NovelToon NovelToon
ISTRI CANTIK SANG CEO TAMPAN : MISI BALAS DENDAMKU

ISTRI CANTIK SANG CEO TAMPAN : MISI BALAS DENDAMKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Aku mati. Dibunuh oleh suamiku sendiri setelah semua penderitaan KDRT dan pengkhianatan. Kini, aku kembali. Dan kali ini, aku punya sistem."

Risa Permata adalah pewaris yang jatuh miskin. Setelah kematian tragis ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Doni, anak kepala desa baru yang kejam dan manipulatif. Seluruh hidup Risa dari warisan, kehormatan, hingga harga dirinya diinjak-injak oleh suami yang berselingkuh, berjudi, dan gemar melakukan KDRT. Puncaknya, ia dibunuh setelah mengetahui kebenaran : kematian orang tuanya adalah konspirasi berdarah yang melibatkan Doni dan seluruh keluarga besarnya.

Tepat saat jiwanya lepas, Sistem Kehidupan Kedua aktif!

Risa kembali ke masa lalu, ke tubuhnya yang sama, tetapi kini dengan kekuatan sistem di tangannya. Setiap misi yang berhasil ia selesaikan akan memberinya Reward berupa Skill baru yang berguna untuk bertahan hidup dan membalikkan takdir.

Dapatkah Risa menyelesaikan semua misi, mendapatkan Skill tertinggi, dan mengubah nasibnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 : Gema di Balik Dinding Retak

Asap hitam dari pembakaran harta benda keluarga Permata masih membubung tinggi di langit pagi Desa Makmur. Bau kertas terbakar, kayu jati kuno, dan kain sutra peninggalan ibunya memenuhi udara, masuk melalui celah sempit jendela gudang tempat Risa meringkuk. Kakinya yang patah terasa berdenyut dengan irama yang menyiksa, namun matanya tetap terpaku pada sosok pria misterius yang baru saja turun dari mobil mewah di halaman depan.

Pria itu mengenakan setelan jas berwarna gelap yang sangat rapi, auranya begitu dingin dan mengintimidasi hingga Doni yang biasanya sombong tampak menelan ludah dengan susah payah. Namun, pria itu bukan Revano Adhyaksa. Ia adalah utusan dari sebuah konsorsium besar di kota, sosok yang menjadi "tuan" sebenarnya di balik Pak Surya.

"Kami tidak punya banyak waktu, Surya," suara pria itu terdengar berat, memecah suara retakan api. "Mana dokumen 'aset yang belum tuntas' itu? Atasan saya sudah mulai tidak sabar."

Pak Surya membungkuk hormat, sebuah pemandangan yang belum pernah Risa lihat sebelumnya. "Sabar, Tuan. Sedang diproses. Gadis itu sangat keras kepala, tapi kami sudah mematahkan semangatnya."

Risa, yang telinganya menempel pada dinding gudang yang retak, menahan napas. Aset yang belum tuntas? Dokumen apa lagi yang mereka inginkan dariku?

Pria itu tidak masuk ke dalam rumah. Ia hanya menyerahkan sebuah koper hitam kepada Pak Surya sebelum kembali masuk ke mobilnya dan melesat pergi, meninggalkan debu yang menyelimuti sisa-sisa kenangan Risa yang terbakar.

Malam harinya, rumah Permata terasa lebih sunyi namun lebih tegang dari biasanya. Doni tidak pergi berjudi. Sebaliknya, ia berada di ruang kerja bersama Pak Surya dan Paman Hari. Risa, yang dibiarkan tanpa pengobatan di gudang, menyadari bahwa penjagaan sedikit melonggar karena para anak buah Doni sedang sibuk memindahkan barang-barang yang tidak terbakar ke gudang kota.

Dengan menyeret kakinya yang dibebat kayu secara darurat, Risa merangkak menuju dinding yang berbatasan langsung dengan ruang kerja ayahnya. Gudang bawah tangga ini memiliki sebuah celah ventilasi lama yang tersembunyi di balik tumpukan koran bekas. Lewat celah itulah, Risa bisa mendengar setiap kata yang diucapkan di ruangan sebelah.

"Ini gila, Ayah!" suara Doni terdengar panik. "Kenapa orang-orang kota itu terus menagih 'Harta Karun Baskoro'? Bukankah kita sudah mendapatkan semua sertifikat tanah dan hutannya?"

"Kau bodoh, Doni!" bentak Pak Surya. Suara hantaman tangan ke meja jati terdengar keras. "Semua tanah dan kayu ini tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang Baskoro temukan di bawah tanah ladang utara. Pamanmu Hari bilang, Baskoro menyimpan peta koordinat tambang langka di dalam sebuah aset yang 'tidak terlihat'. Dan aset itu sampai sekarang belum kita temukan!"

Risa membelalak di kegelapan gudang. Tambang langka? Jadi Ayah menemukan sesuatu di ladang utara?

"Tenang, Pak Surya," suara Paman Hari terdengar tenang namun licik seperti biasanya. "Risa pasti memegang kuncinya. Baskoro sangat mencintai gadis itu. Tidak mungkin dia tidak meninggalkan petunjuk. Saya yakin 'aset yang belum tuntas' itu berkaitan dengan liontin ibunya yang kau hancurkan semalam, Doni."

"Sial!" kutuk Doni. "Kenapa tidak bilang dari awal? Aku sudah menginjaknya sampai hancur!"

"Bukan permatanya, tapi apa yang ada di dalamnya," sahut Paman Hari. "Mungkin micro-film, atau kode enkripsi. Besok, suruh anak buahmu menyisir setiap inci lantai gudang itu. Jangan sampai ada pecahan permata yang terlewat!"

Risa menggenggam pecahan permata yang masih ada di telapak tangannya. Jantungnya berdegup kencang hingga ia merasa sesak. Ternyata ini... mereka bukan hanya menginginkan hartaku, mereka menginginkan rahasia yang Ayah titipkan padaku.

Percakapan di sebelah berlanjut, semakin mengungkap sisi gelap yang lebih dalam.

"Lalu bagaimana dengan Revano Adhyaksa?" tanya Paman Hari. "Dia sudah mulai mengirim orang ke desa ini. Kalau dia tahu kita menyekap Risa dan menyabotase kematian Baskoro, kita semua tamat. Adhyaksa Group punya kekuatan untuk meratakan keluarga Wijaya dalam semalam."

"Itulah sebabnya kita harus segera menuntaskan ini," jawab Pak Surya dengan nada rendah. "Begitu kita mendapatkan koordinat tambang itu, kita akan menjualnya ke konsorsium pesaing Adhyaksa. Setelah itu, kita akan 'menghilangkan' Risa. Jika dia sudah mati, Revano tidak akan punya alasan untuk ikut campur di desa ini."

"Kapan kita melakukannya?" tanya Doni, suaranya terdengar haus darah.

"Babak terakhir akan segera dimulai," bisik Pak Surya. "Minggu depan, saat acara penyerahan kekuasaan di kantor kabupaten, kita akan memalsukan tanda tangannya untuk terakhir kali. Setelah itu, bawa dia ke tebing tempat ayahnya jatuh. Kita buat seolah-olah dia bunuh diri karena depresi yang berkepanjangan."

Risa menyandarkan kepalanya ke dinding semen yang dingin. Air matanya tidak lagi keluar. Rasa takutnya telah menguap, digantikan oleh kesadaran yang mengerikan bahwa waktu hidupnya tinggal satu minggu lagi. Di kehidupan pertama ini, ia benar-benar terjepit di antara dua kekuatan besar yang memperlakukannya seperti barang dagangan.

Revano Adhyaksa... jadi dia mencari bukti pembunuhan Ayah? batin Risa. Tapi kenapa dia tidak bertindak sekarang? Mengapa dia hanya mengawasiku?

Ia menyadari sebuah kebenaran yang pahit: Revano mungkin bukan seorang pahlawan. Dia mungkin hanya seorang predator lain yang menunggu saat yang tepat untuk merampas rahasia ayahnya dari tangan keluarga Wijaya. Di dunia ini, tidak ada satu pun orang yang bisa dipercaya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekati pintu gudang. Risa dengan cepat merangkak kembali ke sudut dan pura-pura pingsan.

Pintu terbuka. Doni masuk dengan senter di tangannya. Ia menatap Risa dengan pandangan penuh selidik. Ia berjalan mendekati Risa dan mulai menggeledah pakaiannya secara kasar.

"Di mana kau sembunyikan pecahan itu, Risa?!" bentak Doni sambil mengguncang tubuh Risa.

Risa tetap diam, membiarkan tubuhnya lunglai seperti boneka kain. Ia tahu jika ia menunjukkan reaksi sedikit saja, Doni akan menyiksanya lagi untuk mencari tahu koordinat tambang itu.

"Bangun, sialan! Aku tahu kau hanya pura-pura!" Doni menampar pipi Risa berulang kali.

Risa terpaksa membuka matanya, menatap Doni dengan pandangan kosong yang menyeramkan. "Pecahan apa? Semuanya sudah kau hancurkan... seperti hidupku..."

Doni menjambak rambut Risa dan menyeretnya ke tengah gudang. "Dengar, aku tahu ada sesuatu di balik liontin itu! Katakan padaku, atau aku akan membakar Bi Nah hidup-hidup di depan matamu!"

Risa tersentak. Bi Nah. Pelayan satu-satunya yang masih memiliki nurani. "Jangan... jangan sakiti Bi Nah..."

"Oh, jadi kau peduli padanya? Bagus," Doni menyeringai puas. "Katakan padaku, apa rahasia di balik 'aset yang belum tuntas' itu? Ayahmu menyimpan kode koordinat di mana?!"

"Aku tidak tahu... Ayah hanya memberiku kalung itu untuk dijaga... dia tidak pernah bicara soal koordinat atau tambang..." Risa mencoba berbohong, namun suaranya bergetar.

Doni tidak percaya. Ia mengambil pecahan botol kaca yang berserakan di lantai gudang—sisa botol yang ia lempar kemarin—dan menekannya ke pipi Risa. "Jangan mencoba membodohiku, Risa. Pamanmu sudah menceritakan semuanya. Baskoro tidak akan memberimu sesuatu tanpa maksud tertentu. Apa isinya?! Angka? Simbol?"

"Tidak ada... tolong..."

Siksaan fisik itu berlanjut selama berjam-jam. Doni mencoba menginterogasi Risa dengan cara yang brutal, namun Risa tetap pada pendiriannya. Ia menyadari bahwa rahasia ini adalah satu-satunya pelindung hidupnya. Selama mereka belum mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka tidak akan membunuhnya sekarang.

Namun, daya tahan tubuh Risa mencapai titik kritis. Luka di punggungnya yang terinfeksi mulai mengeluarkan bau yang tidak sedap. Demamnya membuat ia mulai meracau.

"Ayah... permatanya... permatanya ada di dalam..." gumam Risa dalam igauannya.

Doni mendekatkan telinganya. "Di dalam apa?! Katakan!"

"Di dalam... bayangan..."

Doni mengerutkan kening. "Bayangan? Apa maksudmu?!"

Sebelum Doni bisa mendapatkan jawaban lebih lanjut, Melati masuk ke dalam gudang dengan wajah panik. "Doni! Berhenti! Pak Surya memanggilmu. Ada masalah di ladang utara. Orang-orang Adhyaksa sudah mulai memblokir jalan masuk!"

Doni mengumpat keras. Ia menendang kaki Risa sekali lagi sebelum keluar bersama Melati. "Tunggu saja, Risa. Aku akan kembali, dan kau akan bicara!"

Risa ditinggalkan dalam kesunyian nerakanya kembali. Kata-kata "di dalam bayangan" yang ia ucapkan sebenarnya bukan sekadar racauan demam. Ia tiba-tiba teringat sebuah lukisan besar di ruang tamu ayahnya—lukisan pemandangan ladang utara saat matahari terbenam. Ayahnya selalu berkata, "Risa, perhatikan bayangan pohon jati tertua itu. Di sanalah harta sejati keluarga kita berada."

Jadi itu kuncinya... bukan di permatanya, tapi di lokasinya, batin Risa.

Ia melihat ke arah jendela gudang. Ia harus bisa menyampaikan pesan ini kepada seseorang yang bisa menghancurkan keluarga Wijaya. Jika ia tidak bisa hidup, setidaknya ia harus memastikan musuh-musuhnya tidak pernah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Namun, siapa? Paman Hari adalah pengkhianat. Revano Adhyaksa adalah misteri.

Risa melihat pecahan permata di tangannya. Ia melihat sebuah simbol kecil di bagian dalam pecahan yang tersisa. Sebuah simbol berbentuk burung garuda kecil yang terukir sangat halus. Itu bukan simbol perusahaan ayahnya. Itu adalah simbol Keluarga Adhyaksa.

Risa terpaku. Jadi... Ayah bekerja sama dengan keluarga Adhyaksa selama ini? Apakah itu alasan Paman Hari membencinya? Karena Ayah lebih mempercayai orang luar daripada adiknya sendiri?

Segalanya mulai masuk akal. Pak Surya dan Paman Hari ingin mencuri aset itu sebelum keluarga Adhyaksa mengambilnya. Risa menyadari bahwa ia bukan sekadar korban, tapi dia adalah pemegang kunci dari sebuah perang besar antara dua dinasti bisnis.

Malam itu, Risa merobek bagian bawah bajunya yang masih bersih. Dengan darah dari lukanya sendiri yang ia gunakan sebagai tinta, ia menulis sebuah kode singkat di atas kain itu. Kode yang ia ingat dari kenangan samar ayahnya.

"UTARA - BAYANGAN JATI TUA - 09.00"

Ia menyisipkan kain itu di celah dinding gudang, berharap Bi Nah atau utusan misterius itu akan menemukannya. Ia tahu ini adalah taruhan nyawanya. Jika Doni menemukannya lebih dulu, ia akan mati malam ini juga.

Beberapa jam kemudian, saat rumah mulai sunyi, Risa mendengar suara gesekan di balik pintu gudang. Pintu tidak terbuka, namun sebuah surat kecil diselipkan melalui celah bawah pintu.

Risa mengambilnya dengan tangan gemetar. Surat itu bukan dari Revano. Surat itu dari Paman Hari.

"Risa, jangan berharap pada Adhyaksa. Mereka yang membunuh ibumu dulu. Jika kau ingin hidup, berikan koordinat itu padaku secara rahasia, dan aku akan membantumu kabur ke luar negeri sebelum Doni membunuhmu minggu depan. Pilihan ada di tanganmu: Mati di tangan Doni, atau selamat bersamaku."

Risa meremas surat itu hingga hancur. Kebohongan baru. Pengkhianatan baru. Paman Hari sedang mencoba bermain di dua kaki. Ia ingin mengkhianati Pak Surya demi mendapatkan seluruh harta itu untuk dirinya sendiri.

Kalian semua... benar-benar iblis, batin Risa.

Ia menyadari bahwa di kehidupan pertama ini, ia benar-benar tidak memiliki jalan keluar. Semua orang yang mendekatinya hanya menginginkan rahasia ayahnya. Kematian terasa semakin dekat, dan Risa mulai menerima kenyataan bahwa ia mungkin tidak akan selamat dari minggu ini.

Namun, ia tidak akan membiarkan mereka menang. Jika ia harus hancur, ia akan membawa rahasia ini bersamanya ke dalam kubur.

Keesokan paginya, Doni masuk ke dalam gudang bukan untuk menyiksa Risa, melainkan dengan wajah yang penuh senyum munafik. Ia membawa seorang pria asing berpakaian medis.

"Risa, aku punya kejutan. Ini adalah dokter dari kota. Dia akan mengobati kakimu dan punggungmu," ujar Doni sambil membelai rambut Risa yang kotor.

Risa menatap dokter itu dengan penuh kecurigaan. Saat dokter itu mendekat untuk menyuntikkan sesuatu ke lengan Risa, Risa melihat tato kecil di pergelangan tangan dokter itu. Tato berbentuk Burung Garuda.

Dokter itu berbisik sangat lirih saat menyuntikkan obat penenang ke tubuh Risa. "Jangan bicara. Aku orangnya Revano. Koordinatnya... di mana?"

Risa terdiam. Harapan atau jebakan? Sebelum ia bisa menjawab, obat itu mulai bekerja, menariknya ke dalam kegelapan yang dalam. Di ambang kesadarannya, ia melihat Doni dan dokter itu sedang bertukar pandang yang penuh arti. Ternyata, orang-orang Revano pun sudah mulai menyusup ke dalam lingkaran terdalam Doni, namun Risa tidak tahu apakah itu untuk menyelamatkannya atau untuk menginterogasinya dengan cara yang lebih halus.

1
Andira Rahmawati
hadir thor.. kerenn ...walau jln ceritanya agsk rumit sih👍👍👍
Ayu Nur Indah Kusumastuti: bener banget kak, tapi mungkin ini gaya authornya kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!