Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XIII CINTA ITU SETIA
Bakrun merebahkan tubuhnya di kursi malas, hari itu dirinya sudah tidak punya beban apapun, semua akan berjalan sesuai harapan, sahabatnya tidak harus mendapat tekanan atau pun sesuatu yang membuat renggangnya hubungan, sahabatnya harus tetap fokus untuk masa depan. Dalam diri Bakrun yang tersirat hanya ingin menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, terserah orang lain mau bilang apa, kaya mungkin jadi kesenangan di mata orang lain, tapi yang menjadi orang kaya belum tentu bisa hatinya setenang orang berakal.
Siang itu, saat ibunya baru pulang dari jualan, dan selalu ditemani oleh sahabat baiknya, melangkah mengais rejeki yang halal, mencari sebuah harapan tanpa harus membuat darah daging anaknya dibekali rejeki yang kotor alias haram.
" Lho....udah pulang Run, memangnya sudah selesai kerjaan mu di sana ?" tanya Ibu Sukesih.
" Sudah Bu, tadi Ibu Lia kesana juga Bu, Alhamdulillah, Mira mau untuk ke dokter, semoga saja semua berjalan lancar Bu," kata Bakrun.
" Oooooh begitu Run, syukurlah, semoga nanti bisa menjadi sebuah kebanggaan dirinya, tidak minder atau pemalu, kasihan juga si Mira," tutur ibunya.
" Iya Bu," kata Bakrun sambil bangun dari lelesonannya.
Ibu Sukesih menuju ke belakanh rumah, di sana masih ada Hadi yang sedang membawa perabotan bekas jualan, sambil meletakkan di meja yang ada di dapur.
" Kalau sudah nanti makan dulu ya Had," kata ibu Sukesih sambil mempersiapkan makanan untuk Hadi.
" I nya hu, ang ti a an hu," jawab Hadi, lalu keluar menaruh sepeda di bawah pohon mangga.
Di dapur itu Hadi makan dengan lahapnya sambil minum es teh manis, ia tampak lelah dengan keringat yang membasahi pakaiannya.
" Wah....rupanya ada pendekar nih lagi makan, katanya kalau makan suka yang pedas-pedas luh," celoteh Bakrun.
" A ta capa Lun, aya alo a an ncu nga hedas, nga uka auh," jawab Hadi sambil mengambil krupuk.
" Itu sih , apa aja dimakan luh, emang luh lapar banget ya ?" seloroh Bakrun.
" I nya, co al nya hadi dah owang eu ceun ha nya, auk auk hi ana," jelas Hadi.
" Ooooh, pesan banyak, berapa ?" tanya Bakrun.
" ntang aya tung," jawab Hadi sambil menghitung jumlah pesanan.
" Lun, aha wa elu wa ema ," jawab Hadi.
" 20 sampai 25 gitu, banyak banget tuh," kata Bakrun.
" I nya lah bo," jawab Hadi.
Kedua sahabat iti saling mengobrolkan dagangan, sementara ibunya sedang membuatkan Mie rebus dikasih telur buat Bakrun.
" Ini Mie nya Run, makan dulu sana sama Hadi," suruh ibunya pada Bakrun.
Keduanya makan bersama sambil bercanda, rupanya Bakrun kalau sudah sama Hadi itu memang merasa enak, soalnya kalau ngomong Hadi itu sering nggak jelas.
Selesai makan lalu Hadi pamitan pulang, sedangkan Bakrun menonton TV, yang kemarin diambilnya. Saat itu acara TV sedang ada siaran langsung Volli, antara Indonesia melawan Korea, tim putra, dan tentu saja Bakrun sangat suka Volli.
Lagi asyik-asyiknya nonton voli, terdengar suara orang mengetuk pintu, dan ternyata Dakir , Heru dan Yanto.
Setelah memberi salam, duduklah ketiga tamu itu, sementara Heru segera masak air untuk bikin kopi, dan Dakir membuka bungkusan cireng plus ada petis sama cabai.
" Wah....ini pesta makanan dong, siapa ini bos nya," kata Bakrun.
" Biasa lah Heru, dia kan suka traktir kita, nggak kaya Yanto, nggak suka traktir," sahut Dakir.
" Apa....sudah tadi saya parkir tuh sepeda ", jawab Yanto.
" Hei.....traktir pe A," hardik Dakir sedikit kesal.
" Gila luh, saya sudah parkir sepeda tau," kata Yanto sedikit marah.
" Eh....trak tir....bukan par kir, paham pe A," hardik Dakir menambah suasana sedikit berisik.
" Saya kan belum kerja Kir, wajar dong belum bisa traktir kalian," seloroh Yanto sambil menuangkan air kopi.
" Makanya kalau bolot tuh jangan dipelihara", sahut Heru.
" Wah...hebat tuh.....jadi Indonesia juara ya , hebat....hebat....Kir...Indonesia juara Kiiiiiir," girang Yanto.
Dakir yang dari tadi kesal sama Yanto, lalu menjewer telinga Yanto.
" Hei....pe A....bukan juara tapi budeg luh itu di pe li ha ra," ujar Dakir tambah kesal.
" Dasar bego luh Kir....main voli di vihara.....bego luh...", kata Yanto.
Dakir jadi melongo , semua jadi ketawa cekakakan.
Mereka selalu kompak dalam bersahabat dan selalu saling memahami atas kelebihan dan kekurangan. Semuanya menjadi sebuah perjalanan masa muda, yang penting jangan langgar aturan dan hukum, bisa berabeh.
" Nanti malam kita bahas buat 17an, kata pak RT, akan dilihat langsung oleh pak Lurah juga beberapa perangkat Desa, yang jelas kita bikin acara semeriah mungkin," kata Bakrun.
Tepat hari itu tanggal 17 Agustus, dimana seluruh negeri ini merayakan hari Kedaulatan, hari Kemerdekaan, semua masyarakat, anak-anak maupun remaja, dewasa, baik itu laki-laki ataupun perempuan, semua larut dalam kemeriahan, tanpa terkecuali.
Kebetulan Bakrun menjadi pencatat peserta lomba yang dapat hadiah, dan sebagai MC nya adalah Heru. Pada kesempatan pertama yaitu acara lomba balap kelereng pakai sendok, adapun pesertanya itu terdapat kakek Herman yang sudah ompong. Lombapun dimulai dengan 5 peserta. Priiiiiiit, bunyi peluit terdengar, peserta pun mulai berjalan sambil menggigit sendok yang di atasnya ada 1 kelereng. Karena pengalaman, kakek Herman berada di depan, disusul oleh Imron, Yono, Pais dan Mano. Begitu serunya dan meriahnya, semua bersorak menyebut nama Aki Herman....Aki Herman....pokoknya gegap gempita. Beberapa langkah lagi menuju finish, sendok yang digigit kakek Herman itu lepas, karena giginya ompong, sendok lalu jatuh dan menimpa penonton yang jongkok, kakek Herman jadi keluar semua air liur nya, suasana riuh melihat kakek Herman seperti itu. Sedangkan kelerengnya melesat jatuh ke pangkuan bi Surmi, nenek tetangga sebelah Heru. Nenek Surmi lalu kelabakan takut kena air liur kakek Herman.
Sorak sorai pun membahana, dan sebagai juaranya adalah Yono. Kakek Herman mendapat tepukan dari banyak orang sampai beliau limbung menghindari tepukan itu, akhirnya beliau jatuh ke kolam tempat nanti lomba tangkap ikan. Basah kuyup juga akhirnya.
Berikutnya lomba pecah balon. Kali ini ada nenek Surmi ikut juga. Semua peserta meletakkan balon di antara 2 kaki , lalu berjalan membawa balon, begitu sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah balon itu diletuskan dengan jarum. Bi Surmi sudah sampai pertama lalu mengambil jarum, begitu mau tusuk balon itu, beliau bersin, balon tadi melesat dan bi Surmi akhirnya menusuk tempat kosong. Karena sekuat tenaga, bi Surmi akhirnya tersungkur, dan menimpa serta masuk kolam lomba tangkap ikan.
Suasana makin seru pada saat lomba pentung kendi, semua peserta sudah siap, namun waktu sudah masuk dhuhur, jadi dihentikan sementara.