Saat berumur lima tahun orang tua Santika membuangnya namun 12 tahun kemudian orang tuanya berusaha mencarinya. Hingga pada akhirnya mereka dipertemukan kembali.
Namun dua tahun kemudian dirinya di paksa untuk menggantikan Adik Tirinya yang dijodohkan dengan seorang pria yang terkenal dengan kekejaman dan dingin namun lebih parahnya pria tersebut ternyata lumpuh.
Awalnya Santika menolaknya namun orang tuanya mengancamnya akan menghentikan biaya rumah sakit Nenek angkatnya membuat Santika terpaksa bersedia menikah dengan pria tersebut.
Santika sama sekali tidak menyangka kalau banyak rahasia keluarga suaminya yang selama ini tidak diketahui oleh orang luar. Rahasia apakah itu?
Apakah Santika bahagia menikah dengan suaminya atau berakhir bercerai mengingat keluarga suaminya sangat membenci suaminya dan juga dirinya? Ikuti yuk novelku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghasut
"Selain itu Hamba percaya dengan apa yang dikatakan teman kerjaku, karena itu lakukan apa yang tadi dikatakannya yaitu menceraikan Nyonya Muda Diego." Sambung Pelayan Surti.
"Meskipun Aku terbaring di tempat tidur dan mengalami koma tetapi Aku kadang-kadang sadar sejenak." Ucap Diego sambil menahan amarahnya terhadap ke dua pelayan tersebut.
"Kamu pikir Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan?" Tanya Diego dengan nada satu oktaf.
"Tuan Muda Diego, Hamba ..." Ucapan Kepala Pelayan tersebut terpotong oleh Diego.
"Aku tidak akan membunuhmu karena suamimu dan kamu sudah menyelamatkan nyawaku saat menjalankan misi. Jadi mulai hari ini dan seterusnya kamu harus pindah ke halaman pelayan!" Perintah Diego dengan nada dingin.
"Tapi ..." Ucapan Kepala Pelayan terpotong oleh Diego.
"Aku tidak suka kalimatku di bantah." Ucap Diego sambil menatap tajam ke arah Kepala Pelayan.
"Baik." Jawab Kepala Pelayan yang tidak berani membantah perkataan Diego.
"Adapun untuk kamu." Ucap Diego sambil menatap tajam ke arah Pelayan Surti.
"Ini adalah rumahku tapi karena Aku sudah menikah maka rumah ini menjadi milik istriku. Jadi kamu belum memenuhi syarat untuk ikut campur apa yang dilakukan istriku." Sambung Diego dengan nada tegas.
"Tapi Tuan Muda Diego, Nyonya Besar Ke Dua memerintahkan ..." Ucapan Pelayan Surti terpotong oleh Diego.
"KELUAR!" Bentak Diego dengan suara menggelegar.
Pelayan Surti hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar kemudian membalikkan badannya begitu pula dengan Kepala Pelayan.
Kemudian Pelayan Surti bersama Kepala Pelayan yang menemaninya terpaksa pergi dan diikuti oleh dokter yang merupakan orang suruhan Ibu Tirinya Diego.
Sedangkan Pengawal setia Diego yang bernama Satya mengantar mereka keluar dari kamar tersebut meninggalkan mereka berdua.
("Aduh Santika, suamimu pasti akan menceraikanmu karena kamu galak dan kejam terhadap pelayan." Ucap Santika dalam hati).
("Gara-gara tidak bisa menahan emosi jadinya Aku bertindak seperti orang barbar." Sambung Santika).
"Santika." Panggil Diego dengan suara berbeda sambil menatap punggung Santika karena membelakangi dirinya.
"Ya." Jawab Santika sambil membalikkan badannya.
"Apakah kamu takut padaku karena sudah membentak mereka dan menyuruhnya pergi?" Tanya Diego yang tidak ingin Santika meminta dirinya untuk menceraikannya.
"Kenapa Aku harus takut? Justru orang seperti mereka pantas diperlakukan seperti itu." Jawab Santika kemudian Santika tersenyum dan sama sekali tidak takut ketika Diego membentak ke dua pelayan tersebut.
"Kalau suamiku, apakah suamiku marah padaku karena membentak ke dua pelayan yang tadi?" Tanya Santika balik bertanya.
Hal ini dikarenakan kedua pelayan tersebut yang melayani Keluarga Besar Costa sekaligus orang kepercayaan Ibu Tirinya Diego.
"Tentu saja Aku tidak marah. Justru Aku sangat senang karena baru kali ini ada yang membelaku." Jawab Diego sambil tersenyum bahagia.
Kemudian mereka mengobrol sambil sesekali tertawa bersama. Sedangkan di tempat yang berbeda, lebih tepatnya di tempat kediaman orang tuanya Diego.
Ibu Tirinya Diego tersenyum puas karena suaminya sudah memuaskan dirinya ketika mereka sudah selesai melakukan hubungan suami istri.
Begitu pula dengan suaminya yang sangat puas atas pelayan istri keduanya. Suaminya kemudian membersihkan tubuhnya yang lengket karena barusan habis berbagi peluh dengan istri keduanya.
Selesai mandi dan memakai pakaian rapi barulah suaminya pergi lagi ke kantor. Karena saat ini suaminya bekerja sebagai Presiden Direktur.
("Aku cukup puas dengan permainan suamiku." Ucap Ibu Tirinya Diego yang bernama Ibu Wulan).
Ibu Wulan kemudian menatap ke arah cermin dan melihat di lehernya ada bekas tanda cinta yang tadi diberikan oleh suaminya.
Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara familiar di telinganya siapa lagi kalau bukan pelayan setianya yang bernama Pelayan Surti.
"Masuk." Jawab Ibu Wulan sambil masih menatap ke arah cermin.
Pelayan Surti kemudian masuk ke dalam kamarnya lalu berjalan ke arah Ibu Wulan lalu memberi hormat.
"Bagaimana situasinya?" Tanya Ibu Wulan tanpa basa basi.
"Tadi Aku membawa dokter ke rumah Diego dan memang benar kalau Tuan Muda Diego sudah sadar dari komanya." Jawab Pelayan Surti.
"Apa?" Tanya Ibu Wulan dengan wajah terkejut sambil berdiri kemudian membalikkan badannya ke arah Pelayan Surti.
"Nyonya Besar, jangan kuatir. Karena tadi dokter sudah mendiagnosis kalau umurnya tidak akan lama. Selain itu setelah kekacauan yang disebabkan oleh Nyonya Diego maka sudah tidak ada harapan lagi Nyonya Diego tinggal di tempat kediaman Diego." Jawab Pelayan Surti.
"Jadi Hamba sangat yakin dalam waktu tiga bulan Tuan Muda Diego pasti akan mati dan Nyonya Diego bisa kita usir. Atau kalau Nyonya Besar ingin membunuhnya bisa saja agar tidak jadi boomerang Nyonya Besar." Sambung Pelayan Surti sambil tersenyum licik.
"Aku tidak sabar menunggu Diego mati dan untuk wanita itu, Aku ingin wanita itu di kubur bersama Diego kemudian Aku mencari cara agar Albert menyusul Kakaknya." Ucap Ibu Wulan sambil tersenyum jahat.
"Karena Aku ingin ke dua anakku menguasai seluruh harta milik suamiku." Sambung Ibu Wulan sambil tersenyum licik.
Setelah mengatakan hal itu Ibu Wulan mengangkat tangannya sebagai kode agar Pelayan Surti keluar dari kamarnya.
Pelayan Surti yang mengerti langsung memberikan hormat lalu pergi meninggalkan Ibu Wulan sendirian.
xxxxxxxxxx
Sore berganti malam dan malam berganti pagi, di mana suara burung-burung berkicauan menyambut pagi yang cerah.
Di tempat kediaman Diego, di mana Santika dan Diego sudah bangun pagi-pagi. Walau mereka sudah resmi menikah namun mereka berdua belum melakukan malam pertama mengingat Diego masih sakit.
Kini Diego duduk di kursi roda sedangkan Santika duduk di kursi saling berhadapan.
"Luka di wajah sudah sembuh jadi Aku akan membuka perbannya." Ucap Santika sambil berdiri dan berjalan dua langkah menuju ke arah Diego.
Diego hanya menganggukkan kepalanya kemudian Santika membuka perban di wajah Diego dengan perlahan.
Setelah selesai mereka berdua saling menatap tanpa berkedip. Santika sangat terkejut sekaligus kagum dengan ketampanan Diego.
("Sangat tampan.'" Puji Santika sambil tersenyum puas karena usahanya menyembuhkan Diego tidak sia-sia).
Tiba-tiba terdengar suara orang berlari masuk ke dalam kamar mereka membuat Diego dan Santika menatap ke arah sumber suara.
"Nyonya Diego, tolong cepat pergi dan lihat di depan pintu." Ucap Satya yang merupakan pengawal setia milik Diego dengan nafas memburu.
Selesai mengatakan hal itu Satya membalikkan badannya dan pergi meninggalkan mereka berdua. Sedangkan Santika dan Diego saling menatap hingga beberapa saat Santika berkata ....
"Aku akan pergi sebentar untuk melihatnya." Ucap Santika yang penasaran apa yang sedang terjadi.
Diego hanya menganggukkan kepalanya kemudian Santika pergi meninggalkan Diego sendirian di kamarnya.
Sedangkan di tempat yang sama hanya berbeda ruangan di mana di luar pintu gerbang berkumpul para warga yang kebetulan lewat di tempat tersebut.
Hal ini dikarenakan ada kejadian yang membuat para warga berkumpul di gerbang untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Di mana mereka melihat iring-iringan sambil membawa peti mati dan beberapa orang membunyikan terompet sedangkan di depannya berjalan seorang gadis yang cantik namun hatinya sangat jahat dan penuh iri hati.
'Mulai sekarang Aku adalah satu-satunya putri dari kediaman Keluarga Besar Alberto.' Ucap gadis cantik tersebut yang bernama Bela sekaligus Adik Tirinya Santika.
"Kakak, kenapa Kakak sangat bod*h? Demi kemuliaan dan kekayaan, Kakak rela pergi meninggalkan rumah untuk menikah dengan Tuan Muda Diego." Ucap Bela sambil menampilkan ekspresi pura-pura sedih.
"Siapa sangka kalau Tuan Muda Diego ini sangat kejam. Di malam pernikahan sangat berani mengambil nyawa Kakak." Sambung Bela.
"Hari ini Adikmu datang untuk membawa pulang jasad Kakak." Sambung Bela lagi sambil berjalan ke arah pintu gerbang.
Namun belum sampai di depan pintu gerbang, pintu gerbang tersebut tiba-tiba terbuka. Bela dan orang-orang tersebut melihat Santika berjalan dengan anggun dengan di kawal oleh Satya.
Hal itu tentu saja membuat Bela sangat terkejut karena mengira Santika mati di bunuh oleh Diego tapi ternyata masih hidup.
Santika berjalan dengan anggun ke arah Bela dan hal itu membuat Bela berjalan mundur dengan wajah ketakutan. Hingga salah satu kaki Bela tidak sengaja menginjak batu kerikil dan nyaris terjatuh jika saja pelayan setianya tidak menahan tubuhnya.
"Kakak belum mati?" Tanya Bela dengan wajah masih terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Santika hanya terdiam beberapa saat sambil menatap ke arah Bela lalu menatap sekilas ke arah peti kemudian kembali menatap ke arah Bela.
"Tentu saja belum." Jawab Santika sambil melangkahkan kakinya ke arah Bela.
Jarak mereka yang hampir dekat membuat Bela berjalan mundur dengan di bantu pelayan setianya yang juga berjalan mundur.
"Pagi-pagi sekali sudah mengangkat peti mati di depan pintu gerbang. Mungkinkah kamu ingin mengurus jasad Nyonya Diego ini?" Tanya Santika dengan nada dingin.
"Kakak pikir setelah Kakak menikah dengan Diego bisa terbang ke cabang dan menjadi burung phoenix? Jangan-jangan Kakak kebanyakan mimpi yang tidak akan mungkin menjadi kenyataan?" Tanya Bela.
"Kamu itu sama seperti Ibumu yang sangat suka bermimpi menjadi burung phoenix." Sambung Bela dengan tatapan merendahkan.
Plak
Santika yang mendengar ucapan Bela dan tatapan menghina membuat Santika menampar Bela dengan kekuatan penuh. Hal itu membuat Bela memalingkan wajahnya ke arah samping dan mundur satu langkah.
"Beraninya kamu memukulku!" Bentak Bela sambil memegangi pipinya yang terasa sangat perih karena selama ini dirinya tidak pernah di tampar atau di pukul.
"Kamu memang pantas di pukul. Apakah kamu lupa orang yang seharusnya menikah dengan Tuan Muda Diego adalah kamu? Tapi kamu dan Ibumu yang tidak punya malu itu memaksa Ayahku untuk memintaku menggantikanmu." Ucap Santika dengan tatapan tajam.
"Kamu ..." Ucapan Bela terpotong oleh Santika.
"Memang benar bukan apa yang Aku katakan kalau kamu dan Ibumu itu tidak punya malu?" Tanya Santika sambil menatap Bela dengan tatapan merendahkan.
"Sudah tahu Ayahku sudah menikah dan punya dua anak tapi Ibumu yang tidak punya malu itu merayu Ayahku sampai naik ke ranjang Ayahku. Sedangkan kamu yang tidak ingin menikah dengan Tuan Muda Diego, meminta Ayahku agar Aku yang menggantikannya." Ucap Santika.
"Tapi kamu malah menyebarkan fitnah kalau demi kemuliaan dan kekayaan, Aku rela pergi meninggalkan rumah untuk menikah dengan Tuan Muda Diego." Sambung Santika sambil berjalan satu langkah membuat Bela ikut mundur satu langkah.
"Jadi apa yang Aku katakan benar bukan? Kalau kamu dan Ibumu sama-sama tidak punya malu. Oh ya tambah dua lagi ... (menjeda kalimatnya) ... Kamu dan Ibumu sangat suka menfitnah agar orang percaya dengan apa yang kamu katakan dan suka merebut yang bukan menjadi milikmu." Ucap Santika.
Duag
"Argghhhhhhh!" Teriak Bella kesakitan.
Bruk
Setelah mengatakan hal itu Santika menendang kaki Bela dengan sekuat tenaga. Hal itu membuat Bela langsung berteriak kesakitan dan jatuh ke tanah yang kotor.
Bela kemudian berusaha untuk duduk sambil memegangi kakinya yang lumayan perih akibat tendangan pinalti yang dilakukan oleh Santika.
"Jika kamu berani mengusikku atau memfitnahku maka Aku tidak akan segan-segan menamparmu atau menendangmu tapi jika tidak mempan maka Aku tidak akan segan-segan membuatmu tidak bisa bicara agar kamu tidak bisa mengatakan itu lagi." Ucap Santika dengan nada mengancam.
"Kenapa kalian diam saja? Pukul wanita itu!" Perintah Bela tanpa mempedulikan ancaman Santika.
Bela kemudian berusaha untuk berdiri dengan di bantu pelayan setianya yang selalu berada di sampingnya. Sedangkan enam orang yang tadi menggotong peti mati langsung berlari ke arah Santika untuk menyerangnya. Begitu pula dengan 4 orang yang tadi membunyikan suara terompet.
Sepuluh orang yang merupakan pengawal milik Ayah Rese langsung menyerang Santika dengan menggunakan pentungan hansip.
Satya yang tidak ingin Santika terluka langsung mengeluarkan pistol dari saku jasnya sedangkan Santika mengambil empat jarum perak yang di simpan di ikat pinggangnya. Ikat pinggang tersebut terbuat dari kain agar memudahkan Santika menyimpan jarum perak.
Kemudian Santika mengarahkan empat jarum perak ke arah empat orang yang dekat dengan dirinya agar tidak melukai dirinya dan juga melukai Satya.
"Akhhhh!" Teriak ke empat pengawal tersebut kemudian ambruk ke tanah sambil memegangi lututnya yang terasa sangat nyeri.
Hal itu membuat semua orang yang ada di tempat itu sangat terkejut termasuk Bela dan ke enam pengawalnya. Sedangkan Satya yang melihat hal itu bersikap biasa saja karena dirinya sudah pernah melihatnya.
Ke enam pengawal tersebut langsung berjalan mundur dengan wajah pucat pasi karena tidak ingin nasibnya sama seperti temannya yang sampai sekarang masih berteriak kesakitan dan tidak bisa bangun.
Sedangkan Santika hanya menatapnya dengan tatapan dingin kemudian Santika berjalan ke arah Bela. Di mana wajah Bela terlihat sangat ketakutan karena dirinya tidak menyangka kalau Santika sehebat itu.
"A ... Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Bela dengan nada gugup sambil berjalan mundur.
Santika hanya diam dan masih berjalan ke arah Bela yang berjalan mundur hingga mereka hampir dekat barulah Santika menarik krah pakaian yang dikenakan oleh Bela.
Setelah itu Santika menampar pipi Bela berulang kali untuk mengurangi amarahnya dan hal itu membuat Bela berteriak kesakitan. Santika sangat marah karena dirinya di paksa menikah dengan Diego untuk menggantikan Bela. Di tambah dirinya di racun dan di fitnah kalau Santika mau menikah dengan Diego karena ingin hidup enak.
"Kamu dan Ibumu menghasut, menindasku dan diam-diam meracuniku. Karena itu hari ini Aku akan memberimu sedikit pelajaran yang baik untukmu." Ucap Santika sambil masih menampar pipi Bela.
mudh membunuh mafia juga diego sdh siao sedia dgn pengawal bayangannya