Kekasih Ku, Suami Adikku

Sementara itu, tanpa Liana sadari. Sejak tadi, ada seseorang yang membuntuti dirinya. Orang tersebut benar-benar terkejut dengan apa yang dia dengar juga dia saksikan tadi.

Gadis itu memohon dan menangis pada pria muda, agar pria itu menikahi Liana. Dan dia benar-benar tidak melewatkan adegan itu semua.

"aku tidak mengira jika adik Alena semurahan itu. kelakuannya pun benar-benar begitu berbanding terbalik dengan kekasihku." gumam Raffa.

saat ini, Raffa tengah melihat Liana yang tengah menangis meraung seorang diri di jalanan yang begitu sepi.

Tidak ada yang mendengar tangis itu selain dirinya. Karena semua penghuni rumah Alena pun sepertinya sudah tidur, kecuali dia dan juga Liana.

tadi, saat Raffa sudah masuk ke dalam kamar, tiba-tiba saja tenggorokannya terasa haus. tidak mungkin Raffa membangunkan Alena hanya untuk mengambilkan air putih.

jadi, Raffa berniat mengambil air putih itu sendiri. hanya saja, saat dia tengah berjalan ke arah dapur, dia melihat Liana yang berjalan menuruni tangga dengan mengendap-endap.

Pada akhirnya, Raffa memutuskan untuk bersembunyi. Dan mengekori Liana yang terlihat mencurigakan.

Liana sama sekali tidak menyadari kehadiran Raffa. Karena lampu di sebagian rumah Alena sudah di matikan. Jadi, Raffa bebas mengikuti langkah Liana tanpa harus takut gadis itu memergokinya.

Dan, disinilah Raffa. Di balik tembok halaman belakang rumah Alena. Dan Dia tengah melihat Liana yang masih menangis menyedihkan.

"aku harus bagaimana? bagaimana jika ayah dan ibu tahu?" gumam Liana.

Dan sepertinya, Liana harus kembali ke dalam rumahnya. Dia takut jika salah satu anggota keluarga mendatangi kamarnya. dan melihat Lian yang sudah tidak ada di dalam kamar.

Lian masuk kembali ke halaman belakang. Dan menutup pintu yang terhubung ke jalan kecil yang ada di belakang rumahnya.

Dan lagi-lagi, Liana tidak menyadari kehadiran Raffa yang masih bersandar di balik tembok.

Hingga akhirnya, Liana masuk kembali kedalam rumah, dan menaiki tangga perlahan. Persis seperti yang dia lakukan saat turun tadi.

"aku yakin jika gadis itu akan menghambat kembali hubunganku dengan Alena. Dan aku bersumpah, aku akan membencinya seumur hidup jika apa yang aku katakan saat ini menjadi kenyataan." gumam Raffa.

Dan Raffa pun akhirnya meninggalkan kamar belakang. Dia harus kembali ke kamar untuk beristirahat, sebelum besok pulang kembali ke kota bersama kekasihnya.

Keesokan paginya, keadaan Liana jauh lebih parah dari sebelumnya. Dia benar-benar tidak bisa bangkit dari atas kasur karena rasa pusingnya.

Dan mualnya pun sepertinya bertambah. karena saat ini, dia tengah memuntahkan isi perutnya di bawah lantai tempat tidurnya.

Ceklek ..

Dewi memasuki kamar putri bungsunya terburu-buru saat mendengar suara jika Liana tengah muntah.

Dia langsung memijat tengkuk Liana, dan membantu gadis itu mengeluarkan cairan di dalam perutnya.

"huekk .. Huekk .."

"astaga Nak, sudah ibu katakan jika sebaiknya kau periksa ke dokter. Ibu takut terjadi sesuatu karena kau tidak berhenti muntah dari kemarin."

Liana menggeleng, Dewi kembali membantu Liana untuk berbaring, dan membersihkan kotoran di lantai kamar putrinya tersebut.

Dewi bahkan berjalan ke arah kamar mandi, untuk mengambil alat pel untuk mengepel lantai putrinya.

Hanya saja, langkah Dewi yang terburu membuat gagang pel yang dia pegang menyenggol tempat sampah yang ada di kamar mandi. hingga isi tong sampah tersebut terlihat berhamburan.

"astaga .." keluh Dewi.

"sebaiknya aku bersihkan lantai kamar Liana dulu. Aku takut jika Lian turun dan dia akan terjatuh karena lantai masih licin."

Dewi mengangguk, dia pergi meninggalkan kamar mandi den berjalan kembali ke dalam kamar Liana untuk mengepel lantai.

Dewi melihat Liana yang tengah memejamkan matanya di atas kasur. Dan dia tahu jika Liana hanya sedang menghalau rasa pusing nya.

Dewi berjalan kembali ke arah kamar mandi, dia menaruh lap pel yang dia bawa. Dan berniat membersihkan sampah yang tidak sengaja dia tubruk tadi.

"ya Tuhan .. Aku bahkan lupa untuk membuang sampah ini, hingga sampah di kamar mandi Lian numpuk seperti ini." gumam Dewi.

Dewi mengambil sampah itu satu persatu. Dan tiba-tiba saja Dewi terdiam saat melihat sebuah cangkang alat test kehamilan yang ada di tong sampah tersebut.

"tunggu .. Bukankah itu bungkus testpack?" gumam Dewi.

Dia mengambil bungkus tersebut dan membacanya. Dewi hanya ingin memastikan asumsinya. Dan ternyata benar, apa yang dia pegang merupakan bungkus testpack.

"ini bekas siapa? tidak mungkin Lian kan?"

Dewi menggeleng .. Dia kembali memeriksa sampah tersebut, dan mencari isi dari bungkus testpack yang tengah dia pegang saat ini.

Dan jantung dewi berdetak dua Kali lebih cepat saat melihat sebuah alat testpack yang jatuh tertelungkup di atas lantai.

Dewi mencoba mengambil benda tersebut, dan tiba-tiba saja aliran darah di tubuhnya kembali berdesir saat melihat benda tersebut bergaris dua berwarna merah. Yang artinya, pengguna benda tersebut positif hamil.

tangan Dewi gemetar, dan air matanya mengalir deras saat memegang benda tersebut.

"t-tidak .. Ini tidak mungkin. Ini bukan milik lian kan?" gumam Dewi.

Dewi mencoba bangkit dengan susah payah. Tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, setelah menemukan alat tes tersebut.

Dewi berjalan ke arah Lian, dan dia segera menarik paksa selimut yang tengah Lian kenakan. Dan hal tersebut membuat Lian terkejut.

"Bu, ada apa? Kenapa ibu menarik selimut Lian?"

"ini apa Liana? Ini apa hah?" teriak Dewi.

Deg ..

Jantung Liana seakan melompat dari tempatnya ketika hal yang tidak dia inginkan terjadi. Dewi, ibunya tengah memegang alat test kehamilan yang dia pakai semalam.

"B-bu .." gugup Lian.

"katakan Lian, jika ini bukan milikmu. Katakan!!"

Dewi sudah tidak bisa menahan emosinya. Air matanya pun jatuh semakin deras, ketika melihat Liana yang tiba-tiba menangis sama sepertinya.

"m-maaf Bu, maafkan Lian Bu .." lirih Lian.

Dewi menggeleng .. Dia harap jika dia hanya salah mendengar apa yang Liana katakan.

"Liana, kau bergurau kan? Katakan pada ibu jika alat ini bukan milikmu."

Nada bicara Dewi melemah, dia berharap jika Lian mengatakan iya, jika alat itu bukan milik Liana, putri bungsunya.

"maaf Bu, tapi .. I-itu milik Lian Bu, Liana hamil. Hikss .."

Liana menangis sejadi-jadinya, begitu juga Dewi Yang saat ini jatuh terduduk mendengar kenyataan yang baru saja keluar dari mulut Liana.

"bagaimana bisa ini terjadi Lian? Apa yang harus ibu katakan pada ayahmu Liana? Hikss .."

"Bu, Liana mohon, jangan katakan soal ini pada ayah Bu. Liana mohon Bu, liana takut."

"apa kau kira hal sebesar ini ayah mu tidak akan tahu begitu? Perutmu akan semakin membesar Lian, dan ibu yakin cepat atau lambat, ayahmu akan mengetahui hal ini."

Liana menggeleng, dia benar-benar takut jika ayahnya mengetahui dirinya yang saat ini tengah berbadan dua. Liana takut jika Ditto akan menyiksanya saat tahu jika dirinya hamil di luar nikah.

"Bu, Lian mohon .."

"tidak Lian, ayah mu harus tahu."

Dewi bangkit, dan dia segera keluar dari kamar Liana. bagaimana pun juga, ditto harus tahu tentang apa yang terjadi pada putri bungsunya saat ini.