NovelToon NovelToon
Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Paksa / Romansa / Pembantu / trauma masa lalu
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: bryan.gibran

Namaku Refelin, Gadis 19 Tahun yang harus rela mengorbankan masa muda untuk menikah dengan anak majikan ibuku.

Tapi sayangnya, kisah kehidupan rumah tangga ku tak seindah yang ku bayangkan.
Semua pilu ku berawal dari pernikahan itu, Aku diperlakukan bagai piala bergilir, diperbuat seenaknya dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Aku tidak menyangka pernikahan ku dengan anak majikan ibuku itu akan menjadi momok menakutkan yang membuatku trauma seumur hidup.

Hancur sekali hidupku, Mampukah aku melewati semua beban ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bryan.gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : - Pilu Dua Adik Ku

Malam telah menjelma menjadi pagi, bisa aku hitung jam tidur ku malam ini hanya sekitar tiga jam saja. Meskipun aku masih sangat merasa kelelahan dan mengantuk, tapi aku tetap memutuskan untuk beranjak dari kasur, memasak sarapan untuk kedua adik ku.

Saat aku keluar dari kamar, aku sudah mendapati David bergegas untuk mandi, sementara Danu masih tidur, belum mengetahui kepulangan ku.

Dan ibu, sampai pagi ini ibu belum juga pulang. Aku khawatir, ibu diluar sana semakin kehilangan arah dan berbuat hal-hal yang terlarang, tapi semoga itu hanya dugaan terburuk ku saja, aku tetap berdoa agar pintu hati ibu terbuka untuk lebih memperhatikan dan membesarkan kedua adikku dengan penuh kasih sayang.

***

"Astaga, beras habis. Kenapa ibu tidak membelinya, ibu kan punya banyak uang" keluh ku melihat persediaan beras telah habis, lantas apa yang akan aku siapkan untuk sarapan David dan Danu, kasihan mereka, sementara seribu rupiah pun tidak ada uang di saku ku. Aku memeriksa isi kulkas, hanya mendapati sebungkus tempe, kentang tiga buah dan telur tiga butir. Hatiku terasa hancur, ternyata sampai ke bahan makanan pun tidak disediakan ibu dengan baik, bagaimana bisa David dan Danu berangkat kesekolah dalam keadaan lapar, jangankan untuk fokus mendengar penjelasan dari guru, berjalan kesekolah saja mereka pasti sudah kehabisan tenaga.

Dengan perasaan hati yang sangat hancur, terpaksa aku harus menyulap sisa persediaan makanan dikulkas untuk menjadi sarapan kedua adikku.

Aku segera menggoreng tempe, merebut kentang dan dua butir telur. Meski sederhana, tapi setidaknya bisa mengganjal lapar David dan Danu hingga siang hari nanti.

"Kak.. kak elin!" Seru Danu, terkejut melihat aku yang tengah memasak didapur.

"Eh Danu, sudah bangun?" Sambut ku dengan senyuman, meletakkan piring berisi sarapan sederhana sebanyak dua porsi itu.

Danu masih terpaku dengan mata membulat, tidak percaya kalau kakaknya telah kembali kerumah. Aku berjalan perlahan kearahnya, memegang bahu Danu dan langsung memeluknya.

"Kakak kapan datang?, kakak dari mana aja?, Danu rindu" ucap Danu dengan suara bergetar.

"Kakak juga rindu sama kamu, kamu sehat-sehat kan Danu adikku yang paling ganteng?" Tanya ku sembari melontarkan pujian untuk menghibur adikku.

"Danu sehat kak, kakak jangan pergi lagi. Aku sama bang David kesepian" ucap Danu, membuat ku merasakan pilu mendalam, ingin aku mewujudkan keinginan Danu, tapi tidak tau sampai kapan aku bisa tinggal dirumah ibu.

"Udah bangun Dan?, Buruan mandi, ntar telat kesekolah" ucap David saat sudah selesai mandi, memberikan handuk pada Danu.

"Iya bang" jawab Danu, melepaskan pelukannya. Danu pun berlalu kekamar mandi sambil tersenyum terus kearahku.

***

"Sudah pagi begini, ibu belum pulang juga. Kira-kira ibu sedang apa dan dimana ya?" Tanya ku pada David.

"David gak tau kak, sebenarnya apa yang terjadi kak?, David bingung" kata David, kembali bertanya kepadaku.

Sulit untuk menjawab pertanyaan itu dengan jujur, tidak seharusnya David dan Danu tau tentang cerita pedih ku yang dijual ibu kepada keluarga Abra.

"Ka.. kamu belum pakai seragam sekolah, buruan ganti baju, tunggu Danu selesai mandi agar kalian sarapan bareng, tapi kakak cuma bisa masak lauk, beras habis" kata ku mengalihkan pertanyaan David.

"Tapi kalian jangan khawatir, nanti kakak akan belikan beras agar saat pulang sekolah, kalian bisa makan nasi" lanjutku berkata bohong. Mendengar perkataan ku, David sumringah penuh harap. Aku merasa bersalah karena sudah berbohong demi menyenangkan hati adik ku, tapi jika sampai siang nanti aku tidak dapat menepati janjiku, entah alasan apalagi yang akan kukatakan, karena sebenarnya aku tidak punya uang dan tidak tau bagaimana caranya mendapatkan beras dalam waktu cepat.

"Kentang rebus nya enak kak" kata Danu sambil tersenyum manis.

Aku terenyuh dan hatiku terjatuh, betapa kedua adik ku masih bisa bersyukur dalam keadaan getir seperti sekarang. Mereka memakan sarapan buatan ku dengan sangat lahap, aku hanya bisa menatap mereka berdua dengan senyuman tipis, bersyukur karena Tuhan menitipkan dua adik yang luar biasa kepadaku.

"Iya Danu ganteng, telurnya juga habiskan ya" ucap ku, mengelus rambut Danu.

"Kakak gak sarapan?" Tanya Danu, jujur aku kelaparan, tapi aku menutupinya didepan David dan Danu.

"Kakak belum lapar, kalian habiskan semuanya, jangan sampai tersisa" jawabku. Aku menatap David, sepertinya dia menitihkan tetes air mata, tapi langsung mengusap nya saat aku memperhatikan dia. Aku tau, David sedang bersedih, menangisi keadaan yang tidak baik-baik saja ini. David bukan anak kecil yang mudah dibohongi lagi, tapi apa dayaku, aku berpura-pura tidak melihat air matanya dan berusaha menahan tangisku.

***

"Kami berangkat sekolah dulu ya kak" ucap David, berpamitan.

"Iya, hati-hati dijalan ya" sahut ku.

"Kak, besok Danu akan mengikuti kompetisi matematika disekolah, kakak Doakan Danu ya agar semuanya lancar dan Danu dapat juara satu" ucap Danu. Bangga sekali aku pada si bungsu yang tampan ini, aku memegang bahu nya, menatap matanya dengan penuh kebahagiaan.

"Pokoknya adik ganteng kakak yang satu ini selalu bikin bangga, kakak Doakan agar kamu menang ya" kata ku, semangat Danu semakin bergelora. David juga turut sumringah.

"Ayo berangkat" kata David merangkul adiknya.

Meskipun berbeda jenjang pendidikan, tapi yayasan sekolah mereka masih satu kesatuan, karena itu setiap hari mereka selalu pulang dan pergi bersama. Bahkan, sesekali mereka berdua juga bertemu disekolah saat sedang jam istirahat.

Melihat mereka berjalan beriringan dengan penuh semangat sambil merangkul satu sama lain, rasanya jiwaku senang sekali, semangat mereka adalah semangatku juga, jika mereka berdua masih bisa tersenyum dan semangat dalam keadaan pahit ini, maka aku juga harus terus berjuang, aku akan kuat menghadapi segala beban yang datang menerpaku.

Sebagai seorang kakak untuk dua orang adik yang memiliki ketegaran hati yang sangat teguh, aku tidak ingin mengecewakan mereka, aku telah berjanji untuk menyediakan nasi siang hari nanti kepada mereka, karena itu aku bersiap-siap bergegas dari rumah, untuk mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dalam waktu cepat, aku berniat untuk menawarkan jasa cuci setrika baju kerumah-rumah warga. Tapi saat aku baru ingin mengunci pintu, tiba-tiba ibu datang dengan penampilan yang sungguh membuatku geram.

"Elin... kamu kenapa bisa ada disini?" Tanya ibu, terkejut melihat ku.

"Ibu, kenapa pakaian ibu seperti ini?" Tidak menjawab pertanyaan ibu, aku justru kembali melontarkan pertanyaan kepadanya, penampilan ibu dengan baju tanpa lengan, memperlihatkan lekukan dada ibu hingga ke leher, serta pakaian rok mini yang tidak sampai menutupi seluruh paha nya. Aku tidak habis pikir, kenapa perubahan ibu semakin hari semakin membuatku resah.

"Bukannya menjawab pertanyaan ibu, malah nanya balik. Kamu kenapa ada disini? JAWAB!" bentak ibu, melotot kearahku.

"Bu, ganti pakaian dulu, ibu dari mana sih?, satu harian menghilang meninggalkan David dan Danu berdua saja dirumah, tanpa makanan. Ibu tau gak, persediaan beras dan lauk juga semuanya sudah habis. Ibu tega membiarkan David dan Danu sengsara menahan lapar" tegas ku.

"Kurang ajar, kamu berani menasehati ibu?, sebaiknya kamu kembali kerumah Pak Abra sekarang juga" oceh ibu, aku tidak lantas menurutinya, karena aku tidak akan pernah mau kembali kerumah penjara itu.

"Bu, minta uang biar Elin yang beli beras. Kasihan David dan Danu tadi cuma sarapan kentang rebus sama telur, Elin gak tega melihat mereka Bu" ucap ku, hampir pecah air mataku mengucapkan kata-kata itu.

"Kamu gak perlu urusin mereka, kamu bukan bagian keluarga ini lagi. Udah sana pergi" tegas ibu, menodong ku sambil berjalan masuk kerumah.

"Bu, Elin mohon Bu" pinta ku sembari mengikuti langkah ibu.

"Ibu akan telepon Pak Abra sekarang juga, agar kamu dijemput" kata Ibu. Aku menggelengkan kepala, mulai menangis lirih.

"Bu, jangan Bu. Aku gak mau kembali kesana, mereka semua bukan manusia, mereka iblis. Biarkan aku tetap disini untuk menjaga David dan Danu" aku memohon sambil bersimpu lutut, meraih tangan ibu, berharap ibu tidak memberitahu Pak Abra tentang keberadaan ku saat ini.

"Kamu pikir ibu gak bisa menjaga David dan Danu, mereka gak akan mati kalau sehari saja gak makan. Nanti ibu akan beli beras, tapi kamu kembali saja kerumah Pak Abra, kamu tau kalau sampai Pak Abra marah karena kamu kabur seperti ini, bukan cuma kamu, tapi nyawa ibu juga terancam" ucap Ibu.

Bagaimana ini, ibu terus menyuruhku untuk kembali kerumah Pak Abra, sementara aku sudah bersusah payah untuk kabur dari rumah itu, aku tidak mau diperlakukan semena-mena lagi, jika aku kembali, pasti mereka akan menyiksa ku berkali-kali lipat karena aku sudah berani melarikan diri, terlebih lagi dengan Pak Abra, karena aku telah mengetahui sifat busuknya, pasti Pak Abra akan memiliki seribu satu cara untuk membuat aku semakin tersudut.

"Bu, aku gak mau berpisah dari David dan Danu" ucap ku sambil terus memohon dan memegang tangan ibu.

"Ahhhh!" Teriak Ibu sambil melepaskan genggaman tangaku.

"Bener-bener anak gak tau diuntung, kamu udah enak-enak tinggal dirumah besar itu, malah kabur gak jelas seperti ini. Pergi kamu!" umpat ibu.

"Bu, ibu mau tau kenapa Elin bisa sampai kerumah ini? Elin kabur dari Pak Abra, Pak Abra membawaku kehotel, si tua bangka itu ingin memperkosa aku Bu" rintihku dengan suara tangis yang semakin menyeruak.

1
bryan.gibran
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Refelin?
Akbar Cahya Putra
Mantap banget, author! Jangan berhenti menulis ya!
Tōshirō Hitsugaya
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
bryan.gibran: thanks kak, ikuti terus update nya ya
total 1 replies
♞ ;3
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!