Berkisah tentang dua sejoli beda negara yang dipersatukan oleh pernikahan yang bermula dari kawin kontrak.
Sultan, seorang turis dari Arab mulanya hanya ingin menjadikan Maymunah sebagai istri kontraknya, namun kepribadian Maymunah membuat Sultan tak berdaya dan akhirnya bertekuk lutut pada Maymunah.
Akankah Maymunah mampu menaklukan orang tua Sultan?
Akankah pernikahan mereka langgeng until Jannah?
Ikuti kisah mereka dalam novel ini.
Kisah dalam novel ini hanya fiktif belaka, meskipun alur dan latar dalam novel ini seperti nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikutlah denganku
Hari berganti hari, tiga hari berlalu semenjak meninggalnya pak Muhammad. Tiga hari juga Sultan pergi meninggalkan rumah Maymunah, Ia menginap di hotel yang berada di kawasan Wisata pantai Anyer.
Selama tiga hari itu juga, mereka berdua tidak saling menghubungi. Sultan sengaja menahan dirinya untuk melihat seberapa tahan dirinya hidup berjauhan dengan Maymunah yang sudah menjadi Candunya meski tanpa mencicipi madunya.
Di sebuah hotel di kawasan Anyer, Sultan masih termenung di tepi pagar balkon kamar hotelnya.

Ia memandang ke arah laut lepas.
Keindahan alam di depan matanya yang harusnya menyihir mata saat memandang, tapi di mata Sultan pemandangan itu tak ada artinya.
Semua terasa hampa, bayang-bayang wajah Maymunah terus saja menghiasi pelupuk matanya.
"Akhhhh Maymunah. Kenapa sesulit itu melupakanmu dan kenapa sesulit ini memilikimu? " Teriaknya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Apa yang harus ku lakukan untuk memilikinya. Apa aku harus menurutinya, lalu bagaimana dengan ibu dan keluargaku yang sudah tentu akan menentang. Tapi jika aku pergi tanpa membawanya, apa aku bisa..? Tiga hari saja aku tak melihatnya, aku serasa akan menjadi gila begini.." Sultan terus berbicara sendiri di dalam kamarnya.
Tringg..
Terdengar ponselnya berbunyi.
Terlihat di ponselnya ada kiriman chat dari sahabatnya Faisal, yang telah sampai di Jeddah meninggalkannya seorang diri di Indonesia.
["Hei, bro..Lagi apa..udah dapat berapa ronde?..Gimana rasanya? nikmat gak?"] Pernyataan tak berakhlak itu dikirim sahabatnya dari seberang sana. Sebuah pertanyaan yang membuat Sultan makin nelangsa.
[ Berapa ronde? Menyentuhnya saja belum] Reply Sent.
Balasan dari Sultan untuk temannya yang dibalas dengan emot terkejut oleh Faisal.
[ Kalian bohong , Kalian bilang dia akan luluh kalau sudah di kasih uang. Nyatanya dia tetap tak mau ku sentuh meski aku sudah menikahinya]
[Akhh..kamu nya kali yang gak pandai merayu]
[Bagaimana merayunya bro? Dia maunya aku menikahinya secara resmi dan dia juga mau aku memberi tau kedua orang tuaku]
[ Ah aku punya ide untukmu bro, kamu buatkan saja dia visa pekerja, nanti kamu bawa dia ke sini dan kamu sewakan apartement. Aku yakin bro, lama-lama dia akan luluh juga dan kamu gak perlu menikahinya secara resmi. Cukup seperti itu, kalau kalian takut punya anak, Kalian bisa melakukan KB, Di Indonesia banyak yang melakukan KB bro."]
[Wah, ide yang bagus bro, aku akan melakukannya. Sekarang juga aku akan menjemputnya dan tugas kamu membuatkan visa untuknya, nanti aku kirim poto pasportnya ke nomor kamu."]
Setelah mendapat ide gila itu, Sultan langsung melesat menuju kampung Maymunah.
****
Di Lereng gunung karang, Maymunah terlihat duduk termenung di belakang rumahnya memandangi sawah yang terhampar luas.
"Teh, Teh Mae, Cepat ke sini! Suami teteh datang" Teriak Anaya sambil berlari mendekati Maymunah.
Ada percik kebahagiaan yang ia rasakan tapi ada juga rasa benci yang teramat sangat kalau mengingat Sultan ternyata hanya ingin menikah kontrak dengannya.
Maymunah melirik kearah adiknya dengan malas.
Ia bangun dan berjalan gontai menuju depan rumahnya.
Di depan rumahnya terlihat Sultan sedang berbicara dengan Ade dan memberinya eskrim.
"Teh, lihat! Ade di kasih eskrim " Teriak Ade bersorak gembira sambil memegang eskrim.
"Ada apa kamu kesini ?" Tanya
Maymunah. Jutek.
"Huss, Mae, kamu apa-apaan sih? Suami datang bukannya di sambut, malah di judesi gitu?" Protes bu Irma ketika melihat sikap judes putrinya.
Ia merasa tak enak dengan Sultan karena sikap anaknya.
"Assalamualaikum kholuh, kaif halik?" Sultan segera menyapa mertuanya dan menyalaminya. Ia mencoba meniru bersalaman ala orang indonesia yang menyalami orang tua dengan mencium tangannya.
Bu Irma yang tak faham dengan bahasa Arab, hanya menjawab dengan senyuman.
"Hehe..iya nak Sultan. Alaikum salam. Ayo masuk aja nak!" Serunya sambil tersenyum malu malu.
Dari semua perkataan Sultan, cuma kata Assalamualaikum yang ia fahami.
Karena sudah dipersilahkan oleh mertuanya, Sultan bergegas masuk tanpa menunggu Maymunah.
"Mae, bawa suamimu masuk kamar kamu. Pasti ia lelah biar dia istirahat di kamar " Titah bu Irma.
Maymunah hanya mengangguk kemudian mengajak suaminya masuk kamarnya.
Tanpa menunggu di suruh Maymunah, Sultan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang tergeletak di lantai tanpa dipan.
Sayang, kenapa cemberut terus, tiduran sini !" Ujarnya sambil menepuk nepuk bantal di sebelahnya.
"Tiga hari gak ngasih kabar, tadinya aku senang karena aku kira kamu sudah pulang"
"Ooh jadi kamu kangen ya. Kenapa gak ngechat aku ?"
Kalau kangen, kenapa gak ngechat duluan atuh?"
Maymunah duduk di tepi kasurnya.
"Oh ya, kapan kamu kembali ke negaramu?"
Tanyanya tanpa memandang kearah Sultan.
"Sekitar tiga hari lagi, dan aku mau kamu juga ikut denganku."
Jawaban Sultan itu bak embun sejuk yang terasa adem di telinga Maymunah. Ada binar cahaya di matanya.
"Apa kau sudah memberitahu keluargamu tentang kita?" Tanyanya dengan penuh harap.
Tapi sedetik kemudian, harapan itu memudar bak tertiup angin ketika ia melihat sultan menggelengkan kepalanya.
Ia menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan secara kasar seakan ia menghempaskan kekesalannya bersama hembusan nafasnya.
"Lalu dengan visa apa kau akan membawaku kesana? Dan nanti aku tinggal di mana?"
Sultan bangun dan duduk di sampingnya.
"Aku akan membuatkan visa kerja untukmu dan aku akan menyewa apartemen untuk kita tempati bersama"
Jawabnya seraya menatap Maymunah, berharap ia akan setuju dengan keputusannya.
Maymunah tersenyum kecut.
"Sudah ku duga, tapi baiklah, aku akan ikut denganmu tapi aku gak mau tinggal berdua denganmu. Aku ingin tinggal di rumah ibumu "
"Tapi Maymunah, aku..aku belum bisa memberitahu ibuku tentang pernikahan kita "
"Lalu kapan kau akan memberi tahu mereka? Atau..kau memang sengaja tak mau memberi tau mereka tentang aku?"
"Sayang, apa itu perlu? Bukankah pernikahan kita tetap sah karena aku laki-laki yang tak butuh wali nikah. Iya kan?"
"Lalu bagaimana dengan setatus pernikahan kita dimata hukum? Bagaimana kalau kita punya anak? Bagaimana? "
" Ya kamu kan bisa masuk KB, agar kita gak punya anak "
Maymunah terperangah mendengar perkataan suaminya itu.
Bulir bening mulai tergenang di mata indah nya.
"Jadi kau hanya akan menjadikan aku sebagai simpananmu? Kau akan membiarkan aku tinggal sendiri di apartemen , sementara kau akan tinggal di rumah orang tuamu dan kau akan menikah dengan wanita pilihan orang tuamu. Lalau kau hidup bahagia dengannya. Punya anak dan setiap hari akan mengunjungi orang tuamu, diakui oleh orang tuamu, di akui negara mu..
Sedangkan aku..aku hanya akan kau jadikan simpananmu..yang tak akan diketahui orang lain..begitukah keinginanmu Sultan?..hik hik hik." Ujarnya dengan berurai air mata.
Deg..
Ucapan Maymunah itu seperti pisau yang menyayat keangkuhannya.
Ia menatap Maymunah yang terisak di depannya dengan pandangan yang sulit di artikan.
Ada rasa bersalah yang tiba -tiba menyeruak dalam lubug qalbunya.
Dengan masih berurai airmata, Maymunah menatap suaminya dan bertanya lagi.
" Apa aku sehina itu di matamu, Sultan?
Dengar Sultan, aku ini memang bukan gadis kaya, aku juga bukan sebangsa denganmu, tapi aku juga manusia, aku juga seorang wanita, aku juga seorang anak dari orang tuaku..
Sebelum ayahku menikahkan kita, beliau bertanya aapa tujuanmu menikahiku? Karena Allah, atau karena syahwat sesaat..dan waktu itu kau jawab..karena Allah..
Lalu kenapa sekarang kau malah akan menelantarkanku? Kau akan menghinaku dengan tidak akan memberi setatus hukum dan tidak akan memberitahu keluargamu.. ..kenapa Sultan? Kenapa kau lakukan ini pada ku?"
Sultan sama sekali tak bisa menjawab pertanyaan istrinya.
Ia hanya menunduk
Maymunah mulai menghapus airmatanya sendiri. Ia menarik nafas panjang. Kemudian berdiri .
"Dengar Sultan, Dari pada kita melakukan hal-hal yang akan membuat Allah murka, lebih baik kau lepaskan aku..talaq Aku sekarang juga!
Seperti yang pernah ku katakan, soal uang yang kau berikan padaku yang telah ku pakai untuk biaya pemakaman ayahku, aku akan menggantinya. Aku akan bekerja dan akan mengirimkan nya padamu nanti."
Ujarnya sambil berbalik dan berjalan menuju pintu kamarnya.
Tapi Sultan keburu mencekal lengannya dan memeluknya dari belakang.
"Maafkan aku, demi Allah aku tak bermaksud menyakitimu. Hanya saja, hanya saja ..aku tak sanggup melawan ibuku. Selama ini aku tak pernah membantahnya..aku..aku.."
Sultan terus meminta maaf sambil memeluk tubuh Maymunah dari belakang.
Entah kenapa airmata nya tiba tiba ikut menetes .
Hatinya tertohok karena ucapan Maymunah.
"Kalau begitu, memang tak ada jalan lain kecuali berpisah.
Jangan jadi anak durhaka, dan jangan pula menjadi mahluk yang durhaka. Jangan melecehkan sesuatu hal yang bersumber dari Sang Kholiq.
Dan jangan mempermainkan perasaan wanita. "
Sultan menggelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tidak mau berpisah denganmu..
Aku mohon, ikutlah denganku! Nanti kita akan perjuangkan bersama sama di sana. Kita kan berusaha meminta restu orang tuaku dan aku juga akan mendaftarkan pernikahan kita ke kedubes negaramu di sana. Bagaimana? Kau setuju kan? Aku mohon"
Pintanya memelas.
" Aku akan pertimbangkan, aku akan istikhoroh malam ini. Besok aku akan kasih jawaban atas pertanyaanmu. Sekarang kamu istirahat saja" Ujar Maymunah seraya mengambil langkah seribu dan segera bergegas keluar kamarnya.