Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.
Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.
Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Barbie menoleh pelan ke arah Damien yang berdiri di sana dengan tatapan tajam menakutkan. Mata gadis itu berkaca menahan pusing, namun ia berusaha tersenyum saat melihat pria itu. Dengan langkah terhuyung, ia berjalan mendekat.
“Damien Ximen… kenapa kau… baru datang sekarang…?” tanyanya pelan dengan suara sedikit serak. Matanya menatap Damien dengan tatapan sendu.
Damien tersenyum tipis melihat gadis itu yang sedikit mabuk. “Baby…” panggilnya pelan.
“Barbie… jangan sembarangan…!” seru Jimmy tiba-tiba, suaranya terdengar panik. Ia bergerak cepat ingin menarik lengan Barbie, namun sebelum sempat menyentuhnya, Damien menendang perutnya dengan keras.
Bruk!
“Aaaauughh…!” rintih Jimmy kesakitan. Tubuhnya terhuyung mundur, tangannya memegang perutnya sambil menahan nyeri hebat.
“Jimmy!” seru Eliza kaget, berlari menghampiri tunangannya dengan wajah cemas.
Damien menarik pinggang Barbie dan memeluknya erat, menahan gadis itu agar tidak terjatuh. “Kau minum terlalu banyak… Baby…” ucap Damien pelan, suaranya terdengar lembut namun tegas.
Barbie mendongak menatap wajah Damien dengan senyum tipis. “Temanku… mengajakku minum… aku… aku tidak bisa menolaknya… Damien… apakah kau… bisa menemaniku minum…?” tanyanya pelan.
Damien menggeleng, tangannya mengusap pipi gadis itu lembut. “Tidak bisa… patuhlah… jangan minum lagi…!” jawabnya tegas.
Jimmy dan Eliza hanya bisa menatap keduanya dengan tatapan terkejut. Kedekatan Barbie dan Damien di depan mata mereka membuat dada mereka menegang.
“T-Tuan Ximen…” ucap Jimmy dengan suara gemetar. “Apa hubungan Anda… dengan Barbie…?”
Eliza menatap Damien sambil menahan takut. “Tuan Ximen… Barbie… dia sudah mabuk… sehingga bersikap tidak sopan kepada Anda… harap Anda… memaafkannya…” ujarnya berusaha tersenyum manis.
Damien menatap mereka berdua dengan tatapan tajam menakutkan. “Apakah kalian… berhak bersuara di sini…?” tanyanya pelan, namun suaranya terdengar dingin hingga membuat mereka menahan napas.
Damien menatap Barbie yang memeluk pinggangnya erat. Senyum tipis muncul di bibirnya. “Baby… apakah perlu… memberitahu mereka… apa hubungan kita…?” tanyanya pelan.
Barbie mengangkat wajahnya menatap Eliza dan Jimmy dengan mata sayu namun senyum mengejek muncul di bibirnya. “Kalian… dengar baik-baik…” ucapnya pelan namun tegas. “Damien Ximen… adalah pacarku… apakah kalian mengerti…?”
“A-Apa…?” suara Jimmy terdengar pelan, matanya membelalak tidak percaya. Sementara Eliza menutup mulutnya menahan syok.
“Akhirnya… kau mengakuinya…” ucap Damien pelan, matanya menatap Barbie dengan tatapan lembut dan penuh kebanggaan.
Barbie menghela napas, matanya menatap tajam Eliza dan Jimmy sebelum kembali menatap Damien. “Biar… mereka tahu… siapa pacarku… jadi ke depannya… mereka tidak akan berani lagi menindasku…” ucapnya pelan, suaranya bergetar menahan emosi dan mabuk. “Aku… ingin pulang… aku tidak ingin… melihat mereka… lagi…”
Damien tersenyum tipis. Ia meraih tubuh gadis itu dan menggendongnya dengan mudah. Barbie memeluk leher Damien sambil menutup matanya yang berat karena pusing.
“Temankan aku… minum…” gumam Barbie pelan sambil menempelkan wajahnya di dada Damien.
Damien menatap wajah Barbie dengan senyum lembut. “Patuhlah… jangan minum lagi…” jawabnya pelan sambil melangkah pergi meninggalkan Jimmy dan Eliza yang masih berdiri terpaku.
Jimmy hanya terdiam menatap punggung Damien dan Barbie menjauh, matanya penuh rasa sakit dan tidak percaya.
Sementara Eliza menatap mereka dengan tatapan benci yang membara. “Mantan pacarmu… hebat juga… dia bisa menggoda Tuan Ximen… Tapi Ximen Yu Min… bukan pria yang mudah tergoda… setelah bosan… mantanmu pasti dibuang…” ejek Eliza dengan senyum sinis, meski hatinya dipenuhi rasa takut dan iri.
Jimmy menatap Eliza dengan tatapan kosong. “Apakah… dia… tidak tahu… dengan siapa dia… sedang berkencan…?” gumamnya pelan, matanya menatap lantai dengan tatapan penuh penyesalan.
Barbie yang mabuk dibawa pulang oleh Damien ke rumah mewahnya. Dengan hati-hati, Damien menidurkan gadis itu di atas ranjang empuk berseprai putih bersih.
Namun saat Damien ingin melepas dasinya, tangan Barbie terangkat dan menarik dasi itu dengan paksa, membuat wajah Damien menunduk mendekat hingga hidung mereka hampir bersentuhan.
“Aku… masih mau… minum…” gumam Barbie pelan, matanya setengah terpejam, napasnya tercium aroma alkohol.
Damien menatap wajah gadis itu dengan tatapan lembut bercampur cemas. Bibirnya tersenyum tipis. “Baby… jangan menggodaku… kau sedang mabuk… kau akan menyesal nanti…” ucapnya pelan, suaranya terdengar rendah dan menenangkan.
Barbie menatap Damien dengan tatapan kosong. “Aku… ada di mana…?” tanyanya pelan.
“Di rumahku… tidurlah…” jawab Damien, tangannya merapikan rambut gadis itu yang berantakan menutupi wajahnya.
Tiba-tiba, Barbie mengangkat tangannya dan menahan belakang kepala Damien, menarik pria itu semakin dekat hingga bibir mereka saling bersentuhan. Ciuman singkat namun terasa membakar dada Damien.
“Gadis ini… saat mabuk… sangat nakal…” batin Damien, matanya menatap wajah Barbie dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Hasratnya seketika bangkit, namun ia menahannya dengan napas berat.
Damien perlahan melepaskan ciuman mereka, matanya menatap tajam gadis itu. “Barbie Lu… jangan cari masalah denganku… kalau tidak… malam ini… kau tidak akan bisa tidur…” ucap Damien pelan, suaranya terdengar berat menahan hasrat.
“Aku… masih mau minum… kenapa… kau melarangku…?” tanya Barbie dengan suara pelan, matanya setengah terpejam menatap Damien tanpa fokus.
“Minum terlalu banyak… tidak baik bagimu… aku… tidak akan membiarkanmu menyentuh minuman keras lagi…” jawab Damien tegas, tangannya mengusap pipi gadis itu lembut.
“Damien…” ucap Barbie pelan, suaranya terdengar manja dan lemah.
“Aku di sini… tidurlah… aku akan menjagamu… malam ini…” ujar Damien, menatap gadis itu dengan tatapan lembut penuh kasih. Tangannya menepuk pelan pipi Barbie agar gadis itu terlelap.
Namun tiba-tiba, Barbie menggulingkan tubuhnya menghadap ke kiri, matanya tertutup rapat. Dari bibir mungilnya terdengar satu nama yang membuat dada Damien terasa sesak.
“…Jimmy…”
Damien terdiam. Matanya menatap gadis itu dengan tajam, napasnya menahan emosi.
“Apa yang… kau sebut…?” tanya Damien pelan, suaranya terdengar dingin menakutkan.
“…Jimmy…” jawab Barbie tanpa sadar, matanya tetap terpejam, napasnya teratur.
Damien menggertakkan rahangnya pelan. Matanya menatap gadis itu dengan tatapan dingin dan tajam. “Kau… masih merindukan dia…” ucapnya pelan, suaranya terdengar berat menahan amarah dan cemburu.
Dengan tatapan terluka, Damien berdiri. Ia menatap gadis itu sekali lagi sebelum melangkah keluar dari kamar dengan langkah berat, meninggalkan Barbie yang tertidur pulas sambil memeluk bantal, masih menyebut nama pria lain dalam tidurnya.
dobel.up
dobel up