Sabrina rela meninggalkan status dan kekayaannya demi menikah dengan Zidan. Dia ikut suaminya tinggal di desa setelah keduanya berhenti bekerja di kantor perusahaan milik keluarga Sabrina.
Sabrina mengira hidup di desa akan menyenangkan, ternyata mertuanya sangat benci wanita yang berasal dari kota karena dahulu suaminya selingkuh dengan wanita kota. Belum lagi punya tetangga yang julid dan suka pamer, membuat Sabrina sering berseteru dengan mereka.
Tanpa Sabrina dan Zidan sadari ada rahasia dibalik pernikahan mereka. Rahasia apakah itu? Cus, kepoin ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Semua orang membenarkan ucapan Sabrina. Jika sesuatu yang penting dan menyangkut nyawa seseorang, pastinya akan langsung dirundingkan. Tidak serta-merta minta uang dalam jumlah besar.
"Kemungkinan lain adalah ... adanya wanita lain," kata Sabrina dan membuat Dewi dan Ceu Romlah melotot serta jantungan.
"Bang!" Dewi berteriak kencang.
"Kamu jangan percaya omongannya! Aku tidak punya selingkuhan."
"Berani bersumpah?" tantang Ceu Romlah dan Dewi bersamaan.
"Sumpah!" balas Dudi dengan lantang.
"Berani burut, kalau bohong?" ujar Ceu Romlah.
"Mah, kenpaa meski harus burut? Kalau Bang Dudi berbohong, bisa-bisa "itunya" akan menjadi besar," bisik Dewi yang tidak mau benda pusaka suaminya berubah bentuk.
[Burut\=> Hernia kalau tidak salah. Bijinya jadi besar sekali]
"Mah, burut itu apa?" tanya Sabrina penasaran. Karena dia melihat wajah Dudi menjadi tegang dan matanya memerah.
"Penyakit yang ada pada laki-laki," jawab Bu Maryam.
"Kalau sudah kena penyakit itu, tidak akan bisa pakai celana Levis lagi si Dudi, harus pakai sarung terus," lanjut Wa Eneng sambil tertawa cekikikan.
"Sarung?" gumam Sabrina yang otaknya langsung teringat sama sarung khusus milik Zidan. "Ma, Kang Zidan tidak kena penyakit burut, kan? Soalnya dia masih suka pakai sarung terus sampai sekarang," tanya Sabrina kepada Bu Maryam.
Wa Eneng yang mendengar itu hanya bisa menganga karena merasa tidak percaya. Di matanya Zidan adalah suami idaman banyak kaum wanita.
"Ish, bukan sarung itu," balas Bu Maryam berbisik, takut ada yang salah paham. "Nanti mamah jelaskan secara terperinci di rumah."
"Kalau Bang Dudi berani selingkuh aku sumpahin biar burut!" ujar Dewi dengan nada tinggi.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari halilintar di langit, meski tidak ada hujan yang turun. Hal ini membuat semua orang yang ada di sana.
"Wah, tidak diragukan lagi! Bang Dudi sudah selingkuh, langit sudah memberi tanda. Padahal tidak ada hujan atau angin, tiba-tiba terdengar suara halilintar," kata Sabrina ala emak-emak sedang bergosip.
"Kamu itu kalau jangan ngomong sembarangan! Punya otak kurang setengah ons saja berasa sok pintar," ucap Dudi memandang remeh Sabrina.
Mendengar itu Sabrina dan Bu Maryam tersinggung. Karena tidak merasa seperti itu, cuma loading lama saja.
Melihat ada kemoceng di atas meja, Bu Maryam langsung mengambilnya. Dia pukulkan ke pan'tat Dudi beberapa kali sambil bicara, "Enak saja menantuku dibilang kurang se-ons! Otak kamu, tuh, ditaruh di dengkul."
Dewi dan Ceu Romlah tidak ada niatan untuk menghentikan perbuatan Bu Maryam terhadap Dudi. Karena mereka sadar laki-laki itu sudah memancing kemarahan tetangganya itu.
"Ceu ... apa-apaan, Ceu?" Dudi mencoba menjauh dari serangan Bu Maryam, tetapi tidak bisa karena tangan kirinya dipengangi kuat.
"Rasakan! Karena sudah ngata-ngatain menantuku."
"Mah, sudah! Nanti pan'tat dia jadi gemoy," kata Sabrina mencoba meredam amarah sang mertua.
Napas Bu Maryam memburu. Kemoceng masih dipegang dan bersiap kembali melayangkan pukulannya kepada Dudi, jika masih berani berbuat sesuatu yang melukai hatinya.
"Biarkan saja, biar kapok!" Kata Bu Maryam berbisik "Laki-laki tukang selingkuh itu tidak akan bisa berhenti, kecuali taubatan nasuha!"
"Siapa yang selingkuh? Jangan nuduh!" ujar Dudi.
"Dewi, cepat periksa HP-nya Bang Dudi, siapa tahu ada banyak rahasia," kata Sabrina dan dengan cepat Dewi mengambil benda pipih berwarna hitam yang ada di bufet.
"Hey!" Dudi mencoba merebut ponsel miliknya. Namun, Ceu Romlah dan Wa Eneng menahan kedua tangannya. "Lepaskan!"
Dewi membuka galeri ponsel. Dia memeriksa foto dan video yang tersimpan di sana. Namun, tidak ada yang aneh-aneh.
"Coba klik aplikasi kalkulator ini. Sekarang sering disalah gunakan sebagai penyimpan data rahasia," kata Sabrina sambil menunjuk aplikasi yang dimaksud.
Dewi mengikuti perintah Sabrina untuk membuka file rahasia. Begitu berhasil, banyak sekali foto-foto Dudi dan seorang wanita cantik dan seksi. Selain itu ada video tidak seno'noh antara Dudi dengan wanita itu.
Sabrina menutup mukanya dengan kedua tangan, tetapi jari-jari tangannya terentang. Matanya mengintip isi video.
"Bang!" jerit Dewi. Lalu, dia mencakar muka Dudi saking marahnya.
Dudi yang dipegangi oleh Ceu Romlah dan Wa Eneng, tidak bisa melawan atau menahan serangan dari Dewi. Laki-laki itu hanya bisa berteriak kesakitan.
"Tega kamu, Bang! Selingkuhan ketika aku baru saja melahirkan dan mengurus anakmu," ujar Dewi masih melancarkan pukulan kepada Dudi.
Keramaian di rumah Ceu Romlah mengundang rasa penasaran para tetangga. Mereka berdatangan dan dalam waktu singkat rumah itu sudah penuh sama orang.
"Ada apa ini? Pagi-pagi sudah ribut!" tanya Pak RT yang baru datang.
"Si Dudi minta uang sebanyak 25 juta sama Dewi, pas HP-nya dicek, ternyata dia selingkuh," jawab Ceu Romlah.
Seketika para tetangga ribut, suaranya seperti lebah. Orang-orang selalu suka jika ada berita berupa aib atau skandal seseorang.
"Sebaiknya kalian bicarakan masalah ini sekeluarga saja dulu," kata Pak RT. "Lalu, Ibu-Ibu yang lain harap bubar, kembali ke rumah masing-masing. Ini bukan tontonan!"
Sambil ngedumel ibu-ibu itu pergi meninggalkan rumah Ceu Romlah karena penasaran apa yang akan terjadi kepada Dewi dan Dudi.
Sabrina melanjutkan lagi menyiram bunga, sesekali dia menoleh ke rumah sebelah. Hanya terdengar suara tangisan Dewi. Anehnya, bayi mereka tidak terdengar sedikit pun suaranya.
"Ngomong-ngomong anaknya Dewi di mana, ya? Biasanya sering digendong. Kenapa hari ini aku belum melihatnya?" gumam Sabrina dengan ekspresi serius seperti orang yang sedang mengerjakan soal ujian.
***
ya walaupun pak Yadi bapak kandung kamu
tapi setidaknya hargai perasaan ibu kamu
mau enaknya sendiri pingin ngulek mukanya 😡😡
becek2 ke mulut pak yadi & niken biar kapok