Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 29: KESEPAKATAN
Lin Muwan memandangi semua surat yang ia ambil di meja. Surat-surat lama itu warna kertasnya sudah usang.
Ayahnya mungkin mengoleskan semacam minyak khusus untuk mengawetkannya agar tidak dimakan rayap atau hancur karena lembab. Artinya, ayahnya sengaja menyimpan surat ini untuknya.
Malam sudah larut. Selain dia, masih ada Biyi yang terjaga di paviliun itu.
Lin Muwan menyurunya menjaga pintu dan mengawasi keadaan. Jika ada pergerakan mencurigakan, Lin Muwan bisa segera memikirkan tindakan.
Pertemuannya dengan Murong Changfeng di kediaman lama Marquis Yongning membuatnya merenung dalam waktu yang lama. Entah kenapa mereka malah punya pikiran dan langkah yang sama.
Tapi, Lin Muwan juga ingin menertawakannya. Dia ingin menertawakan Murong Changfeng yang bodoh selama tiga tahun ini.
“Orang buta. Hanya tahu menyalahkan orang lain,” gumamnya.
Ke mana saja orang itu selama tiga tahun ini?
Dia hanya sibuk menyalahkannya dan membencinya. Matanya itu sudah tertutupi oleh kebencian yang membuatnya jadi bodoh.
Tampaknya kebodohan itu sekarang sudah dihilangkan. Murong Changfeng sudah tidak bodoh lagi, mungkin.
“Apakah setelah putus, dia jadi tercerahkan?”
“Siapa yang kau sebut tercerahkan?”
Murong Changfeng tiba-tiba masuk. Biyi tidak sempat mengabarinya karena Murong Changfeng langsung menerobos masuk begitu saja. Melawan Pangeran Kesembilan tentu bukan pilihan bagus untuk Biyi.
“Siapa lagi kalau bukan Anda, Pangeran Kesembilan? Apakah di sini ada orang lain?”
“Aku lebih yakin kau yang tercerahkan.”
Bukan tercerahkan, tapi mengganti jiwa, ucap Lin Muwan dalam hati. Karena ingin hidup, maka jalan satu-satunya adalah mencari tahu kebenaran atas kasus pemberontakan yang dilakukan ayahnya.
Kecurigaan demi kecurigaan mendorongnya menggali satu per satu petunjuk yang mungkin bisa membuktikan kalau ayahnya tidak bersalah. Sekalipun bersalah, Lin Muwan ingin tahu apakah itu murni karena keinginannya atau paksaan dari orang lain.
Murong Changfeng duduk di hadapan Lin Muwan, menatapnya dalam seolah mencari sesuatu di dalam matanya. Lin Muwan ada di sana.
Dia bahkan dapat menemukan lokasi surat yang mungkin menjadi petunjuk atas kasus tiga tahun lalu. Hati Murong Changfeng bertanya-tanya, mengapa Lin Muwan tidak keluar lebih awal untuk menyelidikinya jika dia merasa curiga?
Tapi mungkin jawabannya sama seperti dirinya. Mereka harus mengalami sesuatu dahulu untuk bisa menyadari situasi.
Harus ada pertarungan hidup dan mati dahulu agar mereka mengenali kebenaran. Mempertanyakan Lin Muwan sama saja dengan mempertanyakan dirinya sendiri.
“Pangeran sungguh hebat. Kediaman bobrok itu pun tidak mau kau lepaskan. Kenapa tidak sekalian kau membakarnya saja untuk melampiaskan dendammu?”
“Membakarnya tidak akan menghidupkan orang yang sudah mati.”
“Memang. Ayahku atau ibumu tidak akan hidup lagi meski kau menghancurkan dunia ini.”
Tatapan Murong Changfeng kini berfokus pada setumpuk kertas usang. Itulah benda yang ia cari, yang lebih dulu ditemukan dan diambil Lin Muwan.
Untuk kali ini dia merasa kalah dari seorang wanita. Dia bahkan tidak bergerak saat wanita itu menodongkan belati ke lehernya.
“Aku bisa memberimu surat-surat itu, tapi kau harus menyetujui syaratku.”
“Kau punya hak?”
“Menurutmu?”
Murong Changfeng menatap Lin Muwan dengan dingin, tapi kemudian dia menghela napasnya. Untuk saat ini, Lin Muwan tidak boleh diapa-apakan.
Murong Changfeng menyadari kalau Lin Muwan juga sepertinya seorang korban. Di antara sekian banyak orang, hanya dia yang berhasil bertahan hidup.
“Kau ingin membuat kesepakatan denganku?”
“Pangeran bisa menganggapnya begitu.”
“Katakan apa syaratmu.”
“Pertama, kau tidak boleh membunuhku. Kedua, aku ingin bekerja sama denganmu mengungkap kebenaran dari kasus pemberontakan ayahku. Jika dia sungguh bersalah, aku akan minta maaf padamu. Tapi jika dia tidak bersalah, keluarga kekaisaran yang harus meminta maaf padaku dan memulihkan nama baiknya.”
“Ayahku sudah mengampunimu. Aku tidak akan mengambil nyawamu sehingga syarat pertama tidak perlu kau sebutkan. Jangan khawatir, kau tidak akan mati. Adapun untuk syarat kedua, itu bisa dibicarakan.”
“Aku percaya kau bukan orang yang suka mengingkari janji. Kedua syaratku adalah kesepakatan pertama.”
“Oh? Sepertinya kau sudah merencanakan semuanya.”
“Jika ingin hidup, aku hanya punya dua jalan. Menjadi gila atau menjadi kuat. Aku ingin mengambil kedua jalan itu.”
Masuk akal, pikir Murong Changfeng. Jika ingin hidup, maka harus mengambil langkah yang gila. Hanya dengan begitu akan menjadi kuat.
Lin Muwan bertatus rendah dan tidak punya siapapun. Hanya itu cara yang paling bagus untuk melindungi dirinya sendiri.
“Lantas, apa kesepakatan keduamu?”
Lin Muwan menatap serius Murong Changfeng. “Pangeran, bersainglah untuk takhta. Aku akan membantumu.”
“Bantuan apa yang bisa kau berikan padaku?”
“Aku bisa menjadi penasihatmu. Jika ayahku terbukti tidak bersalah, statusku akan dipulihkan. Pada saat itu, semua orang tidak akan memandangku rendah lagi.”
“Lin Muwan, ambisimu besar sekali rupanya.”
“Sudah kubilang, aku hanya ingin bertahan hidup.”
“Aku tidak tertarik pada takhta. Kesepakatan keduamu tidak bisa kusetujui.”
“Jangan buru-buru. Pikirkan dulu matang-matang baru kau bisa menjawabku.”
Murong Changfeng terkekeh. Wanita ini punya pemikiran yang dalam juga rupanya. Apa yang dipikirkannya jauh lebih rumit dari penampilannya yang terlihat sederhana.
Sebenarnya, Lin Muwan adalah tipe orang yang tegas dan lugas. Murong Changfeng melihat karakter Marquis Yongning pada dirinya.
Pasti Lin Muwan tahu jika kebenaran kasus Marquis Yongning terungkap ke permukaan, maka benang kusut yang menjeratnya di belakang layar akan terlihat pula.
Saat itu, Murong Changfeng akan mengetahui berapa banyak orang yang mendorong pemberontakan itu terjadi. Maka, kematian Selir Kekaisaran Chen juga menjadi jelas.
Murong Changfeng sudah menduganya. Lin Muwan memperhitungkan bahwa dia akan membalas orang-orang yang memaksa ibunya mati.
Licik dan penuh perhitungan. Itu adalah sisi lain yang dilihat Murong Changfeng pada diri Lin Muwan saat ini.
“Baik. Kuturuti keinginanmu,” ucap Murong Changfeng.
“Ah, aku juga harus menegaskannya padamu. Jangan ikut campur soal urusanku dengan Zhou Ying. Apapun yang terjadi, jangan ikut campur,” ucap Lin Muwan.
Zhou Ying sudah membunuh pelayannya dan memburunya, memperlakukannya lebih buruk dari binatang. Bajingan wanita itu akan ia balas dengan tangannya sendiri.
“Tidak masalah.”
“Jangan mempertanyakan tindakanku. Apapun yang aku lakukan kepada musuh-musuhku, kau tidak berhak ikut campur.”
“Selama kau tidak membawa masalah besar, itu boleh saja. Tetapi jika kau membahayakan Kaisar, aku tidak akan segan.”
“Aku tahu balas budi. Sekalipun melibatkan Kaisar, aku tidak akan membiarkannya dalam bahaya.”
Murong Changfeng setuju. Selama Lin Muwan bertindak masuk akal, dia tidak akan mengomentarinya. Sebaliknya, jika tindakannya melampaui batas, dia akan mengadilinya dan mengejarnya meski sampai ke ujung dunia.
Diambilnya surat-surat itu dan disimpannya ke dalam celah bajunya. Setelah itu, dia pergi dari Paviliun Zhouhua.
Lin Muwan menghela napas lega. Kesepakatan dengan Murong Changfeng adalah langkah berbahaya. Dia seperti berjalan di atas lapisan es tipis yang bisa pecah kapan saja.
Dengan kondisinya saat ini, dia akan kesulitan menyelidikinya sendirian. Bahkan mungkin bisa mati lebih dulu sebelum menemukan kebenaran.
Tapi berbeda dengan Murong Changfeng. Pria itu punya semua sumber daya yang ia butuhkan. Kekuasaan, jaringan mata-mata, informan, pria itu memilikinya.
Dia bisa berjalan bebas di ibu kota dengan kekuatan nyata. Jika bekerja sama dengannya, Lin Muwan akan mendapat banyak kemudahan.
Murong Changfeng bukan pria bodoh. Dalam tiga tahun ini, dia terlalu dibutakan kebencian hingga menutup matanya terhadap semua keraguan.
Dia juga terlalu larut dalam kisahnya yang menyedihkan bersama Sheng Jiayin, menganggap Lin Muwan sebagai benalu yang mengancurkan hidup dan hubungannya.
Meski begitu, Murong Changfeng tidak menjadi picik. Darah keturunan keluarga kekaisaran di tubuhnya menjadikannya tahu membatasi diri.
Walau tidak ada kehendak pernikahan dari Kaisar untuk menyatukan dia dan Sheng Jiayin, pria itu tidak memaksa ayahnya. Juga tidak memaksa Sheng Jiayin. Bisa dipastikan kalau Murong Changfeng punya rasa hormat dan logika yang berjalan.
“Tempat paling berbahaya adalah tempat yang paling aman. Permaisuri Qing, jika memang aku yang harus menduduki posisi itu, maka akan kubuat menjadi nyata.”
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama