Berselingkuh dengan calon duda yang merupakan kakak tiri sendiri. Apa jadinya?
Follow IG @honey.queen174
Hai guys! Dukung terus ya biar aku bisa semangat nulis ceritanya sampai tamat😁
Happy reading~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
"Dek, Mas ingin bertanya. Apa sekarang kamu sudah punya pacar?" Mas Darren bertanya sambil menatapku dengan lekat. Saat ini ekspresinya terlihat sangat serius.
Aku menjawab pertanyaan mas Darren dengan sekali anggukan.
"Siapa orangnya?" tanyanya lagi.
"Mm ... itu loh Mas, cowok yang kemarin. Kakak sepupunya Laras. Mas masih ingat, 'kan?"
"Oh, yang itu." Setelah mas Darren mengetahui siapa orangnya, dia tidak melanjutkan kembali interogasinya. Justru malah kembali melanjutkan makannya.
Sepertinya mas Darren tidak keberatan aku berpacaran dengan kak Rey. Karena dia langsung berhenti bertanya begitu tahu siapa orangnya.
Tapi aku juga tidak mengerti dengan ekspresi yang ditampakkan oleh mas Darren saat ini. Sepertinya raut wajahnya sedikit berubah, tidak seperti sebelum kami membahas mengenai aku sekarang punya pacar.
"Dek, Mas hanya ingin berpesan sama kamu. Jaga diri kamu baik-baik ya, karena Mas tidak bisa menjamin bisa menjaga kamu 24 jam non-stop setiap harinya. Dan asal kamu tahu, kebanyakan laki-laki itu dikasih hati minta jantung. Kamu mengerti 'kan Dek apa maksudnya? Laki-laki itu, kalau dikasih lebih, mau dapat yang lebih lagi. Begitu seterusnya," jelasnya dan aku bisa sedikit mengerti apa maksudnya.
"Berarti Mas Darren juga gitu orangnya. Mas 'kan juga laki-laki." Mendengar ucapanku, mas Darren sampai tersedak makanan.
Aku tertawa melihat mas Darren yang terjebak akan ucapannya sendiri.
Mas Darren berdehem setelah meminum sedikit air. "Ekhem. Mungkin."
"Apa? Mungkin?" Aku makin tertawa mendengar kata mungkin yang keluar dari mulut mas Darren. Itu artinya, dia sendiri tidak berani menjamin kalau dirinya bukan lelaki yang seperti itu.
"Jangan tertawa kamu, Dek. Mas serius loh. Laki-laki memang seperti itu. Kalau pun ada yang tidak seperti itu, mungkin hanya ada 2 orang dari 100 laki-laki."
"Loh, kok 2 orang, Mas? Biasanya 'kan kalau orang berbicara langka itu biasanya cuma bilang 1 dari 100 orang. Ini kok mas malah bilang 2. Ada apa dengan angka 2?" tanyaku.
"Dek, Mas bilang 2 orang bukan tanpa alasan. Dari 2 orang ini salah satunya adalah Mas," jawabnya.
"Mungkin," ucapnya kemudian setelah menjeda kalimat sebelumnya.
Aku kembali tertawa mendengar mas Darren berkata mungkin. "Mungkin? Itu artinya Mas sendiri masih kurang yakin, 'kan?"
"Ya iya dong Dek. Mas juga tidak berani jamin kalau Mas orangnya tidak seperti itu. Apalagi sekarang ini 'kan Mas calon duda," ucapnya lalu tertawa.
"Ih, Mas Darren apaan sih? Sudah mulai genit rupanya. Jangan-jangan Mas nanti mau jadi duda nakal, ya?"
"Mungkin." Bukannya membela diri Mas Darren malah semakin tertawa. Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya.
Apa jangan-jangan gara-gara mas Darren pernah tersakiti, dia nantinya malah berubah jadi laki-laki yang genit dan suka bergonta-ganti pasangan. Aduh, amit-amit. Jangan sampai deh mas Darren berubah jadi seperti itu cuma gara-gara pernah dikecewakan oleh calon mantan istrinya.
...****************...
Tidak terasa hubunganku dengan kak Rey sudah berjalan selama 1 bulan. Dan hingga sekarang, dia belum berhasil membuatku jatuh cinta padanya.
Apa mungkin karena kami berdua jarang memiliki waktu untuk berdua saja karena terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing? Maka dari itu benih-benih cinta di dalam hatiku belum juga tumbuh hingga detik ini.
Lalu bagaimana dengan perasaanku terhadap mas Darren? Apakah perlahan-lahan sudah sedikit memudar seiring dengan kehadiran kak Rey di dalam kehidupanku?
Jawabannya adalah, TIDAK. Perasaanku tidak berkurang biar secuil pun. Justru semakin ke sini aku semakin mencintai dan menyayanginya karena dia benar-benar memperlakukanku dengan sangat sangat baik.
Rupanya dengan pindah ke tempat lain dan tidak tinggal satu atap dengannya tidak merubah apa pun. Tetap saja tiada hari tanpa kehadiran mas Darren di dalam hari-hariku.
.
.
Pagi ini adalah hari minggu. Aku sudah bersiap-siap dan berdandan yang cantik untuk berkencan dengan kak Rey. Ini adalah kencan pertama kami yang bisa dibilang benar-benar berkencan. Karena selama kami menjadi sepasang kekasih, ini pertama kalinya kami ingin jalan keluar berdua. Biasanya kak Rey lah yang datang menemuiku di toko, itu pun hanya sebentar saja hanya
sekedar untuk makan bareng saja karena aku terlalu sibuk mengerjakan kue pesanan para pelanggan.
Sudah sangat sering kak Rey mengajakku keluar, tapi baru kali ini aku akhirnya menyanggupi ajakannya.
Khusus untuk hari ini memang sengaja aku kosongkan. Aku tidak menerima pesanan apa pun dan dari pelanggan mana pun. Aku ingin meluangkan waktuku seharian ini hanya untuk kak Rey seorang. Siapa tahu dengan begitu benih-benih cinta di dalam hatiku bisa tumbuh untuk kak Rey dan aku juga bisa melupakan perasaanku terhadap mas Darren.
Aku langsung turun ke lantai bawah begitu mendapat pesan bahwa kak Rey sudah menungguku di depan.
Begitu aku sampai di bawah, terlihat kak Rey sedang berbicara berdua dengan mas Darren. Aku tidak tahu apa yang kedua pria itu bicarakan karena mereka berdua berdiri di luar ruangan, tepatnya di depan pintu masuk.
Aku tersenyum dan melambaikan tangan begitu kak Rey menyadari kedatanganku. Posisi berdiri kak Rey sekarang ini sedang menghadap ke arahku, jadi dia bisa langsung melihat begitu aku datang. Sedangkan mas Darren kebalikannya karena posisinya sekarang ini sedang berdiri membelakangiku, jadi dia tidak tahu kalau sebentar lagi aku akan keluar.
"Selamat pagi semuanya!" Begitu aku keluar, aku langsung menyapa keduanya dengan ceria.
Namun aku merasa ada yang aneh dengan sikap kedua pria itu. Entah mengapa begitu aku datang, keduanya malah saling diam dan berhenti mengobrol.
"Loh, kok nggak ada yang menjawab sapaan aku sih?" tanyaku yang merasa sedikit heran dengan sikap mereka berdua.
"Pagi juga, Sayang." Kak Rey tersenyum seraya berjalan menghampiriku. Sebelah tangannya langsung merangkulku begitu kami berdiri dengan posisi sejajar.
Sementara itu, lain halnya dengan mas Darren. Kakak tiriku itu malah menatap penampilanku dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Dek, penampilan kamu hari ini kenapa terlihat jelek sekali? Kamu dan Rey 'kan mau kencan, kenapa kamu malah berpakaian seperti itu?" tanya mas Darren.
"Hah? Serius, Mas?" tanyaku ingin memastikan.
Aku juga sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. Apalagi selama lebih dari 20 tahun aku mengenal mas Darren, baru kali ini dia menegur cara berpakaianku.
Padahal tadinya aku pikir penampilanku pagi ini sudah jauh lebih cantik dari sebelum-sebelumnya. Dengan balutan gaun model sabrina yang panjangnya sedikit di atas lutut, aku pikir aku terlihat lebih feminim sekarang.
"Sayang, serius penampilan aku jelek?" tanyaku meminta pendapat kak Rey. Meski pun aku belum mencintai kak Rey, tapi aku tidak mau membuatnya malu dan kecewa saat dia jalan berdua denganku.
"Tid-" Tiba-tiba saja ucapan kak Rey langsung dipotong oleh mas Darren.
"Ya jelek lah, Dek. Pokoknya sekarang kamu harus ganti baju. Ayo, sekarang kamu harus ikut Mas naik ke atas." Tanpa meminta persetujuanku, mas Darren langsung menyeretku.