Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Siapa yang datang?

Bukk!

Sebuah bantal lusuh mendarat mulus di belakang kepala Anna.

“Duhh! sialan!” umpat gadis berkaca mata yang sedang berbaring telungkup di sebuah balai-balai belakang rumah itu. Ia berbalik mencari sumber masalah yang mengganggu ketenangan hidupnya siang hari ini.

Ekspresi Anna pun berubah dari wajah galak menjadi cengiran menyebalkan saat mengetahui pelaku yang menimpuk kepalanya adalah Sang nenek.

“Apa?!” tanya wanita tua yang berkacak pinggang itu kepada Anna. Mata tuanya dibuat membesar sambil mulutnya tampak menggeram.

Anna pun bangkit dari posisinya mendekat dan menghambur ke arah wanita tua itu. Kedua lengannya memeluk pinggang si wanita lalu berkata. "Ah... Nenek. Anna kira siapa," ucapnya sambil bergelayut manja.

Badriah-Sang nenek- berusaha melepaskan pelukan Anna. "Berani mengumpat nenek, ya?" serunya dengan marah yang dibuat-buat. Ia pura-pura risih akan pelukan sang cucu dan berupaya melepaskan pelukan itu. Setengah hati.

"Tidak, Nenek! Cucu tersayangmu ini cuma salah sangka. Anna pikir si Tony yang berani nimpuk Anna dengan bantal!" Anna melepaskan pelukan dan membuat wajah memelas meminta maaf, meskipun ia baru ingat Tony tidak ada di sini sekarang.

"Apa-apaan lo bawa-bawa gue?!!"

Anna dan Badriah tersentak, serempak mencari sumber suara.

Dari dahan pohon yang menjulur ke halaman belakang rumah mereka -yang dahan itu terlihat tidak kuat lagi menahan beban- tampak seorang pemuda dengan singlet dan celana selutut menghambur layaknya seorang ninja yang keluar dari persembunyian.

"Kamu juga! sama aja!" Badriah kembali berkacak pinggang, sementara Anna nyengir. Anna tidak menyangka kalau Tony juga berada di situ. Ia menggerakkan mulut tanpa suara ke arah Tony, 'apaan lo Ton?! Diam di situ aja, napa? Hush!Hush!'

Tony tidak menggubris reaksi Anna yang tidak senang akan kedatangan nya. Ia pun mendekat ke arah dua perempuan beda generasi itu, tangan nya mengambil tangan si wanita tua lalu membawanya ke kening. "Lama tak bertemu, Nek! makin cantik aja!" gombalnya. Cengengesan.

Badriah memberengut. "Lama apanya, baru juga minggu kemarin kalian membuat keributan sampai tengah malam. Eh, udah dapat kerja?!" tanya nya penasaran setelah ingat alasan menghilangnya bocah itu beberapa hari ini.

"Apaan sih Nenek?! Keributan apa? Cuma karaoke-an doang. Ya ga, Ton?" Anna menyela. Ia tidak nyaman saat lagi-lagi sang nenek membahas tentang pekerjaan. Anna pun yakin jika timpukan bantal tadi berhubungan dengan dirinya yang sudah sarjana ini terlihat masih bermalas-malasan di beranda belakang rumah.

Tony mengangguk meng-iya-kan pertanyaan Anna. Ia tidak menjawab pertanyaan Badriah, malah mengamit lengan kedua perempuan itu lalu menarik mereka masuk ke dalam rumah sementara ketika tatapan nya dan Anna bertemu ia mengedipkan sebelah mata.

Anna menyembunyikan senyumnya. Ingat saat minggu kemarin, ia dan Tony karaoke-an di kamarnya hingga larut malam. Mereka tidak berniat berhenti hingga subuh sampai sang nenek marah-marah di depan kamar Anna.

Malam itu Anna hendak melepas kepergian Tony yang esoknya akan ke ibukota untuk memenuhi panggilan kerja. Ia tak menyangka hari ini Tony sudah kembali ke desa mereka.

Anna dan Tony duduk di ruang makan sempit rumah nenek. Sementara nenek yang sudah dialihkan perhatian, lupa topik yang memancing kemarahan nya siang itu. Kehadiran Tony di rumah mereka membuat sang nenek beralih kegiatan untuk menyiapkan makan siang buat kedua anak yang tidak lagi bocah itu.

Anna dan Tony lagi-lagi saling lirik menyaksikan wanita tua yang sedang asik mengeluarkan piring serta makanan dari lemari dapur.

Anna mengangkat sebelah kakinya ke atas kursi layaknya duduk seorang bos. Ia memang sengaja tidak ikut membantu pekerjaan sang nenek. Neneknya selalu marah jika Anna ikut membantu upayanya membahagiakan sang cucu. Badriah sudah terbiasa melayani Anna. Bagi neneknya, Anna adalah keluarga satu-satunya, begitu pun bagi Anna. Karena itu, ia selalu berusaha mencurahkan kasih sayang dengan bentuk pelayanan dengan menyediakan segala kebutuhan cucunya itu.

"Gimana kerjaan nya?" Anna melirik Tony dengan sudut matanya lalu menggigit kerupuk yang baru ia keluarkan dari toples di atas meja makan.

Tony menghela napas dan menghembuskan dengan berat. Lelaki itu pun ikut mengambil sebuah kerupuk dari toples dengan pelan seperti tak ada tenaga. "Yah... berat emang!" ucapnya sebelum menggigit kerupuk itu.

Anna mengangguk-angguk paham. Ditepuknya punggung Tony yang tidak berbaju itu. "Sabar ya, Ton. Mencari pekerjaan emang berat buat kita yang fresh graduate ini."

"Berat emang nolak panggilan dari perusahaan besar," sambung Tony.

"BANGSAT!!"

Anna meninju lengan Tony yang terasa liat.

Tony pun tertawa, tak mempedulikan tinju Anna di lengan nya.

"Gue udah siap-siap mau menguatkan hati lo biar usaha terus. Tapi elonya malah ga butuh. Bangsat emang lo!" Anna menegak air putih yang baru saja diletakkan Badriah di depan kedua anak itu.

"Haha! Emang lo aja yang bi-!"

Mulut Tony ditutup Anna dengan tangannya. Ia melirik sang nenek yang untung saja sedang mengeluarkan nasi dari magic com.

Keheningan melanda kedua muda-mudi itu. Anna merasakan hangatnya nafas Tony serta kenyalnya bibir pemuda itu di telapak tangannya lalu saat tersadar segera menarik tangan nya kembali.

Tony yang merasakan lembutnya telapak tangan Anna pun berusaha mengabaikan dadanya yang berdegup kencang. Yah... meskipun ia dan Anna sudah berteman dari kecil, selama ini ia tidak mampu menahan rasa yang tumbuh. Dan sebisa mungkin menyembunyikan nya dari Anna dan orang lain.

Tony menyadari, perasaan nya kepada Anna bukan pertemanan apalagi persaudaraan yang selama ini mereka tampilkan, namun perasaan yang biasa tumbuh antara lelaki dan wanita. Yang tentu saja, Tony yakin Anna tidak merasakan sebagaimana yang ia rasakan..

Tony tahu, Anna telah menganggap dirinya layaknya saudara sendiri. Dan Tony tidak ingin merusak rasa persaudaraan dengan menyembunyikan perasaan nya bertahun-tahun.

"Kenapa kalian berdua terdiam?" tanya Badriah saat dirinya ikut duduk di meja berbentuk bundar itu. Semua masakan telah terhidang. "Ayo, makan!" ajaknya.

Anna melirik Tony sambil mengisi piring nya dengan nasi. Ia terdiam karena tidak menyangka Tony hampir saja membocorkan rahasia nya. Sebenarnya sejak sebulan yang lalu ia telah lulus dan diterima menjadi karyawan sebuah perusahaan di ibukota, namun karena memikirkan neneknya akan yang tinggal sendiri lagi, ia meminta waktu untuk bersiap. Dan waktu yang diberikan perusahaan untuknya tinggal dua minggu lagi.

Sempat terpikir oleh Anna untuk membawa neneknya ikut tinggal di ibukota, namun ia tahu itu mustahil. Neneknya tidak akan mau meninggalkan desa dimana lelaki yang dicintainya serta putri satu-satu nya-ibu Anna- disemayamkan. Sedangkan untuk mengunjungi Anna sewaktu kuliah saja, sang nenek hanya mau menghabiskan waktu satu malam di kos nya. Apalagi untuk pindah. Tidak mungkin!

Suara dentingan sendok dengan piring mengiringi acara makan siang kali itu.

"Jadi kamu udah keterima kerja, Ton?!"

Tony yang sedang mengunyah makanan tersedak. Ia buru-buru mengambil gelas untuk mendorong makanan yang tersangkut di tenggorokannya dengan air. Nenek pasti mendengar obrolannya dengan Anna tadi, pikirnya. Tony pun mengangguk. "I-iya, Nek," ucapnya kemudian.

Badriah melirik Anna. "Liat itu Tony!" serunya kepada Anna yang tampak cuek dan menikmati lauk yang sedang disuapnya. "Kapan sih kamu bisa kayak Tony? Berusaha cari kerja, ga malas-malasan kayak gini!"

Nenek ga tau aja! Orang aku lebih dulu keterima kerja dibanding Tony. Dasar Nenek! Lebih suka ditinggal sendiri, apa? Batin Anna. Ia pun melirik Tony, minta diselamatkan.

Tin!Tin!

Suara klakson mobil menyela Tony yang akan mencoba mengalihkan pembicaraan untuk Anna.

Ketiga orang yang berada di meja makan itu pun saling pandang.

"Siapa itu yang datang?"

"Nenek duduk aja!" Anna mencegah neneknya yang akan berdiri dari kursi. "Biar Anna yang lihat."

Episodes
1 Siapa yang datang?
2 Kakek Tua yang Menyebalkan
3 Nyeri Dada Badriah
4 Kegelisahan Wirautama
5 Tak Perlu Khawatir
6 Pertemuan (Tak) Sengaja
7 Tangis Pilu Anna
8 Kejadian Masa Lalu
9 Kisah yang dilupakan
10 Pertemuan Kembali
11 Karyawan Baru
12 Target Bully
13 William yang (tidak) Tenang
14 Satu diantara Dua Pilihan
15 Suka-suka saya, dong!
16 Apa-apa, Apa?
17 Mencari Alasan
18 Menandai Buruan
19 Daniel Utama Wijaya
20 Mata-mata
21 Missed Me?
22 Anak Baru Jangan Sok!
23 Kabar Bahagia
24 Menang Sebelum Bertanding
25 Bukan Nyari Perhatian
26 Kecelakaan di Arena Estafet
27 Mulai saat ini
28 Semua Akan Berjalan Sesuai Rencana
29 Kebelet
30 Sepakat
31 Model cantik itu
32 Serangan Bertubi
33 Si Pengkhianat
34 Perawat dan Petugas Keamanan
35 Hasil Pemeriksaan Dokter
36 Hal yang Sudah Ditentukan
37 Hal yang Sudah Ditentukan
38 Kamar Sultan
39 Kepalang Tanggung
40 Deep Talk
41 Kedatangan Tony dan Ibunya
42 Sampai Waktu yang Tepat
43 Tom and Jerry
44 Tetangga yang Mengganggu
45 Langkah Progresif Adi Wijaya
46 Perjalan Luar Kota Pertama
47 Moment tak Terduga
48 Menelusuri Jejak
49 Langkah Pertama Menuju Kebenaran
50 Konfrontasi Berbahaya
51 Kesempatan untuk Semua
52 Hasrat yang Menggantung
53 Intrik
54 Titik Balik di Meja Rapat
55 Kejutan yang Membuat Jantung Berdebar
56 Malam Pertama
57 Gempar di Atas Laut, Bergema di Darat
58 Clarissa Morgan
59 Ayah, Anak, dan Luka yang Tak Selesai
60 Sorotan di Bawah Lensa Dunia
61 Gelombang yang Membalik Arah
62 Rekonsiliasi Hati
63 Langkah Bayangan
64 Titik Terang
65 Penyelamatan
66 Pengakuan
67 Rencana Besar
68 Janji yang Terhenti di Tengah Jalan
69 Leon Martens
70 Bertemu Tanpa Nama
71 Bermalam
72 Cemburu
73 Yang Tidak Bisa Diungkap
74 Saat Bahaya Mengungkap Segalanya
75 Pelukan dan Pengakuan
76 Pertarungan dimulai
77 Keamanan Alvaro
78 Perang Terbuka
79 Menghancurkan Sistem
80 Kejatuhan Daniel
81 Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Siapa yang datang?
2
Kakek Tua yang Menyebalkan
3
Nyeri Dada Badriah
4
Kegelisahan Wirautama
5
Tak Perlu Khawatir
6
Pertemuan (Tak) Sengaja
7
Tangis Pilu Anna
8
Kejadian Masa Lalu
9
Kisah yang dilupakan
10
Pertemuan Kembali
11
Karyawan Baru
12
Target Bully
13
William yang (tidak) Tenang
14
Satu diantara Dua Pilihan
15
Suka-suka saya, dong!
16
Apa-apa, Apa?
17
Mencari Alasan
18
Menandai Buruan
19
Daniel Utama Wijaya
20
Mata-mata
21
Missed Me?
22
Anak Baru Jangan Sok!
23
Kabar Bahagia
24
Menang Sebelum Bertanding
25
Bukan Nyari Perhatian
26
Kecelakaan di Arena Estafet
27
Mulai saat ini
28
Semua Akan Berjalan Sesuai Rencana
29
Kebelet
30
Sepakat
31
Model cantik itu
32
Serangan Bertubi
33
Si Pengkhianat
34
Perawat dan Petugas Keamanan
35
Hasil Pemeriksaan Dokter
36
Hal yang Sudah Ditentukan
37
Hal yang Sudah Ditentukan
38
Kamar Sultan
39
Kepalang Tanggung
40
Deep Talk
41
Kedatangan Tony dan Ibunya
42
Sampai Waktu yang Tepat
43
Tom and Jerry
44
Tetangga yang Mengganggu
45
Langkah Progresif Adi Wijaya
46
Perjalan Luar Kota Pertama
47
Moment tak Terduga
48
Menelusuri Jejak
49
Langkah Pertama Menuju Kebenaran
50
Konfrontasi Berbahaya
51
Kesempatan untuk Semua
52
Hasrat yang Menggantung
53
Intrik
54
Titik Balik di Meja Rapat
55
Kejutan yang Membuat Jantung Berdebar
56
Malam Pertama
57
Gempar di Atas Laut, Bergema di Darat
58
Clarissa Morgan
59
Ayah, Anak, dan Luka yang Tak Selesai
60
Sorotan di Bawah Lensa Dunia
61
Gelombang yang Membalik Arah
62
Rekonsiliasi Hati
63
Langkah Bayangan
64
Titik Terang
65
Penyelamatan
66
Pengakuan
67
Rencana Besar
68
Janji yang Terhenti di Tengah Jalan
69
Leon Martens
70
Bertemu Tanpa Nama
71
Bermalam
72
Cemburu
73
Yang Tidak Bisa Diungkap
74
Saat Bahaya Mengungkap Segalanya
75
Pelukan dan Pengakuan
76
Pertarungan dimulai
77
Keamanan Alvaro
78
Perang Terbuka
79
Menghancurkan Sistem
80
Kejatuhan Daniel
81
Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!