Menikahi Adik Kekasihku

"Kenapa Tuan Muda Dedi sampai sekarang belum membaca pesanku, ya? Bagaimana ini?" resah hati Niken karena dia sudah ingin mengatakan sesuatu yang penting pada sahabat baiknya.

Niken akhirnya memilih untuk bekerja ke perkebunan teh seperti biasanya. Berharap akan bertemu dengan Dedi di sana tanpa sengaja. Niken bekerja dengan giat. Karena dia sadar hanya pekerjaan itu yang telah membantu keluarganya untuk menyambung hidup mereka.

Saat Niken sibuk bekerja dia tidak sadar kalau manajer pabrik Hartawan group terus memperhatikannya di jarak yang agak jauh dengan menggunakan teropong miliknya. Dia adalah Reza, sahabat dekat Dedi yang sebenarnya salah satu pemegang saham juga di perusahaan Hartawan group.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Dedi saat dia melihat sahabat karibnya begitu sibuk bermain dengan teropong yang memang biasa mereka gunakan untuk mengawasi kegiatan di perkebunan tanpa harus jauh-jauh datang kesana.

Reza tersenyum pada Dedi. Reza tidak mau berterus terang pada Dedi karena dia tahu kalau Dedi juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya pada Niken.

"Kenapa wajahmu begitu suntuk? Apakah ada masalah?" tanya Reza sambil meletakkan teropong lalu mendekat ke arah Dedi yang terlihat menekukkan wajahnya yang selalu tampan rupawan.

Dedi menghela nafas berat. Dia melirik sekilas pada Reza. Pandangan Dedi melihat ke arah Reza tadi mengarahkan teropongnya. "Kau naksir sama Niken, ya?" tanya Dedi sama sekali tidak peduli dengan pertanyaan Reza.

Reza terlihat gugup karena khawatir sahabatnya akan mengetahui rahasia hatinya yang selama ini sudah disimpan begitu rapat olehnya.

"Ah, kamu! Dari mana kamu bisa menyimpulkan hal itu?" tanya Reza sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal berusaha untuk menyembunyikan rona wajahnya yang tersipu.

Dedi tahu kalau Reza menaruh hati pada sahabatnya yang sudah lama tidak ditemui olehnya. Lebih tepatnya setelah dia disibukan dengan persiapan pernikahan dirinya dengan Maura. Kalau diingat-ingat mungkin sudah lebih dari sebulan lamanya. Mereka bahkan tidak lagi berkomunikasi melalui ponsel karena ponsel miliknya sudah disita oleh Surya. Menyebalkan sekali!!

"Udah, ga usah malu atau takut padaku. Kamu tahu bukan? Aku sekarang sudah menikah dan memiliki seorang Istri. Aku sudah tidak mungkin memiliki Niken lagi. Walaupun sebesar apapun aku mencintai dia!" lirih sekali Dedi bergumam. Akan tetapi Reza masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Reza menghela nafas berat. Dia merasa prihatin dengan kehidupan Dedi yang tidak bebas dan masih dikendalikan oleh kuasa kakeknya yang begitu kuat auranya. Dirinya merasa bersyukur dengan keluarga yang dia miliki yang begitu membebaskan dirinya dan tidak pernah mengurusi urusan asmaranya.

"Kamu yakin, sudah merelakan Niken? Ga masalah kalau aku mulai mendekati dia?" tanya Reza sambil melihat ke arah Dedi dan berusaha untuk mengkonfirmasi pernyataan sahabatnya.

Dedi meraup wajahnya kasar. Ada nyeri di dadanya setiap kali dia sadar mengenai perasaannya kepada Niken yang harus karam sebelum berlayar. Dirinya bahkan belum pernah menyatakan perasaannya satu kali pun kepada Niken. Padahal dulu hubungan dirinya dengan Niken begitu dekat melebihi saudara. 

Sikap ibunya yang arogan dan sombong benar-benar membuat Dedi tidak memiliki keberanian untuk mengatakan rasa cintanya kepada Niken yang dia tahu berbeda kasta dengan dirinya. Ibunya bisa murka kalau tahu dia mengejar Niken.

Dedi melirik pada Reza yang masih menunggu jawaban darinya dengan setia. Reza tahu kalau Dedi tak berdaya dengan keluarga besarnya yang terlalu banyak aturan yang mengekang hidup sahabatnya yang tercinta.

"Aku tidak mungkin bisa memiliki Niken seumur hidupku. Apalagi sekarang Kak Radit mengajakku bersaing untuk memperebutkan Maura. Aku tidak akan pernah rela melihat laki-laki sombong itu berbahagia karena mendapatkan apa yang dia inginkan. Aku akan membuat Maura mencintaiku dan melepaskan Kak Radit di dalam hidupnya. Bagaimanapun juga Maura itu istriku yang punya hak untuk aku cintai!" ujar Dedi dengan lemas.

Reza melihat binar semangat di mata sahabatnya. Dedi saat ini sedang memikirkan tentang Maura yang selalu saja membuat jantungnya berdebar kencang, setiap kali mereka tanpa sengaja berpapasan di kamar mereka. 

"Kau sudah mulai mencintai istri kamu?" tanya Reza mencoba untuk menelisik perasaan sahabatnya yang dia tahu sudah mulai tergoda pada kecantikan Maura yang tidak berbeda jauh dengan Niken. 

Ya, sepintas lalu orang-orang pasti bertanya-tanya tentang wajah Niken dan Maura yang memiliki sedikit kesamaan. Mata Maura dan Niken memiliki kesamaan yang amat kentara. Bahkan tanpa sadar Dedi kadang memikirkan Niken saat bertatap mata dengan Maura. 

"Lupakan masalahku. Sekarang, katakan padaku! Bagaimana dengan perasaanmu kepada Niken? Apakah kamu tulus untuk mencintainya?" tanya Dedi serius menatap wajah Reza yang bersemu merah.

Walaupun Dedi sadar bahwa dia tidak mungkin memiliki Niken, akan tetapi dia tetap berharap sahabatnya bisa hidup berbahagia dan menemukan pasangan yang mencintainya dan membahagiakan dia dengan tulus.

Reza melihat ke arah Niken yang saat ini sedang duduk dan beristirahat. Siluet wajah Niken karena tersorot mentari pagi benar-benar membuat wajah gadis itu terlihat begitu cantik menggetarkan hatinya yang sudah lama memendam cinta pada Niken. Reza selama ini berusaha dengan sangat keras untuk menutupi perasaan itu karena menghormati Dedi yang sudah lebih dulu mencintai Niken daripada dirinya.

"Aku hanya bisa mengagumi dia dalam diam. Kau tahu kan kalau aku juga sudah dijodohkan oleh kedua orang tuaku dengan pewaris keluarga Herlambang. Aku hanya menunggu tunanganku pulang dari study dia dan menikahinya." Reza menatap Niken dengan pilu.

Dedi menepuk bahu Reza yang seketika menunduk lesu karena mengingat nasibnya tidak jauh dari Dedi.

"Tampaknya aku juga akan mengalami nasib sepertimu suatu saat nanti. Aku juga harus mengikhlaskan cinta dihatiku demi memenuhi ambisi keluargaku untuk mengukuhkan posisi dan statusnya di dunia bisnis." Reza menghela nafas berat.

Ternyata keluarganya memang sudah punya rencana untuk mengatur pernikahannya, bersama seorang wanita yang dia kenal hanya namanya saja. Selama ini keluarganya tidak pernah mengekang Reza untuk berhubungan dengan wanita di luar sana. Hanya saja dia sudah ditekankan sejak dini oleh ayahnya. Bahwa dia tidak diperbolehkan untuk menikahi wanita lain selain tunangannya yang sudah dipersiapkan oleh keluarganya sejak jauh hari.

"Mereka yang di luar sana berpikir, sangat bahagia menjadi anak dari orang kaya yang memiliki segalanya. Tapi mereka tidak tahu bahwa kita harus hidup tertekan karena tidak bisa hidup dengan wanita yang kita cintai. Ibarat kata hidup kita sudah diatur oleh orang tua sejak kita masih bayi. Miris bukan?" tanya Dedi dengan nada sarkas.

Reza menatap lekat wajah sahabatnya yang terlihat begitu sedih ketika menatap Niken dari kejauhan. Reza sangat mengetahui perasaan Dedi kepada perempuan yang sempat menarik perhatiannya. Tapi dia juga sadar bahwa Niken adalah barang mewah yang tidak bisa mereka dapatkan dengan mudah mengingat status dan derajat mereka yang jauh berbeda.