NovelToon NovelToon
My Sweetheart

My Sweetheart

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cokelat Manis

Siapa sangka. Mutiara Alea, gadis cantik, anak tunggal kaya raya, idola semua anak laki-laki di SMA Karya Bakti malah jatuh cinta pada Dio, anak baru yang sering dibully karena porsi tubuh yang agak berisi dan warna kulit yang gelap. Dio sadar bahwa dia tidak pantas untuk Mutiara, namun Mutiara kekeh dan ingin selalu bersama Dio. Akankah Mutiara dan Dio bisa bersama dalam balutan cinta dan kasih sayang? Atau kisah mereka akan berakhir begitu saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cokelat Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Good Boy

"Jalan-jalan aja!" jawab Dio pelan.

"Trus?" lanjut Mutiara masih dengan tatapan tajam.

"Ya... nggak sengaja lihat kamu di sini. Yaudah aku samperin, eh kamunya lagi tutup mata. Makanya aku nggak ngomong apa-apa," jelas Dio tersenyum kecil.

"Ohh," balas Mutiara dengan pelan.

"Kamu sering ya jalan-jalan ke sini?" lanjut Dio berusaha mencairkan suasana yang kaku dan canggung.

"Emang kenapa? Kepo banget si, lo!" omel Mutiara.

"Astaga Tuhan! Nih... perempuan aneh, nggak bisa ditebak suasana hati dan pikirannya. Sebentar dia sangat baik dan ramah... sebentar cuek... badmood nggak jelas!"  ucap Dio dalam hati.

"Hehehehe... maaf ya kalau terlalu kepo!" balas Dio tersenyum pelan.

Ada jeda diantara mereka berdua.

Mutiara asik menikmati pemandangan di depannya, sementara Dio curi-curi pandang melihat pesona kecantikan Mutiara.

"Gatal banget sih lo! Ngapain curi-curi pandang ke gue?" seru Mutiara dengan raut wajah mengintimidasi.

"Bu... bu... bukan! Aku nggak ada maksud kayak gitu... maaf ya!" balas Dio dengan nada memohon.

"Ayo!" ajak Mutiara seraya beranjak dari atas kursi taman.

"Hah... ayo... ayo kemana, maksudnya bagaimana?" tanya Dio semakin bingung.

"Jalan-jalan! Lo nggak bosan duduk disini? Gue laper banget nih, cari makan yok!" ucap Mutiara seraya melangkahkan kaki meninggalkan Dio yang masih duduk kebingungan melihat sikap Mutiara yang mendadak berubah.

"Ayo... buruan gerak! Nanti keburu gelap, yang jualan udah pada tutup!" seru Mutiara membalikkan badan ke arah Dio.

Dio berlari kecil, segera menghampiri Mutiara. Memang, salah satu hal yang paling sulit di bumi adalah menebak suasana hati dan pikiran perempuan.

"Hehehe... iya, iya! Ini aku udah gerak cepat kok," balas Dio langsung menyejajarkan posisi dengan Mutiara.

Mutiara membawa Dio ke pinggir taman kompleks, dimana terdapat banyak penjual makanan, mulai dari gorengan, minuman, makanan ringan, hingga berbagai macam olahan seafood.

"Lo mau makan apa?" tanya Mutiara pada Dio yang sedari tadi diam mematung.

"Aku ngikut kamu aja? Tapi ini udah sore, apa nggak sebaiknya kamu pulang ke rumah buat ganti baju dulu?" saran Dio penuh hati-hati agar tidak menimbulkan masalah baru.

"Nggak usah, tanggung banget! Itu rumah Papaku yang cat tembok warna biru. Kalau gue pulang ganti baju, malas banget buat keluar lagi," jawab Mutiara sembari meraih ujung jaket Dio lalu membawanya menyebrangi jalan.

"Benar-benar perempuan yang nggak bisa ditebak!" bisik Dio dalam hati.

Dengan segala pertimbangan dan berbagai refrensi gerobak makanan, akhirnya Mutiara dan Dio memesan mie ayam bakso.

"Lo bisa kan makan mie ayam bakso?" tanya Mutiara sembari mengernyitkan dahi.

"Iya... aku bisa? Memangnya kenapa?" ujar Dio kebingungan.

"Nanya aja! Manatau lambung lo nggak bisa menerima dan memproses makanan yang sejenis dengan bakso dan teman-temannya!" jelas Mutiara seraya asyik memperhatikan Mamang penjual bakso yang sedang mempersiapkan pesanan mereka.

"Aku bisa-bisa aja kok," tutur Dio tersenyum tipis melihat tingkah Mutiara seperti seorang anak yang tengah penasaran.

"Bagus deh!" ucapnya pelan sembari mengelus kedua lengannya.

Tanpa basa-basi, Dio segera membuka hoodie birunya. Lalu membersihkannya dari debu dan noda-noda kotor.

"Nih... kamu pakai dulu! Kamu pasti kedinginan kan, pakai aja ini. Maaf kalau hoodienya agak kotor dan mungkin nggak wangi sama sekali! Tapi masih bersih dan bisa dipakai kok," tawarnya seraya mengulurkannya ke meja Mutiara.

Mutiara langsung bengong melihat sikap dan perhatian Dio. Bahkan dia sempat menganga dan tidak berkedip sama sekali, sanking speechles-nya.

"Ngg... nggak... nggak usah! Gue nggak kedinginan kok. Ini cuma lagi pengen ngelus tangan aja. Nggak usah, lagian rumah gue dekat kok. Nih, mending lo aja yang pake," tolak Mutiara merasa kaku dan canggung.

"Nggak apa-apa! Aku ikhlas kok nawarin hoodie-nya," tutur Dio dengan lembut.

"Emang lo pikir gue butuh banget ya rasa kasihan dari lo? Muka gue cocok banget ya buat dikasihani?" debat Mutiara dengan ketus.

"Hehehehe... mending kamu pakai aja dulu. Baru komplain dan protes segala macamnya ya," bujuk Dio dengan sabar.

"Hmmm... karena lo maksa, yaudah gue pake ya. Nanti pasti gue balikin!" seru Mutiara pura-pura serius dan tegas.

"Iya... santai aja!" jawab Dio pelan.

Akhirnya mie ayam bakso dua porsi tersaji di meja. Aroma kuah ditambah dengan bawang goreng begitu menggugah selera.

"Wowww... enak banget nih! Ditambah saus, kecap manis, cabe giling. Nah cocok banget nih!" seru Mutiara sembari menuangkan saus dan cabe beberapa sendok

Dio bergidik ngeri melihat penampakan mie ayam bakso milik Mutiara. Merahnya saos ditambah dengan sambal ijo cabe rawit nampaknya sangat menggugah selera Mutiara.

"Kamu yakin makan segitu pedasnya?"

"Iya," jawab Mutiara mengangguk-anggukkan kepala.

"Emang kenapa... lo nggak bisa pedas ya? Padahal ini enak banget tahu, nggak ada duanya. Lo coba dulu deh," tawar Mutiara menggeser mangkoknya.

"Nggak ah! Aku nggak suka pedas," balas Dio sembari mengaduk mie ayam polosnya.

"Lo makan mie ayam bakso nggak pake apa-apa? Serius ada manusia kayak lo? Aneh banget sih, makanan kayak gitu mana ada rasa!" omel Mutiara.

"Iya kan selera setiap orang berbeda-beda! Dan itu nggak bisa dipaksakan," ucap Dio.

"Dasar aneh!" celetuk Mutiara sembari menikmati makanannya.

Semangkok mie ayam bakso ternyata belum mampu mengisi perut Mutiara yang masih kosong. Dia mengajak Dio membeli telur gulung, sate tusuk, minuman dingin dan aneka makanan penutup.

"Banyak juga porsimu ya. Tapi hasilnya nggak nampak," sindir Dio tersenyum jahil.

"Idihh... apaan sih! Bukan nggak nampak, tapi makanannya aja langsung diserap sama pikiran dan beban hidup!" jelas Mutiara dengan nada melebih-lebihkan.

"Hahahaha... jangan hiperbola begitu! Bisa aja beban yang kita alami belum seberapa di banding beban orang lain. Lagian kamu kayak punya anak sepuluh sama suami dua aja, setiap makanan yang kamu konsumsi langsung diambil pikiran. Jangan melebih-lebihkan ah," ujar Dio tersenyum kecil.

"Hmm... iya! Baiklah... terima kasih atas ceramah panjang lebarnya," ketus Mutiara seraya menuangkan saos di atas telur gulungnya.

"Gila juga kamu ya sama pedas kayak gitu!" lanjut Dio.

"Enak loh! Nih... coba satu aja!" tawar Mutiara memberikan telur gulung yang sudah di olesi soas.

"Nggak mau ah!" balas Dio menggelengkan kepala.

"Coba dulu! Ayo coba... gue nggak bakal turun tangan sampai lo terima suapan ini! Ayo buruan..." suruh Mutiara dengan tatapan tajam.

"Jangan maksa dong! Aku nggak mau, mending kamu aja yang makan," tolak Dio.

Mutiara diam sembari melayangkan tatapan tajam bak elang hendak menerkam mangsa.

"Gue hitung satu sampai tiga!" ancam Mutiara.

"Iya... nih aku makan! Terima kasih," ucap Dio menerima suapan dari Mutiara sembari menahan rasa pedas.

"Good boy!" ucap Mutiara tanpa sadar langsung mengelus kepala Dio

1
Akako
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
eli♤♡♡
Intensitas emosi tinggi.
muhammad iqbal
Membaca yang menghibur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!