NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari perayaan

Istana bersuka-cita, pesta panen tahunan akhirnya diselenggarakan. Penduduk sudah menduga bahwa panen tahun ini tidak ada perayaan mengingat negeri timur yang mengalami kekeringan di awal musim tanam. Negeri timur pun terlambat menanam hingga mereka hanya mendapat hasil yang sedikit dibandingkan tahun lalu. Tapi, penduduk negeri timur merasa itu sudah lebih dari cukup. Sehingga perwakilan negeri itu meminta pada kaisar untuk tetap merayakan panen seperti tahun-tahun sebelumnya.

Dan, Kaisar Zhou menyanggupinya. Pagi ini di istana, sebagai serangkaian acara yang akan terselenggara, salah satunya adalah pertarungan prajurit muda terbaik. Pertarungan ini hanya dengan tangan kosong, dan tanpa senjata apapun. Pemenangnya akan mendapatkan banyak keping logam dan jabatan di prajurit kekaisaran.

"Mari kita mulai pertarungan prajurit terbaik."

Gong dibunyikan bersahut-sahutan setelah Kaisar Zhou memukul Gong terbesar. Ini juga menjadi tanda perayaan panen tahunan resmi digelar selama seminggu ke depan. Pihak kekaisaran akan membagikan beberapa hasil panen pada penduduk miskin di berbagai penjuru negeri, itulah mengapa rakyat Dinasti ini begitu antusias.

"Bagaimana, paman?"

Pria paruh baya yang dipanggil paman itu menoleh, "Sudah siap, Yang Mulia."

"Anda diurutan ke lima." tambahnya.

"Baik, paman. Kalau begitu aku akan bersiap."

"Tapi, Yang Mulia." tahan pria tua itu. "Bagaimana kalau kaisar tahu."

"Kaisar tidak akan tahu kalau kau tidak. membagi informasi." orang yang dipanggil Yang Mulia itu memberikan beberapa keping logam pada pria itu, setelahnya ia pergi entah kemana.

Pertandingan pertama, kedua, dan ketiga berlangsung cukup mudah. Karena para prajurit muda memiliki ketimpangan keahlian bertarung. Kaisar Zhou bertepuk tangan ketika pertandingan keempat dimenangkan oleh prajurit berbaju kuning.

"Sudah ku duga dia pemenangnya." Ibu Suri berbisik pada kaisar.

"Ya, Ibu." balas kaisar.

Ibu Suri mengedarkan pandangannya, Permaisuri Yang Jia Li tampil mempesona dengan hanfu semerah darah, ketiga selir memakai hanfu sederhana dan, "Dimana, Mei Mei?" tanya Ibu Suri.

Kaisar Zhou menoleh, "Tadi, selir agung berada di sisi kiri permaisuri."

"Kemana ia sekarang?"

Panglima Hao membisikkan sesuatu di telinga kaisar.

"Kau yakin?"

Panglima Hao mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Baju biru." balas Panglima Hao.

"Ada apa?"

"Tidak Ibu." Kaisar Zhou menggeleng, "Aku rasa Mei-er sedang tidak enak badan saja."

Ibu Suri mengangguk, "Kalau begitu aku harus mengunjunginya."

Kaisar gelagapan karena berbohong tentang Wu Li Mei, pria itu menggeleng tegas. "Sebaiknya tidak perlu, ia akan kembali sebentar lagi. Sekarang biarkan dia istirahat dulu."

"Salam, Yang Mulia. Semoga Kaisar hidup. seribu tahun."

Kaisar menatap ke arena pertarungan, dua orang pemuda memberi hormat padanya.

"Bangkitlah." titah Kaisar Zhou. Kaisar menyipitkan matanya, guna melihat dua pemuda itu. Satu berbaju biru, dan satu lagi berbaju hijau. Kaisar tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup cadar.

Seperti itulah aturan dalam pertarungan ini, pesertanya harus memakai cadar agar tidak terjadi kecurangan. Atau justru sebaliknya.

Kaisar mengamati dengan teliti pemuda berbaju biru, pemuda itu berulang kali melayangkan pukulan pada pemuda baju hijau. Ia melompat dan menendang rahang musuhnya dengan tendangan salto.

"Baju biru itu pemenangnya." celetuk Ibu Suri, ia meletakkan cangkir teh melatinya dan mengamati pertarungan. "Dia unggul."

"Kita masih belum tahu pasti." jawab kaisar. "Masih ada peluang dia kalah."

Pertarungan berlangsung sengit, kedua kubu sama-sama kuat dan sama-sama terluka. Baju hijau berlari maju, memberikan tiga pukulan yang masih sanggup ditangkis. Baju biru terlihat kualahan, tapi jangan remehkan ketahanannya. Dia menangkap tangan baju hijau yang hendak memberikan bogem mentah kembali, melintir ke belakang hingga terdengar bunyi retakan.

Baju hijau tak tinggal diam, ia menjegal kaki baju biru sebagai upaya terakhirnya. Baju biru berhasil tumbang, tapi ia cepat bangki dan memanfaatkan keadaan lawannya yang sudah cedera. Ia melompat dan berputar untuk tendangan salto, memberikan satu bogem mentah terakhirnya.

Darah mengucur di sudut bibir pemuda baju hijau, ia tumbang saat itu juga. Wasit menghitung sampai lima dan ia tak kunjung bangun.

...****************...

Permaisuri Yang Jia Li meminum tehnya dengan gusar, wanita cantik itu memainkan cangkir tehnya sambil melirik tajam ke arena.

Permaisuri melepas satu tusuk kondenya sebagai tanda, dan pengikutnya yang berada di seberang segera melaksanakan tugas.

"Satu!"

"Dua!"

"Tiga!"

"Empat!" Wasit pertarungan menghitung, tapi pemuda baju hijau tidak kunjung bangkit.

Permaisuri Yang Jia Li menoleh ke sisi kiri, dimana Wu Li Mei baru saja bergabung. "Darimana saja Mei Mei?" tanyanya.

"Putri Zhou Xie Ling mendadak tidak sadarkan diri, jadi saya pergi untuk melihatnya."

"Ah, anak penyakitan itu." Permaisuri Yang tersenyum culas. "Lalu, bagaimana keadaannya sekarang."

"Dia sudah baik-baik saja." jawab Wu Li Mei dingin. "Oh, ku harap aku tidak tertinggal sesuatu yang menarik."

Permaisuri Yang tersenyum miring, "Sesuatu yang menarik akan segera dimulai.

"Apa?" tanya Wu Li Mei. "Apa anda mengatakan sesuatu?"

"Tidak." Yang Jia Li menggeleng, "Tidak, aku tidak mengatakan sesuatu."

"AWAS!!!!" seseorang memekik di tengah arena pertarungan, sesaat setelah wasit mengangkat tangan pemuda baju biru tanda kemenangan.

Pilar pembatas arena pertarungan mendadak roboh, karena antara satu pilar dengan pilar lainnya saling terhubung. Keempat pilar ia tumbang bersamaan, para peserta dan penonton yang berada di dekat pilar berhamburan menyelamatkan diri.

Tapi tidak untuk wasit dan pemuda baju biru yang keluar sebagai pemenang. Mereka tidak sempat menyelamatkan diri karena pilar itu tumbang dengan cepat, beruntung pemuda itu tidak tertimpa pilan besar secara utuh, hanya betis kanannya. Pemuda itu jatuh di tengah arena, cadarnya terlepas dan ia menjerit kuat merasakan sakit luar biasa di betisnya.

"Zhou Ming Hao!" teriak Ibu Suri.

Waktu seolah berhenti bagi Wu Li Mei, wanita berhanfu biru itu terhenyak sepersekian menit. Pikirannya bercampur melihat tragedi yang berlangsung sangat cepat.

Wu Li Mei mengangkat hanfunya tinggi-tinggi, wanita itu berlari menghampiri sang putra tanpa menghiraukan Ibu Suri dan orang-orang yang memanggil namanya.

Wu Li Mei sampai di arena, dan semua orang yang ingin menyelamatkan pangeran berhenti saat itu juga. Wanita itu menghampiri sang putra bersama dengan Zhou Fang Yin.

"Xiao Ming?" panggilnya, wanita itu membelai pipi Zhou Ming Hao yang kesakitan.

"Ibu!" Zhou Ming Hao meremas lengan hanfu sang ibu untuk menyalurkan rasa sakit. "Ini sakit sekali, Bu. Kakiku."

"Bertahanlah sayang."

Wu Li Mei menggulung lengan hanfunya, mencari posisinya yang nyaman untuk Zhou Ming Hao tanpa memindahkan betis kanannya.

Wu Li Mei melepaskan sepatu Zhou Ming Hao perlahan, menyobek celana yang tengah dikenakannya. Tidak ada luka fisik yang terlihat, Wu Li Mei menempelkan telinganya pada tulang kering sang putra. Terdengar suara berderik dari dalamnya, tidak salah lagi. Faktur Tibia, Zhou Ming Hao diduga mengalami patah tulang pada tulang kering kaki kanannya. Tidak ada luka fisik yang terlihat, Wu Li Mei menduga ini hanya retak.

Wu Li Mei memanggil beberapa tabib yang menjaga pertarungan, "Apa kau membawa kotak P3K?"

"Maaf, Yang Mulia. Apa itu P3K? Apa sejenis obat?"

Li Mei menghembuskan napas berat, "Turunkan tasmu!" titahnya.

Wu Li Mei mengobrak-abrik isi tas yang dibawa tabib. Dan ia tak menemukan apa yang ia cara, bahkan bidai dan mitela saja tidak ia temukan, hanya ada kain kecil dan obat herbal.

Wu Li Mei menyobek bagian bawah hanfu yang ia kenakan. Wanita itu segera membalut tulang kering Zhou Ming Hao. "Carikan aku bidai, dan tandu."

"Bidai?" tanya tabib itu lagi. "Maksud, Yang Mulia?"

Wu Li Mei menatap para tabib frustasi, "Carikan aku dua bilang papan yang panjang," wanita itu merentangkan kedua tangannya. "Dan lebarnya." Ia lalu menunjukkan lebar bidai dengan jengkalnya.

"Baik, Yang Mulia." Kedua tabib itu segera mencari balok kayu di sekitar arena bertarung. Mereka menemukan papan dari kayu dan membelahnya menjadi dua.

"Ini, Yang Mulia."

"Terima kasih." jawab Wu Li Mei. Ia kembali merobek hanfunya dan membalutnya pada kaki Zhou Ming Hao.

Para tabib tak tinggal diam, mereka meletakkan balok kayu itu di kedua sisi kaki sang putra mahkota, sesuai arahan Wu Li Mei. Zhou Fang Yin pun turut menyobek hanfunya dan memberikannya pada sang ibu.

"Terima kasih sayang." ujar Wu Li Mei pada Putri Zhou Fang Yin.

"Sama-sama, Ibu." Zhou Fang Yin ingin menangis saat Wu Li Mei menyempatkan diri mengusap puncak kepalanya. Tapi mengingat keadaan sang kakak yang terus merintih, membuatnya kembali fokus.

"Ibuuu." rintih Zhou Ming Hao. "Ini sakit, bu."

"Tenanglah sayang, ini tidak akan sakit lagi." jawab Wu Li Mei.

Sang Selir Agung membalut bidai pada kaki Zhou Ming Hao dari pinggang hingga mata kaki, memastikan kaki sang pangeran tidak bergerak sedikitpun.

Banyak orang yang menyaksikannya dibuat melongo dengan Wu Li Mei, sejujurnya mereka tidak tahu apa yang sedang sang selir kerjakan. Tapi dari caranya memberikan pertolongan pada sang putra mahkota, membuat orang-orang kagum sekaligus tersentuh.

"Tabib, mari pindahkan putra mahkota ke tandu, tolong lakukan dengan hati-hati." titah Wu Li Mei.

"Bawa dia kembali ke paviliunnya, dan pindahkan dengan hati-hati."

Wu Li Mei bernapas lega saat para tabib membawakan tandu yang tepat kali ini. Ia menghampiri Zhou Ming Hao sebelum dibawa pergi oleh tabib, "Apa masih terasa sangat sakit?" tanyanya. Tangan wanita itu mengusap peluh yang membanjiri dahi sang putra mahkota.

Zhou Ming Hao menggeleng pelan, "Sedikit lebih baik, bu."

"Kau tunggulah di paviliunmu, ibu akan kembali membawa racikan herbal." ujar Wu Li Mei.

Para tabib segera membawa putra mahkota kembali ke kediamannya, diikuti banyak penjaga dan dayang lainnya. Wu Li Mei berbalik, ia menyadari tatapan semua orang mengarah padanya.

"Kerja bagus, sayang." Wu Li Mei merangkul bahu Zhou Fang Yin tanpa mempedulikan tatapan orang-orang padanya.

"Terima kasih, ibu." Zhou Fang Yin memberanikan diri untuk memeluk tubuh ramping Wu Li Mei.

Tak ada balasan, sang putri segera melepaskan pelukannya. "Kembalilah ke paviliunmu, bersihkan tubuhmu dan istirahat."

"Baik, bu."

1
Nuha aliya
Biasa
Nuha aliya
Buruk
Anonymous
.
Media Yasin
👍👍
Putri
/Good/
Retno Nining
Luar biasa
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
Anonymous
ok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!