kau tidak bisa meramal?" kata pria itu heran. Saat di suruh Ara kembali.
" Huh...ra, apa pasien kita sudah habis?" kata Vira menarik nafas. Sambil bertanya pada Ara yang mengantar pria itu.
" Tinggal dua ra, mereka masih menunggu gimana?" kata Ara.
" Loe tunggu di situ, biar aku bereskan mereka dulu. Baru kita ramal ulang," kata Vira menyuruh pria itu duduk. Di sebelah hantu aneh tadi.
" Astaga, apa kau ingin mempermainkan ku," kata pria itu. Namun ia tetap menuruti Vira Karna Vira akan melanjutkan pekerjaannya. Lalu pria itu duduk. Dan menunggu Vira dengan sabar di pojok ruangan.
Setelah Vira selesai. Vira pun menyuruh Ara menutup pintu rumah ramal. Lalu kembali duduk di meja ramalnya.
" Apa kau berteman dengan hantu itu??" kata Vira bertanya. Sembari menatap pria yang duduk di depannya.
" Hah...!!.apa maksudnya ? Hantu..hantu apa Apa..? "kata pria itu balik bertanya sembari berpikir sebentar.
" Jujur saja aku tak bisa meramal mu. Hanya dengan melihat auramu saja. Tapi aku punya alternatif lain. Yaitu lewat garis tangan. Hantu itu menyuruh ku menolong mu. Apa kau dekat dengannya?" kata Vira.
" Hantu....aku tidak tahu apa maksudmu. Tapi memang ada hal aneh yang terjadi di hidupku akhir akhir ini. Apa aku di ikuti hantu? Aku hanya ingin melihat masa depan ku. Yang akhir akhir ini membuat kepalaku pusing," kata pria itu tersenyum tipis.
" Buka tangan mu dan taruh di atas meja," kata Vira. Yang tidak pernah menyentuh pelanggannya.
" Begini," Kata pria itu menatap Ara
" Ya ," angguk Vira lalu menoleh sekilas kepada hantu. Yang berdiri dipojok ruangan. Karna sedari tadi. Hantu itu duduk diam mengawasi Vira.
" Huh.....apa kau dalam masalah. Tapi hanya masalah pribadi kan. Orang orang yang ada di sekeliling mu. Hanya memanfaatkan mu. Maka jaga dirimu dengan baik,"kata Vira.
" Apa hanya itu yang kau bisa, tanpa kau beritahu. Aku sudah tahu," kata pria itu terlihat kecewa.
" Astaga... Khodam mu masih melindungi mu. Sehingga kau terhindar dari perbuatan orang orang jahat"kata Vira lagi. Membuat pria itu menatapnya.
" Aku tidak punya khodam, dan siapa khodam itu?" kata pria itu bingung Sembari menatap Vira lekat.
" Khodam adalah jin pendamping mu atau penjagamu !!. Entah itu titipan atau bawaan lahir. Aku juga kurang tahu asalnya. Dari mana kau dapatkan itu. Tapi pastinya itu sudah menjadi takdirmu. Mereka mengikuti mu kemana pun kau pergi," jelas Vira kesal
" Hanya itu!! ada yang lain?" kata pria itu. Menatap manik mata Vira seakan mencari cari kejujuran disana.
" Pria ini... tapi ada satu hal lagi. Tapi berhati hatilah pada tunanganmu itu," kata Vira. Membuat mata pria itu melotot menatap Vira lekat.
" Tunangan ...hahaha..bagaimana kau bisa tahu? Kenapa aku harus berhati hati" kata pria itu kaget
" Kau hanya alat untuknya, dan takutnya dia ingin menghancurkan mu," kata Vira dengan suara pelan.
Sedangkan pria itu terdiam. Lalu menatap sekeliling ruangan ramal Vira. Karna memang
ia bisa merasakan hantu itu mengikutinya.
" Sudah selesai sekarang pulanglah!! Kami sudah tutup!!" kata Vira.
" Baik, namaku Audi Candra Wijaya. Kau bisa memanggil Audi atau Candra saja. Terimakasih sudah meramal ku," kata pria itu bangkit dari duduknya. Tersenyum penuh arti yang tak bisa dimengerti oleh Vira.
" Sama sama ," jawab Vira cuek.
" Tunggu, bukan namamu Avira Arista Mentari kan?" kata pria itu.
Deg ... .
" Bagaimana dia bisa tahu?" batin Vira terkejut. Ada orang yang tahu nama lengkapnya.
" Kau selalu datang dalam mimpiku. Itu lah sebabnya aku datang kesini. Ya sudah selamat malam," kata Audi. Lalu pergi begitu saja meninggalkan bilik Vira.
" Astaga...apa iya. Ngapain gue masuk ke dalam mimpinya," batin Vira bingung. Karna pria itu mengaku mengenal dirinya.
" Aish itu tidak mungkin," kata Vira bingung sendiri. Lalu Vira pun cepat cepat berkemas untuk pulang.
Mereka pun lalu pulang ke rumah kontrakan. Sepanjang jalan Vira hanya diam. Membuat Ara heran pada temannya itu. Karena Vira bersikap seperti orang bingung.
" Loe kenapa sih Vir, nih uangnya kita dapat 3 juta 4 ratus malam ini,"kata Ara. Menaruh uang diatas tempat tidur. Saat mereka sudah masuk ke dalam kamar.
" Ya, yang empat ratus simpan untuk dana operasional. Yang tiga juta kita bagi dua.
Aku hanya merasa aneh saja," kata Vira
" Aneh kenapa? apa tuh pria ngancam loe lagi ?"kata Ara penasaran. Karena melihat sedari tadi Vira banyak diam.
" Pria itu tidak bisa ku ramal ra. Tapi dia ingin aku meramalnya. Dia bilang, dia melihat ku datang di dalam mimpinya. Dan dia ingin memaksaku meramalnya. Mau ngak mau aku terpaksa meramalnya. Hanya lewat garis tangannya. Dia sepertinya banyak punya masalah. Begitu juga dengan tunangan nya,"kata Vira duduk di sisi tempat tidur.
" Sepertinya dia bukan orang biasa Vir, dia itu pria tajir. Dia pasti berasal dari keluarga konglomerat. Di lihat dari pakaiannya saja cukup mahal. Dan sepertinya dia sedang mencari jalan pintas.
" Hah jalan pintas!! maksud loe apa ra?" kata Vira menatap Ara kaget.
" Maksud gue, biasanya orang kaya itu kalo sedang putus asa. Akan lari ke bar atau diskotik dan narkoba. Tapi pria ini seperti melarikan diri dari keluarganya. Mungkin dia mau bunuh diri," kata Ara mengira ngira.
" Hah. apa iya? bagaimana bisa begitu. Apa bunuh diri. Bisa menyelesaikan masalah?" kata Vira kaget tak percaya.
" Entah lah, biasanya orang orang cina begitu Vir, Kalau mereka putus asa. Mereka akan bunuh diri. Kalau tidak di bunuh ya membunuh," kata Ara
" Ngak...ra, tidak semua orang berpikir begitu Kadang itu tergantung keyakinan masing masing individu. Bila mereka ateis mungkin bisa jadi ya seperti itu. Seperti masyarakat jepang. Tapi seorang Kristiani tidak mungkin melakukan hal begituan. Ah loe jangan asal bicara deh ra. Entar kita bisa terlibat,"kata Vira
" Memang kita terlibat, dia datang ke kita. Untuk minta di ramal, pake maksa lagi. Tapi apa loe yakin tuh orang beragama kristen.?" kata Ara.
" Sepertinya begitu," kata Vira
" Tapi dia lumayan tampan, sepertinya dia memang anak orang kaya Vir," kata Ara berpikir. Membuat Vira menarik nafas dalam Sambil menghempaskan badannya di tempat tidur.
" Tahu ah, ngapain di pikirin. Dia cuma datang untuk minta diramal. Selanjutnya bukan urusan kita," kata Vira.
" Iya memang begitu faktanya Vir. Tapi sepertinya kita bakal bertemu dia lagi deh. Kalo tidak salah dia itu seperti masih kuliah deh Vir," kata Ara. Ikut berbaring disebelah Vira. Setelah menyimpan uangnya.
" Hah dari mana loe tahu?" kata Vira kaget.
" Gue pernah lihat dia. Saat ada kunjungan kampus kita kemaren. Dan gue sepertinya familiar dengan wajah itu," kata Ara mencoba mengingat sesuatu.
" Tahu ah, aku ngantuk. Ayo tidur capek nih," kata Vira. Tak mau ambil pusing memikirkan orang lain.
" Ya sudah," kata Ara manyun. Sambil mengingat wajah pria tadi. Yang menurut Ara. ia seperti pernah melihatnya. Tapi dimana??
Thor, nanya boleh ya, adakah squel Dokter Al?