My Sweetheart

My Sweetheart

Pertemuan pertama

Cuaca hari ini sangat panas.Terik matahari  menyengat kulit, gelombang panas membuat kepala pusing, bahkan kerongkongan mulai terasa kering keronta.

"Ra... lo nggak ada rencana beli minum gitu? Nih, otak gue udah panas banget, kayaknya bentar lagi meledak deh!" seru Lili sembari mengibas-gibaskan wajahnya dengan kertas karton.

"Malas ah! Lagian yang ngajak gue ke sini kan lo! Jadi yang beli minum itu harusnya lo, bukan gue!" balas Mutiara sembari menyenderkan pundak di dinding toko.

Hari ini, Lili memaksa Mutiara ikut bersamanya ke toko buku bekas. Toko tersebut tidak terlalu jauh dari sekolah, namun karena cuaca panas, rasanya tenaga habis diserap panasnya matahari. Sayangnya, saat tiba di tujuan, ternyata toko bukunya tutup, dan nggak tahu kapan akan di buka. Karena di depan pintunya tertera papan triplek putih dengan tulisan 'tutup untuk sementara waktu.'

"Makanya lain kali kalau mau ke sini survey dulu, cek and ricek! Tau begini mending gue nggak ikut tadi! Sana... buruan lo beli minuman dingin buat gue," suruh Mutiara dengan raut wajah kesal.

"Loh... kok lo jadi nyalahin gue sih! Lagian nggak ada tahu, ini toko bakalan tutup. Kalau gue tahu ngapain gue maksa lo buat ikut ke sini," balas Lili tak mau kalah.

"Gue nggak ada tenaga lagi ke supermarket, Ra! Sumpah... otak gue panas pusing nggak jelas nih. Mending lo aja deh yang beli minum buat kita. Gue yang traktir deh," lanjutnya seraya menyerahkan lembar uang pecahan lima puluh ribu.

"Serius nih! Gue habisin semua buat beli jajan ya!" jawab Mutiara penuh semangat.

"Yaelah belagu banget sih, lo! Giliran di traktir aja langsung semangat sumringah begitu. Tadi aja lo lemas kayak ayam penyakitan. Udah deh, terserah lo, buruan sana! Tapi jangan lama-lama ya, nanti gue malah mati dehidrasi di sini," pesan Lili dengan serius.

"Oke, siap laksanakan yang mulia!" canda  Mutiara seraya membungkukkan badan menirukan gaya ala seorang kesatria.

Jarak supermarket dengan toko buku bekas tidak terlalu jauh, hanya butuh lima menit untuk sampai di tujuan. Setibanya di rak minuman dingin, Mutiara mulai memilih minuman dingin yang cocok di cuaca seperti ini. Hingga matanya mengarah pada sebuah minuman isotonik dengan kemasan berwarna biru. Minuman tersebut hanya tinggal satu. Saat Mutiara hendak mengambil minuman tersebut, tiba-tiba sebuah tangan bersamaan meraih minuman tersebut.

"Maaf...maaf... aku tidak tahu kamu ingin mengambil minuman itu juga!" ucap seorang laki-laki tersebut sembari menundukkan kepala.

Mutiara langsung terkesima dengan sosok tersebut. Bahkan dia sampai terdiam untuk beberapa saat.

"Halo..." ucap sosok tersebut sembari melambaikan tangan ke arah Mutiara.

"Ha... apa... gimana?" tanya Mutiara langsung tersadar.

"Minumannya untukmu saja. Aku bisa ambil minuman lain kok," ucap sosok tersebut.

"Nggak apa-apa, nih buat lo aja! Gue bisa beli yang lain kok," jawab Mutiara dengan gaya centil.

"Nggak usah mending buat kamu aja! Lagian kamu duluan kan yang pegang minuman itu. Nggak apa-apa," balasnya langsung pergi ke rak minuman yang lain.

"Baru kali ini gue jumpa sama cowok se sopan ini. Mana pakai panggilan aku kamu lagi. Oh... trus muka dia gemes banget... bulat kayak kue bakpao. Awaaaaww... gue pengen cubit!" seru Mutiara dalam hati.

"Ehemm..." deheman Mutiara sembari menyejajarkan posisi dengan laki-laki tersebut.

"Nih minumannya buat lo aja! Daripada gue sama lo segan-seganan trus nggak ada yang ambil nih minuman kan sayang banget! Lagian gue nggak terlalu suka sama minuman ini... eh, tepatnya gue belum pernah nyoba sih, jadi mending buat lo aja!" saran Mutiara tersenyum manis hingga menunjukkan lesung pipinya.

"Oke, minumannya aku ambil! Terima kasih banyak, ya!" jawabnya sembari membungkukkan badannya dengan sopan, lalu pergi ke meja kasir.

Sementara dia membayar minumannya, Mutiara tengah asyik memperhatikan laki-laki tersebut hingga setiap inci tubuhnya. Bahkan dia lupa, kalau temannya Lili hampir sekarat menunggu minuman yang tak kunjung datang.

"Permisi... Mbak! Kalau nggak jadi beli minumannya tolong pintu kulkasnya di tutup aja! Sayang nanti minumannya nggak dingin lagi," jelas sang penjaga supermarket.

"Mbak... halo.... Mbak! Permisi..." seru penjaga tersebut sembari mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Mutiara.

"Iya kenapa, Mbak?" tanya Mutiara dengan raut wajah kebingungan.

"Itu... kalau Mbak nggak jadi beli mimuman dingin, sebaiknya pintu kulkasnya di tutup aja!" lanjut petugas tersebut.

"Hah... minuman? Pintu kulkas?" ulang Mutiara.

"Astaga... gue lupa! Astaga... mati nih gue, jangan-jangan Lili udah mati kehausan tuh," teriaknya buru-buru mengambil minuman dari dalam kulkas.

Sementara petugas supermarket tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap Mutiara yang ceroboh.

"Memang bocah sekarang pada aneh-aneh ya!" sahut penjaga supermarket sembari memperbaiki posisi minuman dingin yang sedikit berantakan.

Setelah membayar semua minuman dingin dan beberapa snack, Mutiara langsung bergegas berlari menuju toko buku bekas. Benar saja, kondisi Lili sangat memprihatinkan. Wajah putih mulus itu mulai memerah, bahkan keringat bercucuran membasahi seragam sekolahnya.

"Aduh... sorry... sorry ya, Lili! Gue telat? Nih gue udah beli minuman dingin dan beberapa snack. Nih, lo minum dulu biar badan..." tiba-tiba Mutiara berhenti berbicara saat melihat minuman dingin yang dibelinya.

"Goblok! Memang nggak punya otak lo ya, Ra! Aduh... sialan memang manusia kayak lo... pengen gue maki trus gue jambak tuh rambut lo!" seru Lili dengan emosi meluap-luap.

"Aduhh... Mutiara! Lo cantik-cantik tapi kok oon banget sih! Gue nyesel banget nyuruh lo beli minuman dingin. Udah lamanya minta ampun, trus salah beli lagi! Ampun deh, Ra," teriak Lili dengan nafas ngos-ngosan.

Ternyata Mutiara salah mengambil minuman yang ada di dalam kulkas. Karena buru-buru, dia malah mengambil dua botol minuman penguat stamina untuk pria.

"Sialan... sialan! Kok gue bisa segoblok ini ya! Duh... gue harus gimana nih, kalo Lili tiba-tiba mati mendadak di sini... wah bisa bahaya nih!" ujar Mutiara dalam hati.

"Maaf ya, Lili! Gue nggak sengaja beli minuman ini, tadi gue buru-buru banget, makanya sampai nggak fokus begini," elak Mutiara membela diri.

"Bodo amat! Gue nggak peduli... pokoknya lo harus tanggung jawab!" jerit Lili dengan raut wajah kesal.

"Daripada lo marah-marah nggak jelas begini. Mending lo minum aja deh... iya gue tahu ini minuman buat pria dewasa. Tapi  daripada lo mati kehausan di sini, gimana coba? Masa lo mau mati muda cuma gara-gara kehausan... kalau gue sih ogah!" balas Mutiara dengan santai.

"Manusia kurang ajar lo! Sini minumannya... kalau gue sampai kenapa-kenapa, lo harus tanggung jawab. Kalo gue mati di sini dan lo kabur, awas... gue pasti gentayangan dan gangguin lo seumur hidup," jelas Lili dengan tatap tajam.

"Banyak bacot! Nggak usah banyak ngomong, mending lo minum aja. Biar kerongkongan sama otak lo adem sikit," balas Mutiara seraya menyodorkan minuman kaleng tersebut.

"Huekhhh... huekkh.... ini minuman apaan sih! Rasanya aneh banget lagi, asam manis rada-rada pahit nggak jelas. Gue mau muntah nih," jerit Lili dengan wajah kecut.

"Hehehehehe... gue minta maaf ya, Li! Serius deh, gua nggak ada niat buat ngebunuh lo! Serius... suer gue nggak sengaja. Maaf ya, Li," lirih Mutiara sembari cengengesan.

"Hmmm... ini bukan waktunya buat maaf-maafan, nanti tunggu hari raya aja. Buruan pesan ojek online sekarang, gue mau pulang nih!" suruh Lili setengah teriak.

"Ojek online? Lo yakin kita bonceng bertiga gitu? Gila lo ya... gue nggak mau!" balas Mutiara sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Mutiara goblok! Aduh tenaga gue habis kekuras cuman gara-gara otak lo yang rada-rada sinting itu deh! Ya lo sesekali pakai pakai logika itu yang benar dong! Maksud gue ojek online, ya lo mikir dong itu artinya gue minta lo pesannya mobil bukan motor! Masa itu aja nggak bisa sih," omel Lili.

"Ah... lo pikir gue cenayang bisa tahu isi hati dan pikiran lo! Lagian tinggal ngomong pesan mobil apa susahnya sih! Udah deh, mending lo diam aja! Sayang tuh tenaga kebuang sia-sia, nggak jelas!" jawab Mutiara seraya memanyunkan bibir.

"Ya... buruan pesan gih! Udah gerah banget nih seluruh tubuh gue," perintah Lili dengan serius

"Baik yang mulia, perintah akan segera dilaksanakan!" jawab Mutiara sembari mengangkat jempolnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!