Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Dalang di Balik Bayangan
Langit di atas ibu kota Kaisar bergemuruh. Hujan deras mengguyur atap-atap istana yang megah, seolah langit sendiri ingin membersihkan kotoran yang telah mengakar begitu dalam di jantung kekuasaan.
Di dalam Istana Giok Selatan, tempat Kaisar menghabiskan malamnya, sebuah percakapan rahasia baru saja berakhir.
Dan Qianru, sang selir yang tak dianggap dan kini menjadi sosok paling dibicarakan di istana, mulai menyingkap sebuah lapisan rahasia lain, yang lebih gelap dari bayangan Permaisuri.
Seminggu setelah pengasingan permaisuri Ning, Mila menyelinap ke Perpustakaan Langit dalam istana.
Ruangan tua itu jarang dikunjungi, karena konon ada kutukan dari leluhur Kaisar terdahulu. Tapi Qianru tak percaya mitos. Ia mencari bukti.
Karena ia yakin tempat yang katanya memiliki kutukan itu sebenarnya tempat tersimpannya sebuah rahasia yang besar.
Oleh sebab itu, Qianru memutuskan untuk mencoba menyelinap kedalam ruang. Itu demi menemukan hal besar didalamnya.
Setelah Qianru berhasil masuk kedalam sana, ia mulai mencari di setiap tempat dan juga semua rak rak buku.
Dan benar apa yang di pikirkan Qianru, bahwa tempat ini menyimpan rahasia, dan Qianru berhasil menemukanya.
Di rak paling atas, tersembunyi di balik gulungan naskah kedokteran, Qianru menemukan kitab strategi perang kuno yang ditulis oleh Jenderal Nie Heng—leluhur dari klan Ning.
Saat membuka halaman tengah, ada sesuatu yang aneh.
Bagian tengah buku berlubang. Di dalamnya tersembunyi secarik kain sutra dengan tinta merah tua.
Tulisan itu berbunyi:
“Jika Permaisuri tumbang, maka bayangan akan muncul. Dan jika bayangan muncul… maka darah kekaisaran akan terkoyak dari dalam.”
Qianru menggenggam kain itu. “Jadi… Permaisuri bukan dalang utama?” gumam Qianru setelah mengerti apa yang di maksud buku itu.
---
Sedang di posisi Long Wei, saat ini Long Wei datang ke ruang belajar Qianru tengah malam, saat hujan belum berhenti. Wajahnya tegang.
“Aku menyelidiki jalur keuangan klan Ning selama sepuluh tahun terakhir,” kata Long Wei sambil membuka peta.
Ia menunjuk pelabuhan di selatan. “Ada satu nama yang terus muncul. Seorang bangsawan dari luar kerajaan yang dulu diasingkan… tapi kini membiayai banyak kegiatan Permaisuri.” jelas Long Wei lagi
Qianru mengernyit. “Siapa?”
Long Wei menggigit bibir. “Pangeran tua dari klan Bei—Bei Xuanzheng." Jawab Long Wei bergetar seakan nama itu menjadi hal tabu untuk di sebutkan.
"Lalu ada apa dengan dia, kenapa kau terlihat seperti itu ?" tanya Qianru bingung.
"Klan Bei dulu adalah klan yang hampir naik tahta saat ayah Kaisar Xuanlie sakit keras. Bei Xuanzheng, pangeran tertua sekaligus sepupu kaisar sebelumnya, mengklaim bahwa garis darahnya lebih murni" jawab Long Wei
"Namun ia kalah dalam pemilihan kekaisaran dan diasingkan ke utara.
Rakyat mengira ia mati… tapi ternyata tidak" jelas Long Wei lagi
Long Wei berkata pelan, “Ada rumor dia membangun kekuatan sendiri di luar perbatasan, dan menanam kaki tangan di istana untuk menghancurkan garis keturunan kekaisaran dari dalam.” lanjut Long Wei
Qianru menutup matanya. “Dan Permaisuri hanyalah pion.” ujar Qianru yang mulai mengerti dengan keadaan.
""Iya kau benar, sepertinya dialah dalang itu" ujar Long Wei. Qianru terdiam memikirkan semuanya
---
Keesokan harinya, pelayan tua yang pernah bekerja di Istana Utara ditemukan tewas tergantung. Semua orang menyebutnya bunuh diri, tapi Qianru tahu ini pembunuhan.
Di balik selimut pelayan itu, tersembunyi sepucuk surat dengan tanda khusus. Tanda segel keluarga Bei.
Surat itu ditujukan kepada seseorang dengan sebutan: "Putra Bayangan."
Qianru membacanya dan wajahnya memucat.
“Putra Bayangan… tinggal di istana ini?” gumam Qianru
---
Qianru memiliki misi untuk ke Luar Istana, ia keluar istana untuk menelusuri lebih jauh tentang Bei Xuanzheng, Qianru meminta izin keluar istana, secara resmi sebagai inspeksi Sekolah Rakyat.
Kaisar mengizinkan, dengan syarat ia harus dikawal oleh Jenderal muda setia kekaisaran, Jiang Feng.
Di luar istana, Qianru melihat dunia rakyat yang lebih keras dari pada yang ia bayangkan. Tapi juga lebih nyata.
Ia bertemu dengan seorang pengemis tua yang mengenal nama Bei Xuanzheng. “Ia sering datang ke kuil tua di Gunung Seribu Bambu. Di sana, banyak anak-anak dilatih dalam seni bela diri… tapi dengan doktrin membenci kekaisaran.”jelaa pengemis tua itu pada Qianru
Setelah mendengar penjelasan dari pengemis tua Qianru pun pergi menuju kuil tua di Gunung Seribu Bambu.
Qianru dan rombongan kecilnya menyusup ke daerah itu. Di sana, ia melihat sendiri—ratusan anak muda berlatih teknik bela diri tingkat tinggi. Di tengah-tengah mereka berdiri seorang pria tua dengan jubah hitam dan mata tajam, Bei Xuanzheng.
Ia masih hidup. Dan lebih kuat dari rumor yang beredar.
Qianru pun memiliki keinginan untuk mencuri peta strategi dari aula pelatihan.
Ia menyuruh yang lain untuk bersembunyi karena ia akan pergi sendiri, walau awalnya jenderal muda Jiang Feng tidak setuju tapi akhirnya menuruti perintah Qianru dengan ancan.
Akhirnya Qianru pun masuk mencari yang ia inginkan, dan perbuatan itu membuat Qianru hampir tertangkap saat mencoba mencuri peta strategi dari aula pelatihan, tapi berhasil kabur berkat kecerdikan dan bantuan Jenderal Jiang.
---
Setelah selamat dari orang orang itu, Qianru dan jendral Jiang, menuju tempat tersembunyi untuk melihat isi peta itu.
Saat peta di buka, Qianru melihat garis panah yang menuju ke arah ibu kota. Dan tanda merah yang melingkari Istana Dalam—tempat tinggal Kaisar dan para selir.
Qianru membaca catatan kecil di ujung peta, “Langkah terakhir dimulai saat Kaisar mulai percaya pada wanita dari dunia lain.”
Tangan Qianru bergetar. “Mereka tahu aku…” gumam Qianru yang terkejut.
---
Saat kembali ke istana, Qianru dalam keadaan lelah, bajunya robek, dan lengannya terluka akibat panah beracun yang mengenai pundaknya saat pelarian.
Namun begitu sampai, ia disambut oleh Kaisar sendiri.
“Aku mendengar kamu diserang,” kata Xuanlie.
Qianru menunduk. “Aku membawa lebih dari sekadar luka. Aku membawa kebenaran.” Jawab Qianru lalu Ia memberikan peta dan surat-surat yang ia curi dari Gunung Seribu Bambu.
Kaisar membaca semuanya dalam diam.
Lalu menatap Qianru. “Mulai hari ini… kau bukan hanya selir. Aku lantik kau sebagai Penasehat Rahasia Kekaisaran.” ujar kaisar dengan serius.
Malam itu, di menara tertinggi istana, seseorang berdiri menatap bulan. lalu tiba tiba ada burung elang malam yang lewat, disana terselip sebuah surat
Pria itu langsung membuka surat rahasia itu.
Surat itu hanya berisi dua baris:
“Selir itu sudah terlalu jauh. Saatnya menggerakkan Putra Bayangan.”
“Biarkan istana berdarah sebelum langit musim semi datang.”
Sosok itu tersenyum. Di tangannya tergenggam cincin keluarga Bei.
Musuh sesungguhnya baru saja mengangkat pedangnya dari bayangan.
Bersambung