NovelToon NovelToon
Peluru Rasa Kavaleri Timur

Peluru Rasa Kavaleri Timur

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Enemy to Lovers
Popularitas:170.7k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.

Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.

~~~~

"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."

Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Empat belas ~ Pesawat angkut K3, terbang bersamamu

Laju motor itu membawa mereka ke markas Kavaleri Timur, markas serupa batalyon zeni tempur meski tak sebesar yang ada di makko sana.

Dan anggukan Russel di tengah malam dapat dengan mudahnya membuka palang pintu dan pagar besi hijau setinggi gapura 3 meter dengan patung burung rajawali yang nampak gagah di atasnya.

Para penjaga serambi depan bersenjata memberikan celah, "selesai bang?"

"Ya, sedikit telat." Jawab Russel menerima hormat keduanya.

"Kita rehat sejenak, ada rumah mess rekan komandan tempat saya menyimpan barang. Sekalian saya ambil dulu barang-barang yang sempat di titip."

Tanpa banyak berkomentar Gala mengikuti saja alur yang dibuat Russel. Bukan rumah dinas megah dengan segudang fasilitas yang disediakan negara, hanya sebuah rumah kecil dengan beberapa perabotan rumah tangga yang tertata rapi di luar bersama sinar temaram lampu bohlam putih yang menyirami teras kecil, namun rasa hangatnya itu dapat langsung memeluk Gala, meski sedikit ragu untuk mengetuk sebab waktu yang bisa dikatakan telah larut begini dan terlalu kurang aj ar untuk bertamu.

Seorang perwira menyambut kedatangan keduanya dalam balutan celana training dan kaos oblong.

"Maaf bang, menganggu waktu malam begini."

"Ah tidak apa, saya belum tidur. Masuk Sel." diliriknya Gala di belakang badan Russel, "Jenggala, masih ingat saya?"

Gala berusaha mendorong kerja otaknya demi mengingat ingat, namun nihil...ia tak bisa ingat.

"Ah lupa ya, tak apa. Kita hanya pernah bertemu sekali waktu. Ndan Irianto dan saya bertugas di tim-tim dulu. Waktu itu saya pernah singgah dan menginap di mess papamu waktu kau masih berusia 5 tahun. Sehat beliau, La?"

Gala mendengus terkekeh garing demi tak membuat kecewa senyum tulus pria di depannya, "ya? Ah, sehat...sehat." Itu artinya ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Russel melipat bibirnya mendengar itu.

"Om Denis, Lettu Denis..."

Russel mendengus geli lagi melihat wajah kebingungan Gala.

"Tante dan Ami sudah tidur, maaf saya dan Jenggala ganggu, bang." Ucap Russel masuk, Gala masih berada dalam tatapan om Denis, ia kemudian mengangguk ikut masuk.

Suguhan air putih hangat dan keripik, cukup istimewa untuk waktu yang tak tepat begini.

"Terimakasih motornya, bang. Kami ikut penerbangan pesawat angkut K3 yang akan kembali ke ibukota nanti jam 3." Russel melirik arlojinya dan merapikan pakaian serta tas kecil miliknya yang mungkin hanya mampu menampung beberapa barang saja.

Ditambah, sebuah revolver yang kemudian ia bungkus dan ia masukan ke dalam holster.

"Ah iya...diminum dulu, La...dulu papamu kalau sedang berada disini, selalu mampir. Tapi sudah lama beliau tidak kesini, sibuk sekali pasti."

"Mamamu mengajar dimana sekarang? Sudah tidak di daerah pelosok lagi?" tanya nya lagi.

Gala menggeleng, "mama mengajar di ibukota sekarang."

"Ah iya...iya. Kamu tau, dulu papamu pernah bercerita tentang arti namamu pada om Denis. Katanya nama itu ia dapat saat sedang bertugas di Borneo dan mamamu sedang mengabdi di distrik 9 timur negri. Katanya nama Jenggala ia ambil dari hutan tempat dulu ia bertugas mengejar target operasi, hutan indah seperti surga."

Namun kemudian ia tertawa, "meski kini ia sendiri yang ketar ketir dengan makna nama yang merupakan do'anya sendiri. Dia bilang, paling susah menyelami dan memahami hati anak bungsunya sendiri, sesulit ia menjalani tugas untuk menyelami dan menjelajahi hutan Borneo."

Sorry, apa ia saja yang tak paham atau merasa jika hal itu tak lucu sama sekali? Sebab hanya Gala saja yang tidak tertawa saat ini. Sementara Russel sudah menguarkan kekehan renyahnya.

Gala kembali mengangguk, "oh." Ia hanya merapatkan kedua kaki diantara duduknya di kursi. Sementara lawan bicaranya kini tengah memindahkan saluran televisi.

"Wah, hebat betul bang Irianto sudah menjadi mayor sekarang. Sampaikan salam saya padanya..."

Gala kembali mengangguk, "iya om."

Russel duduk di samping Gala setelah mengganti jaket dan mengambil barang-barangnya, "terimakasih bang. Salam bakti untuk istri dan anak. Maaf saya sudah banyak merepotkan."

"Sama-sama. Tidak, tidak sama sekali." tatapnya bergantian pada Gala dan Russel. Gala menguap beberapa kali, melirik waktu di pergelangan tangan, "jam 2." Keduanya berjalan diiringi suara binatang bertrakea. Baru kali ini ia keluyuran sampai larut begini bersama seorang lelaki pula.

"Kahiyang Jenggala,"ulang Russel mendengus kembali tertawa, mengisi langkah-langkah mereka. Dimana Russel dan Gala hanya berjalan menuju pangkalan di tengah-tengah sepi dan gelapnya malam.

Gala berdecak mendengus, dalam satu hari ini ia merasa dilucuti habis-habisan oleh Russel, segala tentangnya, bahkan sampai makna namanya saja ia tau, wawww! Tak bisa dipercaya.

"Papamu benar, kamu susah ditebak. Kamu sunyi seperti hutan, namun mematikan dan menenggelamkan."

Alis Gala terangkat, apa tuh maksudnya?! Namun jelas itu hanya ia tanyakan dalam hati, sebab yang terjadi ia hanya bisa bilang--terserah mau bilang apa!

Lirikan sinis, Gala lemparkan tanpa mau menanggapi ocehan Russel, ia justru lebih sibuk berpikir jika seharian ini ia terlalu membuka dirinya untuk seorang tentara macam Russel. Menyesal, tak suka? Jelas! Disaat seharusnya ia menutup diri, menjaga dirinya apalagi dari seseorang berjuluk tentara.

Alih-alih berhenti mengoceh, Russel justru membalikan badannya menghadap ke arah Gala dan berjalan terbalik.

"Harus saya panggil Kahiyang kah? Jenggala kah? Gala, Lala atau Yangg?"

Gala merotasi bola matanya, "bisakah kamu berhenti menyebalkan? Harus saya panggil breng sek kah, sin ting, gilaa?"

Russel justru tergelak, entahlah melihat Gala marah dan meladeninya ini sungguh menyenangkan. Kesan galak dan jutek di diri Gala justru menarik Russel untuk terus saja mengganggunya, seperti magnet. Seolah---ia sangat amat menjaga dirinya agar tak mudah tersentuh dan teraih. Sulit ditaklukan. Wajah cantiknya memang mengingatkan Russel pada seseorang yang telah lama ia kubur dan lupakan, melebur bersama waktu, namun...saat Gala hadir, ia seolah memberi rasa penasaran untuk Russel.

Dan langkah mereka sampai di pangkalan militer yang telah terlihat sibuk sedini ini. Langkahnya itu memasuki area lapang landasan pacu dimana sebuah pesawat angkut barang yang cukup besar nan gagah sudah siap kembali lepas landas menuju ibukota, setelah mengirimkan pasokan barangnya untuk disini.

Russel menghormat begitupun sebaliknya, pada seseorang.

"Ijin ikut penerbangan kapt. Atas perintah mayor Irianto unit anti teror markas komando khusus."

Seorang dengan seragam lapangan mengangguk, "siap, Ndan Irianto sudah bilang, silahkan cari tempat nyaman saja di dalam."

"Siap!" Russel segera meraih tangan Gala untuk ikut dengannya, "naik. Kamu ngga mabok udara kan?" tanya Russel, "biar saya minta obat anti mabuk atau mungkin mau saya ikatkan keresek di leher?"

"Sin ting. Ya engga lah!" tepis Gala lalu masuk ke dalam kabin pesawat belakang bersama kotak kotak perlengkapan keselamatan dan diantara kursi yang saling berhadapan, tak ada sandaran nyaman yang bisa ia atur tinggi rendahnya macam pesawat komersial. Hanya seatbelt kokoh.

Satu yang kini Gala sadari lagi, papa begitu merencanakan semua ini. Begitupun dengan perintahnya untuk Russel, yang menurutnya cukup berat. Karena sepertinya papa menyuruh Russel dengan tenggat waktu singkat, bagaimana jika sampai Russel tidak berhasil membawanya? Gila...benar-benar gila.

Russel menaruh tas Gala di sampingnya, lalu setengah berjongkok tepat di depan Gala untuk membantu Gala memasang seatbelt secara refleks, hingga kedua pasang tangan itu sempat beberapa kali bersentuhan lagi hanya untuk memasang satu seatbelt di badan Gala, "aku bisa pasang sendiri, Cel." Lirihnya terdengar manis di telinga Russel.

"Oke, sudah." Russel mendongak bersamaan dengan Gala yang ikut melihat ke arah lawan bicara.

.

.

.

.

1
Elmaz
cocok memang ....
yuni asih
luar biasa... all in one
Yofa Meisya
kak shin..... selalu bisa mengaduk aduk hati dan perasaanku😭😭😭
Vike Kusumaningrum 💜
semoga bukan Aziz ya Allah, jauh² . 🤲🤲
Bunda Idza
semoga begitu ya La...dan kamu harus selalu waspada "ipar adalah maut" ( serem kalo inget judul ini)
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
aku harap ini Russel ya
bukan ajijah
sitimusthoharoh
dah mulai mau salim nih dek gala m bang ucel.jangan nakal y dek ditinggal abang kikikikiki
lanjut
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
siapa Yudas????
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
pingin pembalasan gak pak ir... mama Hanin punya jarum pentul kan... tusukkan tuh jarum ke jonnhy nya biar ingat rasa sakitnya , mengulang lagi tusuk lagi
sebel😐 gini aja baru sadar klo jadi duri dlm pernikahan
S𝟎𝖋𝖎𝖆 𝖇𝖆𝖌𝖆𝖘𝖜𝖎𝖗𝖞𝖆
mau pulang ke kota karang berat ya Tanta... duh duhhh, sekarang atau nanti masa ini harus dilewati ... yakin deh kedepan nya akan membaik
Afternoon Honey
om ucel tepat waktu menghubungi gala ⭐👍
Elizabeth Zulfa
𝙚𝙝... 𝙨𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙯𝙜 𝙩𝙡𝙥 𝙞𝙩𝙪... 𝙍𝙪𝙨𝙨𝙚𝙡 𝙠𝙖𝙝?? 𝙟𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙨𝙞 𝙞𝙥𝙖𝙧 𝙡𝙖𝙠𝙣𝙖𝙩 𝙮𝙖 𝙏𝙝𝙤𝙧 🤨🤨
Trituwani
kayaknya si mama dah tau cuman mungkin untuk mengungkapkan itu sulit, mama jg mungkin merasa bersalah jg dah ninggalin suami dn anak buat nugas dipelosok tp suami pun jg salah menempatkan orang ketiga disaat si mama nggak ada...
sabar ya mah mengikhlaskan semua itu memang sulit tp dituntut harus kuat jg buat anak"
Zahbid Inonk
ini sih hrs ummi Zahra atau umma Yumi yg nenangin soal nya klo yg lain apa lagi kla Ananta yg cowok ntar neng Gala d tikung 🤭
ieda1195
nah kaann, bang ucel lgi nugas ae peka neng, kalo kmu lgi sedih
ieda1195
inget bang ucel ya neng, tenang bang ucel. pergi cuma 3 hati, ntar kalo pulang ngadu ke bang ucel ya neng
Trituwani
berasa ditinggal kekasih hate nyampe sini lah min.. hati"ya bang ucel doa nona selalu menyertai jg...berangkat dan kembalilah dgn selamat kekasih hate...kenaapaa?! "klo yg hallo dek tuh berasa gmna gitu perasaan"tiap pamit ko selalu bikin nangesss /Cry//Cry/
ieda1195
gk kebayang sesakit apa mama gala
Miko Celsy exs mika saja
wah.....ucellll kau tau bgt waktu yg tepat untuk gala,,ayo bpk ibu irianto selesaikan baik2,klo bisa lupakan yg sdh lalu perbaiki yg msh bisa dipertahankan,jgn korbankan ank2 lg,buka lembaran baru,bkn melupakn yg sdh lewat tp jdkan pljran agar tdk terulang kembali
isni afif
lanjut teh sin.....😘😘🥰⚘️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!