Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Bogor adalah kota yang sangat indah, meski kota ini bukan kota terindah di Indonesia, karena di negeriku ini masih sangat banyak tempat yang menyuguhkan keindahan yang tiada tara.
NTT misalnya, konon katanya di NTT ini pemandangannya selain indah juga masih ori karena belum banyak yang pergi berwisata ke sana.
Keindahan kota Bogor ini didominasi oleh kebun teh yang terhampar luas, terutama di daerah puncak.
Puncak adalah salah satu daerah wisata di Bogor yang sangat indah, dan terkenal sampai ke Manca negara, terutama Timur Tengah.
Banyak sekali Turis asing terutama dari negara negara Timur tengah yang datang ke tempat ini.
Sebenarnya aku banyak mendengar berita berita miring tentang turis turis itu.
Banyak yang mengatakan, bahwa mereka banyak yang melakukan nikah kontrak dengan wanita Asia seperti Indonesia, Thailand dan Philipina. Mereka juga banyak melakukan pernikahan kontrak, kalau mereka berwisata ke Indonesia.
Dan mirisnya, hal itu benar-benar terjadi di daerah wisata yang biasa mereka kunjungi di Indonesia.
Hal itu pulalah yang membuatku ragu dan agak takut untuk bekerja di Puncak, karena puncak adalah daerah yang seringkali mereka kunjungi, tapi tawaran gajih yang menggiurkan, membuatku terpaksa melirik pekerjaan itu.
Pekerjaan sebagai juru masak di sana, juru masak yang bekerja untuk melayani turis Arab yang datang ke sana.
Karena aku punya basic memasak ala Timur Tengah yang kupelajari saat menjadi TKW di sana, aku memberanikan diri untuk ikut mengais rizky di tempat wisata itu.
Meskipun kabar miring tentang pernikahan kontrak dan praktek pr*stitusi sering kudengar, tapi aku berusaha menepis ketakutan itu dan aku beranggapan semua tergantung iman masing-masing.
Setelah hampir 7 jam aku berada di perjalanan, akhirnya aku sampai juga di daerah ini.
Aku dijemput di terminal oleh Afina, temanku yang mengajakku kerja di sini.
" Mae, akhirnya kamu sampai juga," teriak Teh Afina menyambutku. Ia memelukku, kemudian membantuku membawakan kantong keresek yang kutenteng di lengan kananku.
"Iya, Teh, Mae cape sekali tau? Mae dari jam 07 berangkat dari Serang, Teh," jawabku seraya mengikuti langkahnya dari belakang.
Afina membawaku ke kontrakan miliknya sebelum ia mengantarku ke tempat majikanku.
"Mae, kamu istirahat dulu di sini malam ini. Besok, Teteh antar kamu menemui Mr Sultan, di villanya," ujarnya sambil meletakkan barang-barang bawaanku.
*****
Adzan fajr mulai berkumandang, udara dingin has kota Bogor ini membuatku terasa beku.
Aku yang terbiasa dengan cuaca sedang di Kota Serang, tentu harus berjuang untuk beradaptasi dengan dinginnya udara Puncak.
Aku mulai memaksa diriku untuk bangun dan mengambil air wudu, untuk kemudian melaksanakan kewajibanku sebagai muslimah.
"Mae, apa kamu udah siap bekerja?" tanya Afina setelah kami selesai sarapan.
"Siap dong, Teh," jawabku dengan antusiasme tinggi.
Setelah sarapan, Afina mengajakku ke sebuah bangunan indah yang terletak di antara kebun teh yang menghampar hijau.
"Hei, Mr. Sultan, kami udah sampai," sapa Afina pada seorang laki-laki arab yang memakai pakaian biasa.
Kalau di negara mereka, mereka selalu memakai jubah putih yang mereka sebut Tsob dan sorban merah kotak-kotak, tapi kalau mereka sedang berwisata, mereka memakai pakaian layaknya laki-laki Asia, yaitu celana dan atasan.
Aku beringsut maju dan mengucapkan salam.
"Assalamu alaikum, Mister. Saya Maymunah," sapaku pada laki-laki itu dalam bahasa Arab Amiyah Saudi.
Dia menatapku dengan intens, membuatku menjadi risih dan menunduk.
Aku tak mau memandang wajahnya, karena nanti mereka akan mengira aku adalah perempuan nakal.
" Ok, masuklah! " seru
Sultan mempersilahkan kami masuk.
"Berapa gajih yang kamu mau?" Aku terbelalak mendengar pertanyaan Sultan.
"200 ribu rupiah, " jawabku spontan.
Sebenarnya aku agak malu mengatakan gajih 200ribu perhari hanya untuk memasak, tapi karena dia tanya, ya aku jawab.
Kulihat dia tersenyum sinis, entah apa yang ia pikirkan tentangku.
"Cuma 200 ribu perhari, murah amat tarifmu, padahal kamu cukup cantik," ledeknya dengan wajah sinis.
Aku terlonjak kaget dengan kata-katanya barusan.
"Terlalu murah bagaimana, ya, Mister? Dan apa hubungan pekerjaan memasak dengan wajah saya?" tanyaku polos.
Dia malah terkekeh. Membuatku kesal.
"Sudahlah, sekarang sebaiknya kamu aku tunjukan kamar dan dapur tempat kamu memasak nanti."
Dia beranjak dari duduknya, aku
melangkah mengikutinya dari belakang.
Dia menempatkanku di sebuah kamar yang cukup mewah, beda sekali dengan tempat yang biasa mereka berikan pada pembantu, biasanya kamar pembantu itu sempit dan minim fasilitas.
Apalagi kalau di Saudi, dulu aku bekerja di sana tak diberi kamar, para pembantu di Saudi dulu tidur di ruang tamu, atau dapur, dan ada juga yang tidur dengan anak-anak perempuan mereka. Entah kalau sekarang, semoga saja sudah berubah.
"Ini kamarnya, dan itu dapurnya. Di sini ada fasilitas lengkap, termasuk baju untukmu juga. Kamu bisa mandi sekarang kalau mau, itu kamar mandinya." terangnya ramah dan Masih dengan senyum sumringah di wajahnya yang tampan.
Sultan ini kira-kira berumur 30 tahun, badannya tegap, kulitnya putih, dengan bulu-bulu yang banyak tumbuh baik di wajah dan tangannya.
"Mister, siang nanti saya harus masak apa?" tanyaku sebelum ia pergi.
"Mmm, masakan Indoenesia saja, aku mau tau rasanya masakan Indonesia," jawabnya seraya membalikkan badannya dan pergi meninggalkanku.
Aku segera masuk ke kamar yang diberikan untukku.
Kamar ini sangat luas, dengan ranjang queen size, lemari pakaian yang mempunyai 4 pintu, dan juga meja rias. Kamar ini sungguh sangat mewah kalau untuk pembantu.
Tring..
Terdengar sebuah notifikasi dari ponselku. Setelah kubuka, ternyata itu chat dari Afina.
[Yang betah,ya! Sultan itu baik banget, apalagi kalau kamu pandai merayunya. 🙈]
Mataku membulat saat membaca chat dari Afina.
"Benar benar tak punya akhlaq nih teman, tadi langsung ninggalin tanpa pamit, sekarang dia kirim chat aneh begitu." Aku menggerutu dalam hati.
[Somplak.😡😠 Aku gak mau duit haram, sudahlah, aku mau masak. Jangan ganggu !] Sent.
Balasanku terkirim, dia membalas dengan emoji tertawa.
[😅😅 ok, selamat berduaan.]
Balasnya.
Chat terakhirnya itu membuat hatiku bercampur aduk.
Kini ada berbagai perasaan yang menghinggapi hatiku, ada rasa takut di apa-apakan, ada rasa berdosa juga karena aku kini tinggal berdua bersama laki - laki yang bukan mahram.
" Ya Allah, apa keputusanku bekerja di tempat ini salah ya?
Ah, aku lupa istikhoroh dulu tadinya. Ya Allah, selamatkan hambaMu ini dari mara bahaya, baik itu lahir maupun batin," Doaku lirih.
Aku segera berganti pakaian dengan pakaian yang sengaja kubawa untuk khusus memasak di dapur.
Dengan perasaan tak menentu, aku keluar dan memasuki dapur untuk melaksanakan tugasku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Purwaningsih Ningsih
lanjutkan
2023-09-06
2
mamae zaedan
bagus ceritanya
2023-03-25
0
Rice Btamban
lanjutkan
2022-06-18
1