Sepuluh tahun pernikahan, Chiko merasa sudah tidak ada lagi cinta dengan Humaira.
Chiko mengungkapkan keinginannya untuk bercerai, agar bisa menjalin hubungan yang baru dengan Dinda. Sekertaris baru yang sudah menjadi kekasih Chiko selama beberapa bulan terakhir.
Satu bulan memenuhi keinginan terakhir Humairah sebelum bercerai, membuat Chiko merasa bahwa cintanya kepada sang istri masih sama besarnya seperti dulu.
Akankah Chiko memutuskan kekasihnya? atau tetap pada pendiriannya untuk bercerai dengan sang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idaa_nafishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima kasih
Humaira berjalan mengikuti setiap tulisan yang ada hingga sampai di dalam kamar.
Di dalam kamar, banyak sekali kado yang tertata rapi di atas tempat tidur. Mulai dari bunga, pakaian, sepatu, coklat dan lainnya.
Humaira berbalik dan melihat Aisyah, Almira dan Chiko tersenyum ke arahnya.
Humaira segera menghampiri mereka dan memeluknya.
"Aku sungguh mencintaimu suamiku, dan aku berharap engkau selalu ada di setiap langkah hidupku. Tetaplah bersamaku di mana pun aku berada, dan terima kasih atas pengabdianmu kepadaku selama ini."
"Aku juga mencintaimu," lirih Chiko sambil membalas pelukan Humaira.
Humaira tahu jika Chiko terpaksa mengatakan itu karena mereka sedang diawasi oleh kedua Putri mereka.
Tapi itu tidak masalah bagi Humaira, Humaira bisa menggunakan kesempatan itu untuk membuat Chiko yang akan selalu terpaksa mengatakan cinta, akan terbiasa dengan kata-kata itu hingga Chiko kembali merasakan besarnya cinta diantara mereka.
Setelah puas memeluk Chiko, Humaira memeluk kedua putrinya.
Malam itu, di tutup dengan makan brownis dan kue coklat kesuksesan Humaira dan anak anak.
"Sayang, apalagi yang kamu inginkan di hari yang bahagia ini?" tanya Chiko.
"Bener Ibu ayo buat permohonan," imbuh Aisyah.
"Baiklah jika kalian memaksa."
Humaira memejamkan mata dan mulai mengucapkan apa yang menjadi keinginan nya.
"Aku ingin hubungan kita di dunia ini berakhir bahagia, jika kita harus berpisah pun kuharap bukan karena orang ketiga atau adanya perbedaan. Tapi aku ingin kita berpisah ketika aku tak bisa berdiri dan tak sanggup bernapas lagi untukmu. Ucapan terima kasih tak cukup untuk kuucapkan, karena kamu lebih berharga dari apapun."
Deg !!
Chiko refleks melihat ke arah Humaira, Humaira yang baru saja membuka mata tentu saja tersenyum mendapati tatapan yang tidak biasa dari suaminya.
"Banyak hubungan yang hancur karena telah berkurangnya kesetiaan. Untuk itu, jagalah hati untuk tetap setia demi kebersamaan."
Chiko tersenyum dan mencium kening Humaira, sebagai tanda bahwa kebahagiaan terpancar dari keduanya. Itu membuat anak anak merasa bahagia.
Humaira kemudian mengajak keduanya untuk tidur bersama. Setelah memastikan Aisyah dan Almira tidur, Chiko terlebih dahulu keluar dari kamar anak-anak.
Beberapa saat kemudian, Humaira menyusul Chiko yang sedang duduk di kursi yang ada di balkon rumah.
"Mas, kamu belum tidur?"
"Belum, bagaimana dengan kamu?"
Humaira berjalan dan memeluk Chiko dari belakang.
"Humaira, apa yang kamu lakukan?"
"Malam ini adalah malam dimana kita akan melakukan sesuatu yang selalu kita lakukan di hari pertama kita menempati rumah ini. Bukankah kamu berjanji akan melakukan nya?"
Walaupun berat melakukan ini, Chiko berusaha tersenyum dan berbalik badan menatap Humaira.
"Aku mencintaimu setinggi mungkin, sejauh yang aku bisa lihat, hingga tak terbatas dan lebih jauh. Dari hari ini hingga hari-hari terakhir kita, kamu adalah milikku dan aku milikmu."
Humaira tersenyum karena Chiko mengatakan kata yang sama saat pertama kali mereka menempati rumah itu.
"Kau telah menjadi sumber kekuatan dan dukungan bagiku. Aku senang bahwa kehadiranmu adalah bagian dari hidupku," lirih Humaira membalas perkataan Chiko dengan kata yang sama persis juga.
"Mas, aku tidak menyangka jika kamu menginginkan kata-kata itu. Padahal pernikahan kita sudah berjalan selama 10 tahun."
"Humaira, kamu tidak bisa berjanji untuk menjadi yang terbaik. Tapi kamu berjanji akan selalu mendampingi diriku. Kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia. Kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini." Chiko mengusap lembut pipi Humaira yang basah karena air mata.
"Mungkin badanku lemah, tapi cintaku kepadamu telah menguatkan seluruh jiwa ragaku. Aku ingin kau tahu bahwa aku selalu menitipkan harapan ke dalam beribu rintik hujan dalam diam. Aku ingin hari-hari depanku bersamamu," ucap Humaira.
"Insyallah. "Ketika aku tak berada di sampingmu, bukan berarti aku tidak bersamamu, ingat hatiku selalu bersamamu."
Humaira merasa bahwa Chiko menyelipkan pesan tersirat dalam kata yang baru saja dia ucapan.
Aku akan terus memupuk cinta ini setiap hari dengan kebaikan, agar cinta kita kekal dan abadi.
...----------------...
Pagi harinya...
Humaira sudah siap untuk memulai hari pertama kebersamaan dengan Chiko.
"Selamat pagi, sayang." Humaira menarik tangan Chiko yang akan beranjak dari tempat tidur.
"Humaira, sudah pagi. Aku harus pergi bekerja."
"Aku tahu, tapi kamu tidak lupa untuk memberikan kecupan selamat pagi, kan?"
Chiko tersenyum walaupun sebenarnya dia enggan untuk melakukan itu. Ya, Bagaimana bisa Chiko yang sudah terbiasa mencium Dinda, kini harus kembali mengulang sejarah bersama dengan Humaira.
Chiko akhirnya mendekati Humaira dan memberikan semua ciuman di wajah, seperti yang dulu dia lakukan saat pagi pertama pernikahan mereka.
"Aku mencintaimu karena seluruh alam semesta bekerja sama untuk membantuku menemukanmu," bisik Chiko.
"Maafkanlah suamimu ini jika membuatmu menangis dan merasa tersakiti, aku tahu bahwa air mata adalah satu-satunya cara untuk membuat mata berbicara saat bibir tak mampu lagi berkata. Terima kasih telah menjadi orang yang sabar untukku, aku menyayangimu selalu."
Humaira kembali tersentuh dengan perkataan Chiko, namun Humaira sadar semua perkataan itu mengandung pesan tersirat seakan-akan mengingatkan bahwa sebentar lagi mereka akan berpisah.
"Aku sungguh mencintaimu suamiku, dan aku berharap engkau selalu ada di setiap langkah hidupku. Tetaplah bersamaku di mana pun aku berada, dan terima kasih atas pengabdianmu kepadaku selama ini."
"Sama sama, dan aku harus pergi bekerja sekarang. Apakah boleh?" tanya Chiko sambil tersenyum manis.
Senyuman yang sudah sangat jarang terlihat oleh Humaira.
Humaira menganggukkan kepala, dia melihat Chiko bersemangat pergi ke kamar mandi.
Sepertinya kamu sangat bersemangat untuk pergi ke kantor karena akan bisa bertemu dengan kekasihmu. Hmm sabar Humaira, ini baru hari pertama.
Humaira segera bangkit dan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah selesai, Humaira membangunkan anak-anak dan membantunya bersiap.
"Mas, kamu tidak lupa untuk ikut sarapan bersama dengan kami, kan?"
"Tentu saja, kita sudah memulai hari ini dengan sangat baik, Aku tidak akan melewatkan hal apapun dan melewatkan momen kebersamaan bersama dengan anak-anak. Aku ingin anak anak mengingat momen ini saat nanti...."
"Mas, bisakah mas menjalani apa yang ada tanpa pernah mengucapkan kata-kata yang mengingatkan bahwa sebentar lagi kita akan berpisah?" ucap Humaira.
"Baiklah, aku minta maaf."
Humaira memaksakan senyum dan mengajak Chiko untuk turun karena anak anak sudah menunggu mereka.
Chiko merasa tersentuh karena kedua putrinya sangat bahagia ketika mengetahui bahwa jika akan selalu ikut makan pagi bersama dengan mereka.
Ternyata melakukan sarapan pagi bersama sudah membuat kebahagiaan di hati kedua putri ku. Ya, selamat 1 bulan ini aku akan menciptakan momen yang tidak akan pernah mereka lupakan.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
jadi gak nyambung bacanya
saya baca maraton 👍👍👍❤️❤️