Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Hari berikutnya, Xixi dengan tas ransel lamanya keluar dari apartemen kecil miliknya.
Hari ini dan beberapa hari berikutnya, dia akan melakukan camping dengan Lulu dan teman kampusnya yang lain.
Ini adalah kali kedua dia mengikuti camping, setelah 8 bulan yang lalu dia juga mengikuti kegiatan kampus itu.
"Hah, kenapa aku harus ikut kegiatan ini? Benar-benar membosankan." Keluh Xixi sambil menggendong ranselnya yang cukup berat. L
"Kau benar, bagaimana kalau kita tidak perlu ikut?"
Sebuah suara mengejutkan Xixi, dia melihat Leon sudah berada di bawah apartemennya.
"Leon?"
Leon menatap bangunan yang tidak begitu tinggi di depannya "Kau benar-benar bisa tinggal di apartemen seperti ini?"
"Itu bukan urusanmu, untuk apa kau kesini?"
"Lulu memintaku untuk menjemputmu, dia khawatir terjadi sesuatu padamu."
Xixi hanya mengangguk, dia lalu berjalan melewati Leon.
"Jika kau memang menjemputku karena Lulu, maka jangan membuat dia menunggu."
Leon menghela nafas, dia lalu membantu Xixi melepaskan ranselnya dan meletakan ransel itu didalam bagasi mobil.
Setelah meletakan ransel milik Xixi, Leon melihat jika Xixi sudah duduk di kursi belakang. Dia lalu membuka pintu belakang mobilnya dan menatap Xixi.
"Nona muda William, apa kau sungguh menganggapku sebagai supirmu?"
"Kau yang akan menyetir mobil ini, jadi kaulah supirnya."
"Cicilia William!"
"Berhenti berteriak padaku, jika kau tidak mau aku bisa naik bis atau taxi."
Leon manahan rasa kesalnya dan menutup pintu mobil dengan keras.
Xixi hanya diam melihat Leon yang kesal padanya.
"Kau pikir aku mau duduk di sampingmu?"
Leon mengemudikan mobilnya dengan kesal, sesekali dia melirik ke arah Xixi lewat kaca spion yang ada didepan mobil.
"Menyetirlah dengan baik, disini tidak ada apa-apa." Ucap Xixi tanpa menoleh pada Leon yang tengah melihatnya lewat kaca spion.
Leon yang ketahuan melihat Xixi secara diam-diam merasa canggung.
"Ehem. Xixi, apa kau begitu membenciku?"
"Menurut tuan muda Damian?"
"Aku...."
"Di jadikn barang taruhan, di bully karena hal itu sampai calon nyonya muda Damian juga ikut membully, bahkan memukuli ku sampai aku masuk rumah sakit, apa menurut tuan muda Damian aku tidak akan merasa benci?" Xixi menatap tajam Leon lewat kaca spion saat mengatakan kalimat terakhirnya.
Leon yang mendapat tatapan tajam itu sedikit terkejut, memang benar apa yang di katakan oleh Xixi. Jika saja dia tidak menjadikan Xixi bahan taruhan waktu itu, Xixi tidak akan di bully lebih parah, dan terlebih Rachel tidak akan membawa teman-temannya untuk memukuli Xixi diatas atap kampus.
"Aku minta maaf."
"Itu cukup mudah di katakan."
"Cicilia!"
"Tolong katakan pada calon nyonya muda Damian mu, untuk tidak melakukan hal yang akan membuat ku marah. Karena aku tidak akan segan-segan untuk membalas 1000 kali apa yang dia lakukan padaku."
"Dia bukan calon nyonya muda keluarga Damian."
Xixi hanya mengangguk.
"Apa... apa kau tidak tahu, alasan kenapa.. kenapa orang tua kita... memperkenalkan kita beberapa hari yang lalu?"
"Perjodohan? Selamat kalau begitu, kau akan menjadi kakak iparku."
"Kakak ipar?"
"Usiamu dan kakak ku sama, jadi jika bukan kalian lalu siapa?"
"Jika yang akan di jodohkan dengan ku adalah kakak mu, untuk apa paman dan bibi William membawamu dan memperkenalkan kamu pada ku?"
"Oh, jadi menurutmu kita yang akan di jodohkan?"
Leon terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa. Meskipun dia tahu itu.
"Jika saja kau belum tahu siapa aku yang sebenarnya, apakah kamu mau di jodohkan dengan wanita culun dan miskin seperti Xixi?"
Leon menepikan mobil dan menghentikan mobilnya saat mendengar ucapan Xixi.
"Apa maksud perkataan mu?"
Xixi menatap Leon.
"Aku terkenal dengan wanita culun dan miskin di kampus. Jika kau tidak tahu identitasku sebagai anak dari keluarga William, apakah kau akan menerima wanita culun dan miskin itu?"
"Aku tidak seperti yang kamu pikirkan Cicilia. Aku...."
"Cukup, Lulu sudah menunggu ku." Xixi memperlihatkan pesan yang di terima dari Lulu pada Leon.
Leon yang kesal hanya bisa memukul setir yang di depannya.
"S*al! Semua karena mereka yang sudah membuat ku menjadikan dia bahan taruhan. Sekarang dia jadi membenciku."
Leon kembali mengemudikan mobilnya menuju kampus mereka.
Setelah sampai di depan kampus, para mahasiswa yang melihat Xixi menaiki mobil Leon terkejut dan saling berbisik.
Xixi yang melihat itu hanya diam saja, dia berjalan ke arah belakang mobil lalu membuka pintu bagasi mobil dan mengambil ranselnya.
"Xixi!"
Xixi melihat Lulu melambaikan tangannya, di samping Lulu ada sebuah koper berukuran sedang dan sebuah tas yang berisi tenda.
"Apa kau sudah lama menunggu ku?"
Lulu menggelengkan kepalanya "Tidak, apa Leon melakukan sesuatu padamu selama perjalanan kesini?"
Xixi menggeleng "Dia... dia tidak melakukan apa-apa padaku."
"Baguslah kalau begitu."
Leon menatap Xixi yang bisa mengubah karakternya dengan baik di depan dirinya dan orang lain.
"Bahkan seorang artis pun tidak bisa melakukan itu dengan sempurna."
Leon lalu pergi meninggalkan Xixi dan Lulu untuk memarkirkan mobilnya, karena mereka akan pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan bis.
"Ayo kita duduk disana dulu." Ajak Lulu.
"Baiklah."
Xixi dan Lulu pergi ke kursi yang tidak jauh dari mereka berdiri.
Bis yang akan membawa mereka belum sampai, karena jadwal pemberangkatan masih 30 menit lagi. Jadi mereka harus menunggu untuk beberapa saat.
"Xixi, apa kau tidak merasa jika Leon akhir-akhir ini berubah padamu?" Tanya Lulu.
Xixi menggelengkan kepalanya "Aku tidak tahu, apakah menurutmu dia berubah?"
"Iya, dia sangat berubah. Sebelumnya dia sangat tidak peduli padamu, bahkan tidak pernah melihat atau menyapamu. Ah, dia juga menjadikanmu barang taruhan. Tapi... beberapa hari ini dia seperti orang yang berbeda. Dia selalu menyapamu, tersenyum dan juga sering membantu mu."
Xixi hanya mengangguk mendengar perkataan Lulu.
"Mungkin itu karena dia sudah tahu siapa aku yang sebenarnya. Saat kau tahu aku yang sebenarnya, apakah kau akan berubah padaku juga, Lulu?"
Tak berapa lama bis yang akan mengantarkan mereka akhirnya sampai, semua para mahasiswa berkumpul di depan bis yang sudah di beri nomor didepan bis masing-masing itu.
"Baiklah semuanya, kalian simpan tas kalian semua di bagasi, dan masuk satu persatu untuk pendataan. Setelah sampai di sana, saya akan memberikan nomor untuk mendirikan tenda bagi kalian." Ucap seorang dosen pada semua mahasiswa yang ada disana.
"Baik pak!" Ucap para mahasiswa bersamaan.
Setelah itu Xixi, Lulu dan mahasiswa yang lain mulai memasukan tas atau barang bawaan mereka yang lainnya kedalam bagasi bis. Ketua anggota juga mendata barang yang mereka bawa dan mencatat nama-nama mereka.
Lulu dan Xixi mendapat tempat duduk yang terpisah, Lulu duduk di deretan depan. Sementara Xixi duduk di deretan tengah.
Bagi Xixi awalnya tidak masalah, tapi setelah tahu jika yang duduk dengannya adalah Leon. Dia ingin bertukar tempat duduk dengan orang lain, tapi tentu saja itu tidak bisa dia lakukan.
Xixi yang sudah duduk lebih dulu diam dan menatap keluar jendela saat Leon berdiri tepat di samping kursi.
Leon hanya bisa menganggukan kepalanya setelah melihat wanita yang duduk dengannya adalah Xixi.
"Mungkin Tuhan melakukan ini agar aku bisa membuktikan pada Xixi, jika ku bukan laki-laki yang hanya melihat latar belakang seorang wanita, baru akan menyukai wanita itu."
Leon menggelengkan kepalanya, dia seolah menghapus apa yang ada didalam pikirannya tadi.
Setelah meletakan tas nya di atas, Leon duduk di kursi samping Xixi.
Selang beberapa menit setelah semua mahasiswa naik, bis pun berangkat dan membawa mereka ke tempat tujuan camping mereka.
Di tengah perjalanan Xixi yang semalaman begadang, tertidur dan tidak sengaja kepalanya membentur sisi bis.
Leon yang melihat Xixi tertidur menatapnya dengan lembut.
"Jika di lihat lagi, meski dia memakai kacamata dan menjadi wanita culun. Dia tetap terlihat cantik."
Xixi membetulkan posisi tidurnya yang kurang nyaman, Leon yang melihat itu menarik kepala Xixi dengan pelan lalu menyenderkan kepala Xixi pada bahunya.
Entah apa yang sedang Leon lakukan, dia merasa senang saat Xixi tertidur menyender pada bahunya. Ada perasaan nyaman tersendiri, hingga akhirnya dia pun tertidur dan kepalanya tidak sengaja menyender pada kepala Xixi.