NovelToon NovelToon
Lesson After Class

Lesson After Class

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gadis nakal / Dosen / Diam-Diam Cinta / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: SweetMoon2025

Yurika Hana Amèra (Yuri), mahasiswi akhir semester dua yang mencari tempat tinggal aman, tergiur tawaran kosan "murah dan bagus". Ia terkejut, lokasi itu bukan kosan biasa, melainkan rumah mewah di tengah sawah.

Tanpa disadari Yuri, rumah itu milik keluarga Kenan Bara Adhikara, dosen muda tampan yang berkarisma dan diidolakan seantero kampus. Kenan sendiri tidak tahu bahwa mahasiswinya kini ngekos di paviliun belakang rumahnya.

Seiring berjalannya waktu, Yuri mulai melihat sisi asli sang dosen. Pria yang dielu-elukan kampus itu ternyata jauh dari kata bersih—ia sangat mesum. Apalagi ketika Kenan mulai berani bermain api, meski sudah memiliki pacar: Lalitha.

Di tengah kekacauan itu, hadir Ezra—mahasiswa semester empat yang diam-diam menaruh hati pada Yuri sejak awal. Perlahan, Ezra menjadi sosok yang hadir dengan cara berbeda, pelan-pelan mengisi celah yang sempat Yuri rindukan.

Antara dunia kampus, cinta, dan rahasia. Yuri belajar bahwa tidak semua yang berkilau itu sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SweetMoon2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Bukan Sekedar Sarapan

​Mereka memutuskan buat sarapan bareng di rumah Ezra. Yuri yang turun pesan makanan di kedai langganannya. Ezra cuma ngikut aja.

​"Dia bukan cewek kalau ditanya jawabnya 'terserah'. Bagus... nggak bikin pusing," gumam Ezra dalam hati sambil bersandar di jok mobil.

​Sambil nunggu Yuri, Ezra celingukan. Dia yakin anak kampus nggak bakal sadar kalau mobil ini miliknya. Selama ini dia jarang bawa mobil, lebih sering dia nebeng temen beda fakultas atau naik motor gedenya.

​Yuri selesai dengan makanan yang dia pesan dan kebetulan bertemu sama salah satu seniornya. Karena udah terlanjur saling tatap, dia menyapa dengan sopan.

​"Mari Kak Tania," sapa Yuri. Tania ini salah satu Komdis yang dulu sewot banget sama Yuri pas ospek, entah kenapa.

"Iya", jawabnya jutek.

​"Anj— ada Tania," desis Ezra yang melihat dari mobil. Dia langsung menyalakan mesin. Ezra cuma bisa berharap Tania nggak lihat jelas siapa pengendaranya. Dia sudah muak dengan segala tingkah Tania cegilnya nomer satu yang belum menyerah juga sampai sekarang.

Yuri masuk mobil sedikit ngos-ngosan. Dia sengaja jalan cepat biar nggak lama-lama berdiri dekat Tania yang mata elangnya jelas menilai Yuri dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ezra langsung menjalankan mobilnya, seolah ingin kabur.

Tania mengerjap waktu Yuri buru-buru pergi. Lalu mobil hitam di parkiran melaju begitu saja. Tania sempat lihat siluet pengemudinya. Dadanya langsung berdesir. “Ezra?” gumamnya penuh curiga sekaligus kesal. Ada hubungan apa mereka?

***

“Enak ternyata,” komentar Ezra setelah selesai makan. Ini pertama kalinya dia mencoba warung yang direkomendasi Yuri.

“Lebih enak lagi kalau ada cakalang suwirnya, Bang. Sayang tadi kosong,” balas Yuri sambil sibuk makan. Dia duduk bersila, ekspresi polosnya membuat ruangan terasa hangat.

Mereka makan di lantai, di atas karpet ruang tengah, sambil nonton kartun pagi—yang asal Ezra putar tadi di televisi.

“Next, kita beli lagi ke sana,” celetuk Ezra santai.

Yuri mengangguk pelan, tapi hatinya heboh tak karuan. Next. Bang Ezra bilang next. Dia menyuap makanan sambil menahan senyum salah tingkahnya.

Ezra selesai duluan dan naik ke kamar buat mandi. Kantuknya saat ini sudah menghilang.

Yuri yang pagi itu pakai celana panjang abu dan kaus ketat putih—jaketnya dia lepas saat makan tadi—mulai beresin piring dan mencuci seperti di rumah sendiri. Setelahnya dia duduk di lantai bersandar ke sofa, membuka buku catatan buat ujian Senin nanti. Earbuds terpasang, musik mengalun ditelinganya. Mulutnya sibuk bernyanyi lirih, bahunya bergoyang ringan.

Rasa takut? Canggung? Sejujurnya…sudah nggak ada. Entah kenapa dia justru nyaman di rumah Ezra. Terlalu nyaman.

Ezra turun dan berhenti di tangga begitu melihat Yuri bernyanyi kecil. Tanpa pikir panjang, dia ambil ponselnya di saku celana dan merekam. Dia senyum sendiri, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.

Tuhan… makhluk mungil dan manis ini… gemesin banget.

Setelah selesai merekam dan mengambil beberapa foto curi-curi momen, Ezra nyimpan ponselnya dan duduk di sofa tepat di belakang Yuri. Sofa bergerak sedikit, bikin Yuri kaget dan menengok cepat ke belakang.

“Bang Ez, ih! Suka banget ya ngagetin!” omelnya sambil elus dada karena kaget.

Ezra cuma bisa ketawa. Saat Yuri hendak menimpuknya pakai buku, Ezra nangkap tangan itu dan—tanpa mikir—mencium punggung tangan Yuri.

“Bang!” Yuri refleks terlonjak. Pipinya merah, hatinya nggak jelas ritmenya. Apaan sih?! Cium-cium mulu! Tapi tubuhnya justru menikmati, dia suka.

Ezra cuma menyeringai, lalu menarik tubuh Yuri pelan memeluk dari belakang. Kecupan mendarat di kepala Yuri. Tangannya merangkul lehernya.

Yuri membeku dengan perlakuan Ezra padanya. Salah tingkah. Suka, tapi takut kegeeran. Apa Ezra kayak gini ke semua cewek? Secara dia kapten basket… di novel-novel sih biasanya playboy. Kepala Yuri makin penuh pikiran liar dan mulai menyusun banyak rencana.

“Gue mau hukum lo, Hana. Kayak yang gue bilang semalem,” bisik Ezra pas di telinganya.

Telinga Yuri langsung menghangat. Dia menoleh cepat, bingung. Hukum apa? Gara-gara gue belum save nomor dia?

Cup.

Ezra mengecup telinga Yuri lembut.

“Ah—” Yuri refleks mendesah dan langsung menutup mulutnya sendiri. Malu setengah mati. Sial, bisa-bisanya gue desah!, rutuknya dalam hati.

"Bang Ez", Yuri akan protes, tapi...

​"Apa Hana?" panggil Ezra, suaranya masih di telinga Yuri serak. Kali ini dia menjilat pelan telinga Yuri. Telinganya makin memerah. ​Yuri sadar dan mengepalkan tangannya biar nggak desah lagi.

​"Sudah, Bang. Cukup," kata Yuri lemah dengan suara bergetar.

​Ezra menghela napas panjang, sadar dia mulai kebablasan. Dia menyandar di sofa, meremas rambutnya, mencoba menenangkan diri. Yuri hendak berdiri dan menjauh, tapi Ezra dengan cepat menarik lengannya pelan. Tenaga Ezra terlalu besar—Yuri otomatis jatuh ke arah tubuhnya.

Detik berikutnya, Yuri sudah menindih badan Ezra. Matanya membesar. Kedua tangannya menekan dada Ezra. Tubuh Ezra terasa kokoh di balik kaus putih tipis itu. Ototnya… ya ampun.

Ezra cuma senyum melihat Yuri membeku di atasnya. Menikmati wajah panik Yuri. Tangannya mulai bergerak nakal menyentuh pinggang Yuri.

“Hana…” suaranya berat, penuh maksud.

Yuri masih sibuk dengan pikirannya, sampai tangannya tanpa sadar bergerak turun ke perut Ezra yang berotot.

“Argh…” Ezra mendesah tertahan.

Ezra bangun untuk duduk lebih nyaman, perlahan dia mengangkat Yuri tetap di pangkuannya. Yuri jelas mau turun, tapi tangan Ezra menahan pinggangnya kuat. Yuri panik, berusaha lepas dengan pipinya yang memerah.

​Ezra mengangkat dagu Yuri dengan satu jari, memaksa mereka untuk saling tatap. Yuri menelan ludahnya susah payah. Matanya turun ke bibir Ezra.

Tanpa pikir panjang, Yuri yang terlebih dulu nergerak mencium Ezra.

Dia rindu. Dia suka. Dia mau lagi dari semalam. Dia mau lebih.

Ezra sempat kaget, tapi langsung ikut membalas—lebih keras, panas, dan dalam. Decakan jelas terdengar di ruang tengah. Yuri melumat bibir atas Ezra, sementara Ezra menghisap bibir bawah Yuri. Lidah mereka saling menyapu, saling mengejar satu sama lain.

Ciuman itu kemudian turun ke leher Ezra. Kali ini Yuri yang memulai dna memimpin. Ezra hampir saja kehilangan akal sehatnya dengan tindakan Yuri pagi ini.

“Argh…” desahnya, tangannya langsung masuk ke bawah kaus putih tipis Yuri, mengusap punggung halusnya memberi sensasi tambahan. Matanya terpejam menikmati apa yang dilakukan Yuri padanya pagi ini.

Ezra meremang seketika saat bibir Yuri menyentuh lehernya—ringan, itu cukup membuat seluruh tubuhnya menegang. Sensasi yang menyambar cepat, menyalakan sesuatu yang sulit ia jinakkan. Dengan napas yang berat, tangannya otomatis menarik Yuri lebih dekat lagi, dan kini gilirannya menunduk, mencium leher Yuri perlahan… lalu lebih dalam.

Yuri menggigil kecil, membuat Ezra hampir kehilangan kontrol.

“Bang… jangan kasih tanda,” bisik Yuri, masih menahan napas. “Nanti siang kita... ah… pemotretan”, desahnya.

Ezra berhenti tepat sebelum tekanan itu berubah jadi jejak. Rahangnya mengeras, menahan diri. Dia hanya membiarkan bibirnya menyentuh kulit Yuri tanpa menekan, mengecupnya lebih banyak. Ia suka wangi Yuri, membuatnya candu.

“Lo bikin gue naik,” gumamnya lirih, masih menahan hasrat yang menggelegak. Yuri hanya tersenyum seolah dirinya menang, dengan tangannya terus mengelus rambut pendek Ezra.

Tapi Ezra tetap patuh. Satu-satunya tanda yang ia tinggalkan hanyalah napasnya yang masih bergetar di kulit Yuri.

​Pagi itu keduanya sudah hampir kelewat batas… sampai—

Drrrt drrrt.

Suara dering ponsel Yuri memotong semuanya.

1
Tinta Kental
hm....... menarik....
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: ditunggu komen-komen lainnya 🤗😘
total 3 replies
Siti Musyarofah
jiwa misquenku meronta😭
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: sabar ya kak. yang nulis pun sama 🤣🤭
total 1 replies
Bengkoang Studio
Anjaaay, 'Pesona dozen muda.' 😌
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: anda berisik ya... kasih hadiahnya kaka 🤣🤣🤣
total 1 replies
Vanilla Ice Creamm
hola.... nice see you again 😍
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Hallo Miss Ice Cream 🥰❤️
total 1 replies
WidBy
waduh, jangan macem2 Ez
WidBy
Lanjut thor
WidBy
wih muncul cwo baru nih
WidBy
siapa ya?
WidBy
Hayoloh, Pak Kenan
WidBy
lanjut...
WidBy
seru
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025: Makasih ya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!