Sekar & Raja Phinisi

Malam itu Sekar dan Raja menikmati hidangan yang disajikan di meja. Sesekali Sekar memperhatikan Raja yang menikmati makanan. Perasaannya semakin tidak karuan saat Raja membantunya mengupas cangkang kerang. Raja juga membantu menyuapi Sekar. Senyuman yang terpancar dari bibir Raja itu membuat Sekar bingung.

Apakah bang El akan tersenyum semanis ini kalau makan berdua dengan ku nanti? Kenapa sih mas Raja selalu membuat ku salah mengartikan sikap romantisnya ini? Suhu badan ku selalu memanas kalau dekat dengannya, batin Sekar sambil melahap makanan dari sendok Raja.

“Sekar…”

“Hm? Kenapa, mas?”

“Malam ini kamu packing barang-barang mu. Besok kita berangkat ke Anambas  pakai yacht,” kata Raja yang kemudian menuangkan white wine (anggur putih).

“Jam berapa kita berangkat, mas? Berapa jam dari sini ke sana?”

“Mungkin siang atau sore. Lokasinya gak jauh dari sini. Sekitar sejam kalau air laut tidak kasar,” jawab Raja dengan menyodorkan sendok berisi daging seafood ke mulut Sekar. Sekar pun melahapnya.

“Mas, ini daging apa sih? Kenyal kenyal gini. Saya udah habis banyak loh. Gantian mas Raja juga makan. Masa cuma saya yang habisin,” kata Sekar dengan nada protes.

“Ini daging kerang gonggong. Makanan khas di Bintan.”

“Kaya pernah dengar namanya…” kata Sekar sambil mengingat-ingat.

“Ini bagus untuk stamina.”

Hanya kata ‘Ow dan Ow’ yang keluar dari mulut Sekar. Padahal dalam pikiran Raja mengatakan… Makanlah gonggong yang banyak, supaya gairah sex-mu bertambah.

Setelah makan malam selesai, Raja mengantar Sekar ke villanya. Raja mengantar Sekar sampai di depan pintu villa. Otak Raja terus berfikir mencegah Sekar agar tidak masuk ke villa. Raja ingin menghabiskan malam dengan Sekar sebelum pergi ke Anambas. Karena kalau sudah sampai Anambas, pasti Sekar akan terus bersama El.

“Sekar, kita jalan ke tepi pantai lagi yuk…” ajak Raja sambil meraih tangan Sekar. Tapi Sekar menarik tangannya.

“Mas, ini udah jam 1 pagi loh. Saya udah ngantuk banget. Badan saya rasanya panas. Kayanya mau demam. Maaf ya. Saya udah ngantuk berat,” kata Sekar sambil mendorong badan Raja. Tapi tubuh Raja tetap tegak berdiri tidak goyah.

Akhirnya Sekar masuk ke dalam villa dan mengunci pintu villanya. Raja berusaha membuka pintu villa itu tapi tidak bisa. Sudah 15 menit Raja mondar-mandir mencari cara untuk membuka pintu villa Sekar. Andai kejadian ini di kapal phinisinya, pasti dia sudah menggunakan kunci duplikat.

Tak lama kemudian, Raja mendapatkan ide untuk membuka pintu villa Sekar. Raja merogoh handphoennya dan menelpon Galang.

Tut… Tut… Tut…

“Hallo Raja? Kenapa?” tanya Galang.

“Saya butuh duplikat kunci villa 045. Tablet saya ketinggalan di dalam villa Sekar. Saya butuh itu sekarang. Sekarnya susah dihubungi,” kata Raja menjelaskan.

“Oh… Ok. Tunggu 5 menit disana. Saya akan suruh Manager jaga malam untuk kesana.”

“Ok. Thanks.”

“No problem... Bye…”

“Bye…”

Akhirnya setelah 5 menit menunggu, ada laki-laki datang ke villa 045 dan memberi duplikat kunci ke Raja. Orang itu berlalu pergi meninggalkan Raja. Tidak mau ikut campur urusan Raja, karena dia ditugaskan secara langsung oleh Galang, pemilik resort itu.

Raja mulai membuka villa Sekar dan berjalan menuju kamar Sekar. Ternyata kamar itu tidak dikunci.

Apa ini juga pertanda alam agar aku bisa bersamanya? Batin Raja dengan senyum yang berseringai. Raja dengan hati-hati melangkahkan kakinya mendekati bed dimana Sekar sudah tidur disana.

Kebiasaan Sekar saat tidur tidak memakai bhra, bisa dinikmati Raja saat ini. Dua gundukan itu terpambang nyata karena kaos Sekar tersingkap naik. Mungkin saja Sekar merasa gerah karena banyaknya gonggong yang dia makan. Raja semakin tak sabar menikmati hidangan tengah malamnya. Dia segera melepasi baju dan celananya. Raja mulai naik ke atas bed dan menggeser tubuhnya mendekati Sekar.

Kalau memang harus terjadi malam ini, terjadilah. Biar aku yang memiliki mu, batin Raja sambil menatap hidangannya penuh nafsu.

Raja mulai merabai gunung kembar Sekar dengan jari-jarinya. Bermain dengan dua bulatan kecil sambil memandangi wajah Sekar. Perempuan itu sesekali menggeliyat dan hanya kata ‘Ah dan Ah’ yang terdengar dari bibir Sekar. Suara Sekar yang menggairahkan itu membuat kejantanan Raja menegang semakin keras. Raja mulai membenamkan wajahnya diantara gunung kembar Sekar. Menciumi area pegunungan salju yang halus itu. Raja mengisap-hisap dua bulatan kecil dengan penuh nafsu. Menjilatii seluruh area pekarangan gunung hingga basah.

Tapi entah kenapa karena rasa kantuk akibat pengaruh alkohol, Raja hanya membenamkan wajahnya di pekarangan gunung Sekar. Dia menggeser tubuhnya naik mencari bibir Sekar. Tapi karena kepalanya yang begitu berat, dia hanya menciumi leher Sekar. Sementara pergerakan di area tengah terus mendusel-dusel, menggesekakn boxernya. Tapi tak lama kemudian Raja tertidur memeluk perempuan yang sudah menggoyahkan hatinya itu.

_____

Panas sinar matahari mulai masuk lewat pantulan kaca jendela di kamar Sekar. Sekar merasakan badannya seperti ditindih oleh sesuatu yang besar. Sangat besar dan berat untuk dia dorong. Matanya masih terpejam, dia mendorong sesuatu yang nyangkut di dadanya. Semakin dia mendorong, semakin dia kesakitan di area bulatan kecil di salah satu payu*daranya.

Akhirnya Sekar membuka mata yang masih mengantuk itu. Betapa kagetnya dia melihat Raja sudah bertelanjang dada sambil menggigit benda yang selalu dia rawat.

“HUAAAAAAAAAA!” Sekar berteriak dengan sangat kencang. Sambil memukul punggung Raja yang ada di atas badannya.

Raja mulai membuka matanya. Dia ikut kaget mendengar teriakan Sekar.

“Kenapa mas Raja ada di sini?!” Tanya Sekar sambil membetulkan kaosnya.

Kesadaran Raja mulai kembali. Seharusnya dia melakukan aksinya malam tadi. Tapi dia justru tertidur. Sekarang perempuan itu sudah kembali garang dan Raja belum mendapatkan apa-apa. Raja mulai memutar otaknya.

“Mm… Aku pikir ini kamar ku. Lagian aku bisa masuk pakai kunci ku,” jawab Raja dengan suranya yang masih serak. Kepalanya masih terasa berat karena pengaruh alkohol.

Sekar sudah mulai jera dengan setiap rentetan kejadian dengan Raja. Dirinya seperti dipermainkan. Sekar mulai turun dari bednya dan membuka pintu kamarnya.

“Mas Raja keluar sana. Saya udah malas berdebat,” kata Sekar tanpa melihat keberadaan Raja.

Dengan berat hati Raja harus turun dari bed. Dia memungut celananya untuk dipakai dan berjalan menuju pintu keluar.

“Sekar, sorry. Aku mabuk berat semalam. Jangan cemberut gitu dong. Sana mandi. Ntar siang kita berangkat ke Anambas,” kata Raja sambil mengusap kepala Sekar.

Sekar masih terbawa dengan emosinya. Dia masih membuang mukanya dari Raja. Setelah Raja keluar dari kamarnya, Sekar menutup pintu kamar dan menguncinya.

Sial! Menyebalkan! Bisa-bisanya dia meniduriku?! Gerutu Sekar sambil memijit pelipisnya.

“Tunggu… Apa dia sudah…?” Pikiran Sekar melayang tentang apa saja yang diperbuat Raja. Sekar berlari ke bednya dan mencari bekas darah. Dia mengobrak-abrik selimut dan bantalnya. Semua tampak putih bersih tidak ada noda darah. Dia mulai mengecek celananya. Tidak ada noda darah juga disana. Hanya becek.

“Kayanya mas Raja emang gak ngapa-ngapain. Aku masih bisa berjalan normal... Gak seperti di novel-novel yang ku baca. Huft… tapi kenapa dia harus menggigit pu*tingku? Ngeselin!” Gerutu Sekar sambil meraba dadanya.

*****

Ini bukan salah Raja & Galang

Ini salah Manager Jaga Malam

Bersambung…

*****