Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DENDAM TERBALASKAN
Hari ini tiba dimana hari pernikahan tuan Ardi dan Hana yang di langsungkan di ruangan ijab qobul kantor urusan agama kota B dimana Hana tinggal selama ini. Kotanya cukup jauh dari tempat tinggal tuan Ardi sendiri, jadi tidak menimbulkan kecurigaan bagi orang orang yang mengenalnya. Dengan wali nikah tuan Azka sendiri, pernikahan ini berlangsung dengan khidmat. Beliau tidak keberatan jika sang adik menjadi perebut suami orang karena ia memang geram dengan besannya yang tidak tahu di untung dan si pahit lidah seperti nyonya Ratna itu. Padahal selama ini keluarga merekalah yang membantu perkembangan perusahaan yang di jalankan oleh tuan Ardi. Namun sayangnya secara sembunyi sembunyi karena Vanni tidak mau sampai keluarga suaminya tahu identitas aslinya. Bahkan posisi Andreas saat ini ada campur tangan tuan Azka. Lagi pula bukan kah poligami di perbolehkan dalam agama? Asalkan mereka bisa adil kepada istri istrinya, di rasa hal itu wajar di lakukan oleh seorang laki laki.
" Saya terima nikah dan kawinnya Farhana Azkara binti Roberto Azkara untuk saya sendiri dengan mas kawin berupa berlian seberat sepuluh gram di bayar tunai." Ucap tuan Ardi dengan lantang.
" Bagaimana saksi?" Tanya penghulu.
" Sah."
" Alhamdulillah."
Melihat mereka berdua telah resmi menjadi pasangan suami istri, Vanni lah yang menjadi satu satunya orang yang paling bahagia di dunia ini. Senyumnya merekah layaknya bunga mawar merah di taman. Hatinya di penuhi oleh ribuan kupu kupu. Tidak lupa ia mengabadikan moment ini untuk ia tunjukkan kepada sang ibu mertua nanti. Betapa bahagianya dia membayangkan wajah ibu mertuanya jika ia melihat semua ini. Ingin sekali Vanni menjerit dan mengucapkan selamat kepada Hana sekencang kencangnya saat ini namun sayangnya ia harus menahan sekuat mungkin karena dirinya sedang dalam fase penyamaran saat ini. Wajahnya tertutup oleh masker agar ayah mertuanya tidak curiga padanya. Namun yang namanya bahagia tidak akan bisa di tahan, pada akhirnya ia pun segera keluar dan menjauh dari kerumunan orang orang yang hadir di acara pernikahan tersebut atau tamu pernikahan berikutnya.
" Ibu mertua!!!! Aku siapkan kejutan besar untukmu." Ucap Vanni berteriak membuat dadanya merasa lega.
" Sesenang itukah kamu melihat ayah mertuamu menikah dengan tantemu?"
Tubuh Vanni menegang seketika, ia membalikkan badan menatap pria yang saat ia berdiri di hadapannya.
" O.. Om Tama." Lirih Vanni.
" Mas, panggil aku mas Tama. Aku tidak mau terkesan tua kalau wanita dewasa sepertimu memanggilku om." Sahut Tama sambil tersenyum.
" Tapi memang om sudah tua, mau gimana donk." Ujar Vanni menatap Tama sambil mengedipkan matanya membuat Tama gemas.
" Hanya selisih tujuh tahun denganmu. Tidak termasuk tua bagiku." Ucap Tama.
" Baiklah terserah kamu saja om. Yang penting hari ini, tolong jangan halangi kebahagiaanku. Aku sangat bahagia hari ini. Aku mau bersenang senang atas kemenanganku ini." Ujar Vanni.
" Mau aku bawa ke tempat yang lebih seru dari sini?"
Vanni menatap Tama, " Mau, dimana itu?" Tanyanya.
" Ikut saja, ayo." Tama menggandeng tangan Vanni menuju mobilnya. Namun saat mereka melewati pintu kantor urusan agama, mereka berpapasan dengan tuan Ardi dan Hana yang baru keluar.
" Tuan Oktama, anda di sini?" Sapa tuan Ardi sedikit gugup.
" Tidak apa apa mas, Tama ini kerabat dekat keluarga Azkara. Dia sengaja datang untuk menghadiri pernikahan kita." Ujar Hana.
" Terima kasih tuan Oktama, maaf saya tidak menyadari kehadiran anda." Ujar tuan Ardi.
" Tidak masalah tuan Ardi. Saya ucapkan selamat atas pernikahan kedua anda, semoga bahagia." Ucap Tama.
" Terima kasih tuan, tapi tolong rahasiakan ini dari orang lain." Tuan Ardi.
" Tentu tuan Ardi." Sahut Tama.
" Ini..." menjeda ucapannya sambil menatap Vanni.
Jantung Vanni berdetak sangat kencang, ia menaikkan maskernya hingga menutupi seluruh hidungnya.
" Jangan sampai papa mengenaliku atau rencanaku akan berantakan." Batin Vanni.
" Mas aku lelah, ayo kita pulang!" Hana yang tahu akan situasinya langsung membuka suara.
" Baiklah sayang, ayo kita pulang."
Huek...
Rasanya Vanni ingin muntah mendengar kata kata ayah mertuanya. Namun ia juga merasa senang pasalnya tuan Ardi tidak pernah memanggil sayang kepada istrinya. Itu artinya tuan Ardi lebih sayang kepada Hana. Mungkin karena efek jatuh cinta ha ha, pikir Vanni.
" Mari tuan kami pulang dulu." Ucap tuan Ardi.
" Silahkan tuan." Sahut Tama.
Tuan Ardi menggandeng Hana menuju mobilnya. Ia pun membukakan pintu mobil untuk istri barunya, Vanni tersenyum senang melihatnya. Ia yakin jika suatu hari nanti ia membongkar pernikahan ini di depan ibu mertuanya, tuan Ardi pasti lebih memilih Hana daripada istrinya.
" Kau mau terus melihat mereka atau mau pergi bersamaku?" Tanya Tama mengalihkan perhatian Vanni. Belum sempat Vanni menyahut, kedua orang tua Vanni keluar dari ruangan.
" Kalian mau kemana?" Tanya tuan Azka.
" Aku mau ajak Vanni jalan jalan om. Hitung hitung merayakan kemenangannya." Sahut Tama.
" Iya dad, mumpung aku di sini aku mau have fun." Sorak Vanni sambil mengangkat kedua tangannya.
Tua Azka tersenyum melihat sang putri segirang ini. Selama ini ia selalu melihat wajah Vanni yang tertekan.
" Baiklah daddy ijinkan, sebelum kamu kembali ke kandang singa itu, nikmati kebebasanmu sayang." Ucap tuan Azka.
" Thank you dad, you are is the best." Ucap Vanni memeluk ayahnya.
" Sudah sana kasihan Tama yang sudah lama menunggu." Ucap tuan Azka penuh arti.
" Iya dad, aku pergi dulu. Mom aku pergi dulu, bye."
" Bye sayang, hati hati!" Sahut nyonya Hani.
Setelah Vanni masuk mobil, Tama segera melajukan mobilnya ke suatu tempat dimana mereka akan menghabiskan waktu dengan penuh kegembiraan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam rumah Hana yang selama ini ia huni sendiri. Kedua pasangan suami istri itu, duduk di sofa ruang tamu.
" Mau minum apa mas?" Tanya Hana sedikit gugup. Soalnya selama ini ia tidak pernah sedekat ini dengan lawan jenis.
" Tidak perlu repot repot sayang. Sini duduk saja temani mas." Sahut tuan Ardi menepuk sofa yang kosong di sampingnya.
" Aku mau ganti dulu mas, gerah pakai kebaya seperti ini." Ujar Hana.
" Baiklah, mas tunggu di sini. Mas pengin ngobrol banyak sama kamu."
" Iya mas." Hana segera ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan.
Setelah selesai, ia pun kembali ke ruang tamu duduk di samping suami barunya.
" Apa yang ingin kamu bicarakan padaku mas?" Tanya Hana menatap tuan Ardi.
Deg deg deg
Jantung Hana berdetak sangat kencang saat mata mereka bertemu. Ia tidak pernah menyangka jodohnya adalah suami orang yang sudah berumur lagi.
Tuan Ardi menggenggam tangan Hana. " Mas tahu pernikahan ini terjadi sangat singkat. Bahkan mas yakin kamu juga belum siap menerimanya. Mas juga tahu, mungkin kamu juga merasa sedikit terpaksa menerima pernikahan ini mengingat umur kita yang terpaut cukup jauh. Kamu masih sangat muda seumuran dengan putraku, kamu bisa memilih pria manapun yang kamu suka. Tapi meskipun begitu aku mohon padamu Hana. Terima aku dan pernikahan ini dengan sepenuh hatimu. Aku benar benar menyayangimu dari dalam hatiku. Aku merasa mendapatkan jodoh terbaik yang akan membuat aku bahagia. Aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersamamu. Apa kau mau berjanji padaku untuk tidak meninggalkan aku?" Tangan kekar tuan Ardi mengelus lembut pipi Hana.
" Aku tidak bisa menjanjikan itu mas, ada dan tidaknya aku di sisimu tergantung bagaimana kau memperlakukan aku. Apalagi aku sadar kalau aku hanya jadi yang kedua." Sahut Hana.
" Meskipun kamu istri keduaku, tapi kamu lah pemilik hatiku. Kamu pemilik jiwa dan raga ini sepenuhnya Hana." Ungkap tuan Ardi membuat Hana curiga jika suaminya tidak bahagia hidup bersama istri pertamanya.
" Apa kamu tidak bahagia mas hidup bersama nyonya Ratna?" Tanya Hana memastikan.
" Tidak." Sahut tuan Ardi menggelengkan kepala.
" Bagaimana bisa? Kalian sudah bersama selama tiga puluh tahun. Kalian juga memiliki seorang putra, lalu bagaimana kamu bilang kalau kamu tidak bahagia mas? Tolong jangan membodohiku." Ujar Hana.
" Pernikahanku dulu karena perjodohan. Awalnya aku berpikir, aku akan hidup bahagia jika aku menyerahkan hidupku padanya. Namun aku salah, yang ada bukan bahagia tapi hambar rasanya. Tidak ada perasaan cinta sedikit pun di dalam hati ini untuk Ratna. Kami memiliki Andreas saja hanya karena kewajibanku untuk memberi nafkah batin padanya. Selama tiga puluh dua tahun ini, hidupku terasa hambar tanpa cinta." Ujar tuan Ardi.
" Tapi saat bertemu denganmu, aku merasa ketertarikan yang begitu kuat kepadamu. Timbul rasa ingin memiliki dari dalam hatiku. Dan kejadian itu, menjadi pewujud keinginanku. Aku bahagia Hana, aku bahagia bisa menjadikanmu sebagai bagian dari hidupku." Tuan Ardi mencium punggung tangan Hana.
" Kasihan sekali kamu mas, aku harap semua ucapanmu bukan hanya suatu kebohongan belaka." Ujar Hana.
" Aku tidak berbohong padamu sayang." Ucap tuan Ardi mencium pipi Hana membuat Hana bertingkah malu malu.
" Boleh kah aku menyentuhmu untuk yang kedua kali?" Tanya tuan Ardi. Ia tidak mau memaksa Hana dan membuat Hana merasa tidak nyaman.
" Sekarang aku istrimu mas, kau bisa menyentuhku kapan saja." Sahut Hana.
" Terima kasih sayang." Tuan Ardi memulai permainannya. Hana hanya bisa pasrah toh sudah menjadi kewajibannya untuk melayani sang suami.
...****************...
Di rumah Andreas, nampak keributan yang di timbulkan oleh nyonya Ratna. Ruang keluarga ini menjadi saksi setiap ocehannya.
" Mama kan sudah bilang sama kamu kalau Vanni itu istri nggak bener. Dia itu suka menentang perintahmu. Sudah tahu istri bandel begitu masih di pertahanin. Udah bandel, mandul lagi. Mama benar benar tidak habis pikir denganmu Andreas, kenapa kamu bisa sangat mencintai wanita itu. Tapi sekarang kau sudah ada Luna yang akan mengurusmu, lebih baik kau ceraikan saja istri tidak berguna itu." Cetusnya. Andai saja ada Vanni di sana, sudah pasti mulut itu akan Vanni tampar hingga semua giginya rontok seketika.
Semua itu terjadi karena Luna mengadu pada ibu mertua kalau Vanni tidak pulang semalaman, bahkan sampai sekarang. Bahkan Vanni mematikan ponselnya agar ia tidak di ganggu olehnya dan Andreas. Ia mengarang cerita kalau Vanni tidak mau mengurus Andreas sebagai suaminya. Dan menjadikannya sebagai pelayannya. Pada dasarnya sang ibu mertua yang menaruh kebencian kepada Vanni, maka ia langsung saja percaya dengan setiap ucapan sang menantu tercinta.
" Sudah lah ma, tidak perlu di ributkan. Mungkin dia menginap di rumah temannya dan lupa menyalakan ponselnya." Ujar Andreas ingin menghindari perdebatan di siang hari ini.
" Bela terus istri kesayanganmu itu. Mama heran, di kasih pelet apa kamu sama dia? Sampai sampai kamu begitu tunduk padanya. Kalau nanti Luna hamil, kamu harus menceraikan dia."
" Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan dia. Aku sangat mencintainya ma, dan aku menikahi Luna karena keinginan mama. Andai saja mama tidak sakit waktu itu aku juga tidak akan mau menikahi Luna. Sampai sampai aku berbohong pada Vanni kalau sebenarnya aku juga menginginkan seorang anak." Ucap Andreas.
" Bukannya kamu juga memang menginginkan seorang anak Andreas." Ujar nyonya Ratna.
" Iya, aku memang menginginkannya tapi yang terlahir dari rahim Vanni bukan wanita lain." Sahut Andreas.
Mendengar hal ini Luna mengepalkan erat tangannya, ia menahan emosi yang siap meledak di dadanya.
" Kamu kejam Andreas, kamu mengatakan hal menyakitkan itu di depan istrimu? Mama benar benar kecewa padamu."
" Tidak apa apa ma, memang aku yang salah di sini. Seharusnya aku tidak menerima pernikahan ini. Karena pernikahan ini hanya membuatku menderita." Ujar Luna memasang wajah sedih.
" Awas saja kau Vanni, aku akan membuat Andreas menceraikanmu bagaimana pun caranya."
Tanpa mereka ketahui, perdebatan itu di saksikan Vanni melalui ponselnya. Ya, Vanni memasang CCTV tersembunyi yang tidak mereka ketahui. CCTV tersebut terhubunb langsung dengan ponsel Vanni yang satunya. Vanni mendengus sambil terkekeh menyaksikan acara live streaming itu.
" Apa kau berpikir suamimu begitu mencintaimu?" Tanya Tama masih fokus pada kemudinya.
" Tidak ada cinta yang akan membuat kita menderita. Dan dia? Dia telah menghancurkan kehidupanku dengan menikah lagi. Aku rasa dia hanya tidak rela melepaskan aku saja." Sahut Vanni.
" Ceraikan dia dan menikahlah denganku maka kita akan hidup bahagia." Ujar Tama.
" Itu hanya akan terjadi kalau aku mengandung benihmu. Kalau tidak..."
" Kalau begitu akan aku buat kau hamil anakku." Tama menginjak pedal gas menambah kecepatan mobilnya.
" Eh om mau bawa aku kemana?" Pekik Vanni.
" Melihat indahnya syurga yang ada di dunia."
TBC...
Hayo noh di bawa kemana nih Vanni. Oh ya, cerita ini bukan cerita religi ya jadi sedikit banyak mengandung hal hal yang bersentuhan dengan dosa. Mohon di maklumi..
Terima kasih...