Siapa yang bakalan menyangka kalau nama pena akan berakibat sebesar ini.
Nama pena yang ternyata membuat tetangga sekaligus musuh bebuyutan jadi mengira kalau aku menyukainya hanya karena aku meminjam namanya untuk tokoh novel yang kubuat.
Hingga akhirnya terjadi kesalahpahaman yang membuat kami terjebak di sebuah ikatan yang bernama pernikahan.
Kenapa bisa seperti ini? Apa yang harus kulakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andiyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian Jodoh Berkedok Arisan
Alhamdulillah kemarin aku tidak jadi dapat hukuman dari ibu. Katanya aku sudah mendapatkan ganjaran. Kemarin pas keluar dari kamar, ibu urung marah begitu melihat luka di daguku. Setelah cerita dapat luka dari mana, ibu malah bilang aku kualat.
"Yas, kalau udah selesai anterin Ibu ke arisan."
Aku yang sedang mencuci piring bekas sarapan, menoleh ke ibu.
"Biasanya berangkat sendiri, kenapa sekarang minta anterin Bu?"
"Nggak usah banyak nanya! Orang tua nyuruh itu langsung bilang 'iya' kenapa sih? Kamu nggak mau nganterin Ibu? Iya?! Durhak–"
"Iya Bu, aku anterin," potongku cepat, sebelum aku dikutuk menjadi batu.
"Sana mandi, pakek baju yang bagus!"
Aku tak lagi membantah, takut barang-barang di sini mendadak punya kekuatan super dan terbang ke arahku.
Dan sekarang, di sinilah aku berada. Di depan rumah Bu Susi, rumah yang menjadi tempat acara arisan. Paduka Ratu sudah masuk duluan ke dalam rumah yang bernuansa hijau itu, meninggalkanku yang sedang memarkirkan sepeda motor.
Baru juga turun dari sepeda, ponselku berdering. Panggilan masuk dari Puput.
"Ada apa Put?"
"Yas, jangan ikut ke acara arisan Ibu kamu. Kalau Ibu kamu minta anterin, cari alasan apa aja, yang penting jangan sampai ikut."
"Hah? Kenapa?"
"Kemarin ibuku bilang, para ibu-ibu yang ikut arisan pada ngajak anaknya, tujuannya buat nyariin mereka jodoh. Makanya aku nggak mau ikut."
"Apa? Kamu ngasih taunya telat Put! Ini aku udah sampai di rumah Bu Susi."
Pantesan tadi aku disuruh pakek baju bagus. Jadi ini alasannya.
Ada-ada aja ibu. Dikira anaknya nggak laku apa sampai dicariin jodoh segala?
"Buruan pulang, nanti ada ibu-ibu yang sreg jadiin kamu mantu, dikawinin kamu!" ujar Puput dari seberang telpon.
"Nggak mungkinlah, kalau akunya nggak mau, masa ibuku maksa." Aku berusaha positif thinking.
"DIYAS!" Suara ibu begitu nyaring memanggilku dari ambang pintu. "Ngapain kamu di situ terus? Dari tadi ditungguin nggak masuk-masuk. Mau jadi tukang parkir?!"
"Boleh deh Bu, toh nggak ada yang jaga motor-motor di sini kan?"
Tiba-tiba mata ibu melotot. "Heehgh! Masuk nggak?" Tangan ibu meraih sandal entah milik siapa yang berjejer rapi di depan pintu.
Segera aku bergegas masuk sebelum sandal itu melayang ke arahku.
Begitu aku masuk ke ruang tamu, ternyata ada Aril Noah palsu juga. Ada juga perempuan dan laki-laki yang seumuran dengan kami di sini.
"Untuk yang muda-muda, silakan ngobrol-ngobrol. Siapa tau ada yang nyantol," seru Bu Susi, bibir merahnya membentuk lengkungan senyum lebar.
"Katanya punya gebetan, terus ngapain datang ke sini?" sindirku ke Aril.
"Terpaksa ikut karena harus nganterin Bunda. Kamu sendiri? Bukannya kamu suka sama aku ya? Kok ke sini? Patah hati karena tau aku udah punya gebetan, makanya mau cari cowok pengganti aku di sini ya?"
"Dih, siapa juga yang patah hati. Itu cuma novel Ril, novel. Nggak ada aku suka sama kamu!"
Lebih baik aku pindah duduk aja, duduk di dekatnya bawaannya emosi mulu. Aku pindah duduk di kursi paling pojok.
Tak sengaja, mataku menangkap seorang ibu-ibu dan anak laki-lakinya sedang menatap ke arahku sambil berbisik-bisik. Begitu mata kami bersitatap, dua orang itu langsung melempar senyum ke arahku.
Tak lama setelah itu, laki-laki itu berjalan ke arahku.
"Boleh duduk di sini?" Aku tidak mengerti apa faedahnya dia bertanya jikalau dia duduk sebelum aku memberi jawaban boleh atau tidak.
"Kenalin, aku Riski."
Aku menerima uluran tangannya sembari menyebutkan nama ibuku, canda, ya kali aku menyebutkan nama ibuku.
Laki-laki bernama Riski ini memiliki lesung pipi ketika tersenyum. Wajahnya selalu tersenyum ketika berbicara.
"Kesibukannya sekarang apa?" tanyanya berbasa-basi.
"Nggak sibuk apa-apa," jawabku singkat.
Bukannya aku sombong atau sok jual mahal, bukan. Aku hanya sedang tidak ingin pendekatan dengan siapa-siapa, aku nggak mau menikah, aku masih muda. Aku juga tidak tertarik dengan pacaran.
"Nggak kerja?"
Aku hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Kamu suka jalan-jalan?"
Apa topik pembicaraan pas PDKT memang seperti ini? Kok rasanya terdengar membosankan di telinga. Aku belum pernah PDKT sama siapapun sebelumnya.
"Aku lebih suka di rumah," sahutku, membuatnya kembali tersenyum.
"Aku suka cewek yang betah di rumah."
Siapa yang nanya?
Ketika melihat ke arah Aril, dia sedang diapit oleh dua perempuan. Terlihat jelas dari wajahnya, kalau Aril merasa risih dengan kedua perempuan yang sedang mencoba mengambil perhatiannya itu.
Saat mengalihkan pandangan ke arah lain, aku melihat ibunya Riski pindah duduk di samping ibuku. Mereka tampak berbincang-bincang dan sesekali melihat ke arahku dan Riski.
Ibunya Riski seperti membisikkan sesuatu padaku ibuku, tak lama setelah itu, ibu tampak tersenyum dan mengangguk.
Buruk! Radarku menangkap sinyal buruk!
Melihat ibu yang tersenyum sembari mengangguk-angguk setelah dibisiki sesuatu oleh ibunya Riski, membuatku mempunyai firasat buruk.
Ibu nggak mungkin memaksaku untuk menikah kan? Aku harus berbuat sesuatu!
"Upil rasanya asin ya," celetukku tiba-tiba.
"Hah?" Wajah Riski tampak bingung.
"Tadi aku ngupil, waktu aku coba rasanya ternyata asin."
Riski terlihat jijik mendengar ucapanku. Ya, ini tujuanku. Aku harus membuatnya ilfeel.
Aku lanjut mengupil di depannya.
"Duh, ketekku juga kerasa basah lagi. Belum mandi dari pagi," tambahku. Tak ada lagi senyum ramah dari Riski. Alisnya tampak menyatu.
Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. "Kok kepalaku gatal ya? Apa karena udah seminggu belum keramas?" Aku melirik Riski. Sedikit lagi, satu langkah lagi maka dia akan segera kabur. "Masa sih ada kutunya?" Sengaja kukibaskan rambutku ke arahnya.
"Eh!?" seru Riski. "Jangan deket-deket! Nanti kutunya pindah ke rambutku gimana?"
Hahaha! Lihat itu, sikapnya langsung berubah seribu derajat. Tidak ada lagi wajah ramah yang penuh senyuman.
"Aku ke sana dulu ya." Tanpa menunggu jawabanku, Riski bangkit dan meninggalkanku.
Misi sukses!
"Wah, Lusi sama Aril cocok ya!" seru seorang ibu-ibu berbaju pink.
Perempuan yang berambut cokelat di samping Aril tersenyum senang, sepertinya dia yang bernama Lusi. Kini, semua mata yang ada di ruang tamu ini fokus kepada mereka.
"Gimana nih Bu Rani? Kayaknya kita bakalan jadi besan deh!" ujar ibu yang berbaju pink tadi ke Tante Rani, ibunya Aril.
"Kalau saya apa kata anak-anak aja Bu, kan mereka yang menjalani," sahut Tante Rani kalem.
"Ini sih tinggal nentuin tanggal aja deh, Bu Rani. Tak liat dari tadi mereka nempel terus."
Aku sangat menikmati wajah Aril yang tampak tidak setuju tapi tidak bisa membantah.
Hahaha! Syukurin tuh Ril!
"Gimana Ril?" tanya Tante Rani.
"Aku–"
"Tuh kan, dari wajahnya aja udah keliatan kalau dia setuju!" potong ibu berbaju pink tadi. Sementara Lusi, perempuan yang dibilang cocok dengan Aril tadi wajahnya tersipu malu.
"Kalau memang anak-anak sudah merasa cocok …." Aril tampak terkejut dengan ucapan ibunya. "Saya se–"
"Maaf menyela," Aril memotong ucapan ibunya. "Tapi aku sudah punya pacar."
Semua yang ada di ruangan langsung kasak-kusuk. Sementara ibu berbaju pink dan anaknya tampak terkejut. Rasanya aku benar-benar ingin tertawa. Ini seperti menonton sinetron ikan terbang yang kalau adegan tegang wajahnya dizoom satu-satu.
Sungguh, tawaku hampir meledak rasanya.
"Hihihi!" Aku berusaha menahan tawa dengan menutup mulut. Namun, tiba-tiba saja aku merasa tanganku ditarik paksa untuk berdiri oleh seseorang.
"Dia pacarku Bun."
Mataku melotot mendengar pengakuan Aril.
kehamilan walaupun disembunyikan, pd akhirnya ttp akan ketahuan..
kami masih menunggu update nya loh
kak Andiyas please segera update ya kami rindu karyamu 🙏🙏
apa gk lnjut lgi sdh
ditnggu para pembaca setia ini
kok masih belum ada kelanjutannya???
kami rindu thor
kok blum ada up nya nih