NovelToon NovelToon
Bun Dasim

Bun Dasim

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: bundaAma

Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.

"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"

Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.

Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.

Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.

"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."

Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

-18

Menatap ruang kerja di rumahnya yang telah berantakan tak berbentuk, Bagas hanya menghela nafas berat, akan tetapi tangannya mengepal dengan kuat, menandakan jika ia sudah tidak bisa lagi mentolerir masalah ini.

Andreas ikut sibuk mencari flashdisk dan berkas berkas yang tengah mereka selidiki, namun naas mereka tak menemukan yang mereka cari dari tumpukan tumpukan kertas berkas yang berhamburan.

"Seperti nya kita tidak sedang menghadapi musuh, melainkan kawanan serigala berbulu domba..." ujar Bagas seraya tersenyum devil, wajah nya yang biasanya terlihat teduh dan penyayang kini terlihat seperti malaikat maut yang siap mencabut nyawa siapapun.

Merekapun segera pergi ke kantor tempat mereka bekerja, sesampainya di sana para wartawan telah berkumpul di depan kantor kementerian keuangan untuk meminta respon atas dugaan kasus kehilangan bukti korupsi di rupbasan.

Bagas pun berjalan santai menjawab satu persatu pertanyaan wartawan sembari mencari posisi yang pas untuk menjawab wawancara mereka.

"Maaf banget yah, bapak ibu kakak atau bahkan adik wartawan sekalian, saya sebagai menteri keuangan tidak bisa menjelaskan secara detail tentang kejadian di rupbasan, karena saya tidak tahu dengan pasti kejadian di sana, meskipun memang bukti itu di hasilkan oleh kami yang bekerja sama dengan KPK, untuk itu mohon perhatiannya dari masyarakat sekalian untuk terus mengawal kasus ini sampai bertemu titik terang nya...." ujar Bagas dengan suara tegas.

"Atas perhatian nya saya ucapkan terimakasih..." tutup Bagas, mengakhiri wawancaranya lalu berbalik masuk ke dalam kantor kementerian tempatnya bekerja.

"Pak, apa benar tidak hanya satu menteri yang terlibat dalam kasus ini?..."

"Apakah bapak tidak takut jika harus menghadapi orang orang yang seperti kartelll"

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang para wartawan layangkan kepada nya, namun Bagas tidak ingin terlalu berlama lama di wawancara, karena kali ini ia tidak boleh memperlihatkan kinerja nya kepada siapapun.

"Periksa cctv beberapa hari sebelum kebakaran di rumah, laporkan jika ada sesuatu yang mengganjal..." titah Bagas pada Andreas, lalu duduk di kursi kebesarannya.

Meskipun kali ini Bagas kalah telak karena semua bukti bukti yang akan menjebloskan para menteri korup itu menghilang, namun ia tetap tidak menyerah, baginya ini masih permulaan.

"Siapa saja yang tahu tentang bukti yang ada di rumah?"

"Leni? Papah? Tidak mungkin karena aku tahu betul mereka bukan musuhku, jika mereka membenciku tidak mungkin papah membantuku sampai di posisi ini, dan terlebih tidak mungkin Leni, ia tengah sakit jadi untuk apa? Tidak ada untung nya sama sekali"

Bagas mencoba menebak kira kira siapa yang menghancurkan bukti bukti nya di rumah.

Malam harinya, Bagas kembali ke hotel yang semalaman ia pesan bersama Jasmin, ia sengaja pulang ke hotel dan tidak menjemput Leni ke rumah pak Barren karena Leni bilang sendiri, jika dirinya masih betah di rumah pak Barren sekaligus ia tengah menyiapkan untuk acara anniversary mereka nanti.

"Udah pulang pak?" tanya Jasmin yang tengah menggantikan baju putranya.

"Papah... Azzam kangen.." ujar Bagas seraya berlari menghampiri Bagas yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel.

Mwahhhh cupp cupp

"Maaf yah, papah belum bisa nemenin Azzam main, di kantor papah lagi sibuk..." ujar Bagas seraya mengecup wajah dan kepala sang putra.

"ITS okey pah, Azzam seharian ini pun main sama bunda sama Tante..." ucapnya bercerita.

"Main ke mana?" tanya Bagas yang sudah antusias mendengarkan cerita sang putra ia pun menggendong sang putra lalu mendudukkan nya di atas pahanya seraya mendudukkan bokong nya di atas sofa yang ada di sana.

"Main ke Playground yang ada di mall pah..." ucap Azzam dengan nada antusias.

"Terus tadi juga Bunda ketemu sama ok Dimas, jadi sekalian ngedate bareng deh, pokoknya seru..." lanjutnya lagi.

"Terus Azzam juga di beliin ini sama om, bentar Azzam ambil dulu..." ia pun berlari turun dari atas paha sang ayah mengambil mainan yang di belinya tadi siang.

Sebuah dinosaurus yang bisa bergerak sendiri, dan bisa juga mengeluarkan telur dari dalam mulutnya.

"Bagus kan pah??" tanya Azzam memamerkan mainannya kepada sang ayah.

Bagas hanya diam, tiba tiba saja mood nya begitu buruk saat melihat putranya begitu bahagia belanja bersama teman bundanya itu.

"Kamu kok gak ngomong ke saya kalo mau ke mall?" tanya Bagas pada Jasmin yang tengah duduk di meja rias memakai masker wajah di wajahnya.

"Emang harus ngomong pak? Kan biasanya juga saya suka ke mall, tapi gak perlu bilang sama bapak..."

"Masa saya harus chat atau telpon Andreas cuman buat ngasih kabar kalo saya mau ke sana mau ke sini... Kan kasian Andreas repot.." jelas Jasmin cerewet, seraya membenarkan tata letak maskernya yang bergeser.

"Kenapa gak langsung chat ke saya ajah?" tanyanya dengan suara yang sedikit bervolume.

"Ngapain? Bapak kan pasti banyak kerjaan, ngeganggu kerjaan bapak ajah, lagian sedari awal kita kan udah janji tidak akan menuntut apapun apalagi cuman jalan ke mall tanpa bilang dulu..." ujar Jasmin merasa heran saat melihat sikap Bagas yang terkesan seolah olah mereka benar benar suami istri yang sesungguhnya.

Huftttt

Bagas hanya menarik nafasnya dengan berat, seraya membuka jas nya beserta baju yang dipakainya.

"Papah liat.. baju bunda bagus kan? Ini di beliin om Dimas, kalena pas bunda liat baju ini bunda suka jadi di beliin pahh..." ucap Azzam berlari ke arah Bagas seraya membawa paper bag yang berisi baju milik Jasmin.

Damnnnn itttt

Bagas hanya bisa mengumpat tanpa suara, matanya memerah dadanya bergemuruh entah mengapa Bagas merasa Jasmin sedikit kurang ajar karena berani berinteraksi dengan lelaki lain selainnya, akan tetapi ia tetap memaksakan senyum di wajahnya seraya mengecup wajah sang putra tanpa berbicara.

Brughhhhh

Pintu kamar mandi di tutup dengan kencang, Azzam hanya melongo dan bertanya pada sang bunda ada apa dengan papahnya, dan sang bunda hanya menjawab dengan gelengan kepala dan tangan yang menarik ke atas tanda jika dirinya pun tidak tahu menahu.

Sedangkan di rumah pak Barren, pak Jamok tengah duduk bertamu di kursinya, ia ingin mengucapkan rasa terimakasih karena pak Barren telah membantunya keluar dari tuduhan tuduhan yang jelas terbukti.

"Jika bukan karena bapak, mungkin hari ini saya tetap tidur di KPK, jika tidak beruntung mungkin tidur di balik jeruji besi..." ucap pak Jamok seraya dengan kekehan nya.

"Saya bilang juga tenangg.... Rencana saya sudah benar benar matang jadi tidak akan semudah itu untuk gagal...hahahahah..." ujar pak Barren seraya tertawa terbahak-bahak.

"Jika semua menteri atau setidaknya 80% menteri dan pejabat memihak kita, bukankah kita tinggal menyingkirkan batu loncatan yang sudah tidak terpakai?" tanya Pak Barren dengan wajah sombong nya.

"Hahhhh!!!" pak Barren mendesah kasar seraya menyandarkan kepalanya ke kursi yang didudukinya.

"Cari tahu tentang kelemahan ketua KPK, dan cari tahu juga tentang kejaksaan dan pengadilan, kita harus menyimpan orang orang kita di sana untuk berjaga jaga rencana kita gagal..." titahnya.

"Baik pak, saya akan mencari kelemahan mereka..." jawab pak Jamok lalu berpamitan pulang setelah memberikan bingkisan satu koper yang entah berisikan apa saja.

"Apa kamu merekam semuanya dim?" tanya Pak Jamok pada Dimas asisten pribadinya baik di rumah maupun di kantornya.

"Sudah pak..."

"Simpan baik baik buktinya, jangan sampai kita harus jatuh sendirian..." ujarnya lalu masuk ke dalam mobil yang mereka tumpangi.

1
31_PUTU WIDIARTA
Keren banget nih cerita, semangat terus author!
Kanza: dukun author pemula ini yah bun🙏
total 1 replies
Willian Marcano
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!