"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Mengawal Sherena
"Sheren.." Panggil Marvin, baru saja Sherena akan keluar dari kelas nya kalau saja pemuda itu tidak memanggil nama nya.
"Oh, Marvin. Kenapa?" Tanya Sherena, dia menghentikan langkah nya. Begitu pun dengan ketiga teman nya.
"Pulang bareng gue yuk?" Tawar Marvin.
"Sorry, Vin. Gue balik sama Meysa." Jawab Sherena yang membuat wajah Marvin berubah kecut seketika.
"Hmmm, yaudah deh. Lain kali aja ya?"
"Lihat nanti aja, gue duluan ya." Pamit Sherena, Marvin pun menganggukan kepala nya, lalu meninggalkan pemuda itu sendirian. Entah kemana geng nya pergi, padahal biasa nya Marvin selalu di ikuti antek-antek nya.
"Marvin NT." Celetuk Meysa sambil terkekeh, dia sebenarnya kasihan pada Marvin yang terus-terusan mengejar Sherena padahal dia tahu kalau hati Sherena sudah bersama orang lain.
"NT apaan?"
"Nice try." Jawab April datar, tanpa menoleh. Dia fokus berjalan ke arah parkiran, bersama ketiga nya.
"Gue udah bilang sama dia kan gak usah berharap, tapi dia nya kekeuh mau berjuang."
"Iya sih, tapi setidaknya kan Lo udah ngasih tahu dia kalau Lo gak bisa balas perasaan dia." Ucap Arina.
"Iya, tapi yaudah sih."
"Besok, jangan lupa main ke rumah gue." Peringat Sherena, ketiga nya kompak mengangguk. Ke empat gadis itu pun pulang, Sherena diantar oleh Meysa hari ini. Setiap hari nya berganti terus teman-teman nya, awalnya di antarkan oleh Marvin, lalu Arina, kemarin oleh April, sekarang Meysa.
"Siap, jangan lupa siapin makanan yang enak ya."
"Siap." Jawab Sherena sebelum ketiga nya berpisah di pertigaan.
Meysa melajukan kendaraan roda dua nya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi hampir saja gadis itu oleng saat dia mendengar banyak sekali motor-motor besar dengan kenalpot bising yang mengikuti nya dari belakang.
Mereka berseragam serba hitam dengan motor-motor besar yang mereka kendarai, jelas saja hal itu membuat Meysa gemetaran. Tapi, saat itu juga salah satu motor yang bisa di yakini kalau itu adalah motor pemimpin geng motor itu mempercepat laju motor besar nya hingga motor nya bersampingan.
"Gak usah takut, kita lindungi Lo. Pastiin Lo selamat sampai rumah." Suara yang terdengar familiar, yaps itu suara Marvin.
"Oke." Jawab Sherena, gadis itu pun membisikan itu pada Meysa, dia pun merasa lebih tenang. Jujur saja, dia takut kalau itu bukan Marvin. Dia khawatir geng motor itu akan menyakiti nya, membegal lalu di bunuh misalnya. Tapi nyata nya dia terlalu paranoid, hal itu nyatanya tidak terjadi.
Meysa mengendarai motor nya dengan tenang kembali, hingga akhirnya kedua gadis itu pun sampai dengan selamat. Sherena turun dari sepeda motor matic milik Meysa lalu masuk ke dalam rumah nya.
Diseberang, ada Darren yang melihat hal itu. Dia sempat keheranan saat mendengar suara bising dari motor-motor yang dia yakini akan melakukan tawuran, padahal tidak sama sekali. Mereka hanya mengawal Sherena pulang ke rumah dengan selamat, tapi mampu membuat warga waspada. Tahu sendiri bagaimana reputasi geng motor di mata masyarakat.
Meskipun, tidak semua geng motor menyukai keributan, melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain, tapi reputasi geng motor sudah tercoreng dan di cap buruk oleh masyarakat.
Sherena membuka jendela kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon, dia menikmati udara sore hari disana. Tapi, tak lama kemudian Sherena melihat kalau Darren juga ada di balkon sambil memegangi sesuatu.
Mata Sherena memicing, kira nya apa yang Darren pegang di tangan nya? Tapi nyatanya, itu hanya sebuah koran saja. Darren punya kebiasaan kalau membaca koran di balkon sambil menikmati udara pagi, karena pagi hari dia tak sempat membaca koran karena harus bekerja di kantor. Jadi, dia baru bisa membaca nya di sore hari.
"Om.." Sherena berteriak memanggil Darren sambil melambaikan tangan nya. Pria itu menggelengkan kepala nya, tingkah Sherena benar-benar di luar nalar terkadang, tapi harus nya itu wajar karena di usia nya saat ini memang tengah lucu-lucu nya.
Sherena tak mendapatkan respon, tapi dia tidak putus asa. Gadis itu menarik kursi dan menikmati udara sore hari, sekaligus pemandangan yang indah. Yakni menyaksikan pria pujaan nya tengah fokus membaca.
"Lagi fokus baca aja dia ganteng nya gak ngotak." Gumam Sherena sambil menatap wajah pria itu dengan menopang dagu nya.
🌻🌻🌻🌻