NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Sugar Baby

Mendadak Jadi Sugar Baby

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Konflik etika / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / PSK / trauma masa lalu
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Apa benar kalau zaman sekarang cari uang halal itu susah?

Hidup di lingkungan sekitar yang toxic, membuat Binar harus bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Cara seperti apa yang ia pilih?

Jangan lompat bab untuk menghargai karya penulis, bila tak suka bisa skip saja, jangan mampir hanya untuk membaca secara acak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Setelah meminta maaf karena telah memecahkan gelas milik kantor, Agnes bersedia menggantinya.

“Tidak usah, Mbak,” tolak Binar, karena gelas di pantry masih banyak dan tak mengapa jika hanya 1 gelas yang pecah karena tak sengaja.

“Maaf, tadi saya tidak sengaja mendengar kalian bicara tentang sugar baby. Kebetulan, saya juga ada pengalaman buruk dengan wanita berprofesi itu, jadi saya reflek mengingatnya, sampai tidak terasa tangan saya melemas saat sedang menggenggam gelas,” lanjut Agnes yang tak ingin membuat rusuh di hari pertamanya kerja.

Jiwa rumpi Winda semakin memanas kala Agnes bicara demikian. Ia lalu mengajak karyawati itu duduk dan bercerita apa yang dialami olehnya. “Tidak apa-apa cerita saja, kita saling sharing di sini.”

Memberi kode pada temannya, Binar takut Agnes merasa tak nyaman karena bagaimana pun hal itu adalah privasi.

“Tidak apa-apa juga kok, saya tidak terganggu untuk bercerita, karena saya juga tak punya teman untuk berdiskusi. Saya dendam sekali dengan sugar baby papa saya. Dia banyak mengambil harta papa saya. Apa kalian bisa bantu?” tanya Agnes kemudian.

Saling bertatapan, Binar dan Winda kebingungan dengan pertanyaan Agnes.

“Bantu bagaimana, Mbak?” tanya Winda tak paham.

Kalau saya yang beri pelajaran padanya, dia pasti akan mengadu pada papa saya. Tapi, kalau kalian yang melakukannya, dia tidak akan tahu dan tak punya bukti. “Gampang kok, tinggal temui saja si wanita itu dan langsung aniaya dia. Boleh ditampar, dijambak, diseret kalau perlu.”

Seketika Binar dan Winda terkejut. Mereka yang hanya orang kecil tentu tak bisa melakukannya. Apalagi, mereka menduga papa Agnes bukan orang sembarangan jika sudah memiliki yang namanya sugar baby.

“Ya jangan sampai ketahuan, cari tempat yang tak ada CCTV-nya. Kalian juga kerjai dia, bisa kempeskan ban mobilnya, atau bagaimana terserah. Nanti saya kasih tahu kampusnya, juga orangnya. Jadi, kalian bisa ikuti dia, sergap di tempat yang sepi. Jangan lupa pakai masker dan kacamata. Pokoknya harus se-alami mungkin agar dia tak mengira itu aku,” jelas Agnes bak sedang memberikan briefing.

Tak hanya itu, Agnes juga menjanjikan sejumlah uang yang masih ia punya, jika Winda dan Binar berhasil.

Menggeleng tak berani, Binar dengan halus menolaknya. Ia hanya ingin bekerja dengan benar. Binar juga menjelaskan bahwa bukannya ia tak punya simpati, tapi apa yang Agnes perintahkan itu sangat berisiko.

“Maaf, saya permisi,” ujarnya meninggalkan Agnes dan Winda.

Tak sepaham dengan Binar, Winda justru menerima penawaran Agnes, karena sedang membutuhkan uang tambahan.

***

Tak terima dengan apa yang Biani ucapkan tentang Binar, Adrian kembali menemuinya di kamar.

“Dasar wanita jal*ang! Mulutmu memang sampah!” Amarah Adrian meluap karena merasa Biani telah mengerjainya.

Tertawa puas, Biani seolah ingin menunjukkan siapakah yang bodoh di antara mereka berdua.

“Ternyata kamu tidak lebih pintar dariku, ya, Adrian. Kamu bahkan menelan mentah-mentah informasi dariku. Satu lagi yang membuat aku ingin tertawa. Aku baru tahu dari asisten rumah tanggamu, kalau sebelum aku di sini, ada wanita yang sedang kamu cari itu yang tinggal di kamar ini. Aku baru sadar, ternyata kamu salah tangkap ya.” Binar semakin kencang menertawakan tingkah bodoh Adrian.

Tak hanya itu, ia juga mengejek bahwa lelaki di hadapannya itu tak pantas menjadi seorang pimpinan di kantor milik mendiang ayahnya.

Tak tahan dengan kelakuan Biani, Adrian mengancam akan menamparnya jika tak segera mengaku.

“Apa yang harus aku akui? Mengaku kalau kamu dan ayahmu itu bodoh? Ayahmu bodoh karena lebih mementingkan urusan “bawah” dari pada otaknya. Sama denganmu, tapi bedanya kalau kamu terlalu gegabah mengambil keputusan,” ujar Biani membuat Adrian benar-benar murka padanya.

Adrian mengepalkan tangannya dan bersiap menampar wanita di hadapannya itu. “Akui kalau kamu sengaja menabrak mobil ayah, yang saat itu sedang bersama ibuku!”

“Aku tahu saat itu, ibu melabrakmu. Kamu yang tak terima, sengaja ingin mencelakai ibu dengan berniat menabrak mobilnya. Sayangnya, tanpa kamu tahu di situ juga ada ayah. Jawab!” bentak Adrian.

Tak menjawabnya dan tetap tertawa tanpa rasa bersalah, Adrian melepaskan tamparannya pada wajah Biani.

“Aku bisa pastikan, penderitaan keluargaku akibat kemurahanmu, akan segera terbayar lunas! Akan aku kirimkan jenazahmu pada keluargamu!” ancam Adrian lalu pergi meninggalkan ruangan.

Mulai diam, Biani mengingat kejadian saat itu, hingga ia pun berteriak bak seseorang yang sedang depresi. “Oh Farhaaan.”

Sementara itu, sepulang kerja, Winda mulai menjalankan tugas Agnes. Lengkap dengan jaket, kacamata dan topi hitam, ia berangkat menuju lokasi sesui instruksi. Setelah ia mencocokkan wanita dalam foto yang Agnes kirimkan dengan yang baru saja ia temui, Winda mulai beraksi dengan mengikutinya.

Target mulai melajukan mobilnya, hingga ia berhenti di sebuah minimarket. Setelah ia masuk ke dalam, Winda mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, lalu menusukkannya pada keempat ban mobil target. Setelah itu, ia pergi dengan motornya.

Selesai belanja, target mulai menjalankan mobilnya. Baru melaju beberapa meter, ia baru menyadari ban mobilnya kempes. Ia lalu menghentikan mobilnya dan turun untuk memeriksa ban mobilnya yang bermasalah. Gusar pun melanda, terlihat dari rautnya. “Sial, sudah malam malah ada saja yang terjadi.”

“Halo, Reno, mobilku kempes. Pom bensin masih jauh sekali dari sini. Tolong segera ke sini ya, aku takut, aku kirim lokasinya.” Wanita itu tampak menghubungi seseorang.

Saat target tengah menunggu bantuan datang, Winda bersiap menyergapnya. Sengaja ia parkir motornya jauh di depan mobil target, lalu menghampiri target dengan berlari. Berteriak memaki, Winda melampiaskan kekesalannya, mengingat pengkhianatan sang mantan suami.

“Dasar wanita murahan, rasakan kamu! Siapa suruh kamu ganggu suamiku. Akan aku buat kamu babak belur.” Winda memukul-mukul dan menampar pipi wanita itu berkali-kali.

“Orang gila kamu ya, siapa suamimu! Jangan sembarangan kamu! Au, au!” teriak wanita itu membela diri.

...****************...

1
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Yuliana Tunru
hidup di kota mmg kejam ya binar setiap t4 bagaikan hutan yg setiap saat bisa jd santapan hinatang buas ttp semangat untuk hidup benar dan bsik binar ..biarkan adruan hudup dgn.penyesalan
Yuliana Tunru
lanjut
Yuliana Tunru
orang aneh kasuhan binar
Yuliana Tunru
knp adrian x gitu ya apa gila atau ada dendam khusus
Yuliana Tunru
rasa x kyk.mimpi aneh ya..apa adrian benar2 tulus atw jgn2 binar jd tumbal pesugihan gitu..maaf thor jd nganyal kyk novel2 horor tp smoga z binar benar2 bernasib baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!