NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:685
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 18

Didalam perjalanan didalam mobil hening hanya terisi dengungan lembut mesin mobil.

Selena tak bicara sejak awal keberangkatan. Karina yang fokus pada ponselnya sembari bersenandung lembut dan Davin fokus berkendara.

hanya butuh 15 menit mobil mereka sampai ditoko perhiasan terkenal dikota.

Setelah memarkirkan mobil dengan sempurna—Davin segera turun dari mobil di ikuti Selena.

Karina yang melihat mereka berdua segera membuka pintu—ingin ikut mereka membeli cincin.

Namun Selena menahan pintu belakang mobil. "Kau sedang sakit tidak perlu ikut."

Karina melotot tak terima. "Apa? Aku mau ikut!" sahutnya tak mau kalah.

Davin tersenyum kecil, menatap khawatir kaki Karina. "Selena benar. tetaplah di mobil ya? Terlalu banyak gerak kakimu semakin sakit."

sejenak Karina terdiam ia tak mengerti mengapa kali ini Davin tampak setuju dengan saran Selena.

Dengan cemberut Karina mengalah. "Baiklah.. Jangan terlalu lama."

Davin mengangguk mengerti sementara Selena hanya memutar matanya jengah. membiarkan Davin pergi lebih dulu kedalam toko.

Selena membungkuk matanya berkilat tajam. "Terima saja hadiah dariku." suaranya penuh teka-teki namun sinyal mengatakan mata Selena menunjuk kaki Karina yang terkilir.

Sejenak Karina terdiam, mencoba mencerna maksud Selena. Sebelum ia berteriak tidak terima—melihat kepergian Selena dengan marah dan kesal.

"Sialan kau! Kau membuat kakiku terkilir!" umpatnya kasar, Cengkraman nya menguat disisi tempat duduk mobil.

Selena berbalik mendengar jeritan Karina. Hanya tersenyum, sebelum kembali mengikuti Davin kedalam toko perhiasan.

didalam toko banyak karyawan menyambut mereka berdua. Perhiasan tertata rapih dan berkilau di luar etalase maupun didalam.

semua tampak memukau.

Davin dengan lembut menuntun tangan Selena. Ia memimpikan adegan ini, dimana ia dan Selena membeli cincin mereka.

"Pilih yang kamu suka." bujuknya lembut, mengetuk pelan etalase yang berisi cincin.

"Keluarkan semua cincin yang cocok untuk bertunangan." pinta Davin dengan sopan kepada karyawan toko.

Mereka mengangguk, mengeluarkan berbagai jenis dan ukuran cincin.

"Silakan."

Mata Selena melirik cincin itu, mengamati satu persatu. Ia mengambil cincin dengan lingkaran polos dihiasi permata biru.

Davin tersenyum hangat, mengangguk setuju. "Itu bagus. cantik seperti matamu." pujinya dengan jujur.

Namun Selena hanya diam. "Aku mau ini saja."

alis Davin terangkat—melihat betapa mudahnya Selena memutuskan. "Hanya itu sayang? Kau tak ingin bertanya-tanya dulu? Siapa tahu mereka memiliki cincin yang lebih bagus."

Selena menggeleng pelan, tak ada waktu untuk memilih cincin sempurna untuk pertunangan penuh racun ini. "Tidak, ini sudah lebih bagus. Aku menyukainya."

Davin mengangguk pasrah, meminta karyawan itu membungkus cincin yang diinginkan Selena.

mata Davin melirik Selena, wajah wanita itu tenang namun terasa tidak nyaman. Seperti menghabiskan waktu dengannya sangatlah berat dan tidak nyaman.

Mengapa Selena begitu tidak nyaman disisinya? Ia hanya ingin menghabiskan waktu berkualitas dengan wanita itu.

Meski Davin juga tahu perhatiannya tak selalu fokus kepada Selena seorang. Ada Karina yang harus ia jaga dan lindungi.

Jika harus memilih mereka. Davin tak bisa memilih di antara mereka berdua—davin sangat menyayangi mereka berdua dengan porsi yang sama.

Suara instruksi karyawan membuyarkan lamunan Davin. kini cincin itu tersimpan rapih didalam kotak beludru berwarna merah.

"Terimakasih." Davin tersenyum sebelum mengeluarkan kartu ATM nya membayar cincin itu.

setelah transaksi selesai, mereka berdua pergi dari toko.

Davin harap Selena tersenyum, memeluknya dan juga berbinar bahagia membeli cincin ini. Namun wajah Selena tampak datar dan tidak ketahui apa yang ada di otaknya.

Selena tidak seperti Karina. Davin dengan mudah bisa membaca pikiran Karina hanya melihat satu kali ekspresi.

Tapi Selena? Ia bahkan tidak tahu apakah Selena sedang senang atau tidak.

Wajahnya tertutup seperti buku sampul yang terkunci.

"Kau senang? Cincinnya bagus." Davin memecah keheningan berharap Selena ikut merasakan interaksi ini.

Selena mengangguk. "Ya aku senang."

"Cincinnya mau kau simpan atau aku yang menyimpannya."

Ia menatap tota bag itu sekilas sebelum menatap mata Davin. "Kau saja yang simpan. Acara pertunangan di rumahmu, akan lebih muda kau yang menyimpannya."

Davin mengangguk mengerti, ia tersenyum kecil. Merasa senang Selena sedikit mengandalkannya. "Ya, aku akan menyimpannya."

Ia menggenggam tangan Selena lembut, sedikit meremasnya meski Selena sedikit tersentak pelan.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Cahya lembut dari bulan menembus lembut tirai. Profil Selena disinari lembut cahaya bulan tampak seperti dewi—tanpa ketahui ada iblis dihatinya.

Ia membuka buku diary milik ibunya. Terkunci, ia menggunakan jepitan rambutnya untuk membuka gembok kecil dibuku itu.

Bunyi klik pelan saat gembok itu terbuka.

Perlahan Selena membuka lembaran buku yang sudah menguning dan tua.

Tulisan nya agar kabur namun Selena masih bisa memahaminya.

senyumnya terangkat saat membaca kalimat menggambarkan bagaimana ibunya sangat menyayanginya—dilihat pada halaman kedua ada fotonya saat masih bayi.

"Ibu.. Aku merindukanmu." bisik Selena penuh kerinduan, ia membuka halaman berikutnya.

Halaman catatan dari ibunya—ditulis secara acak-acakan.

tertulis bagaimana ibunya merasa terjebak dalam pernikahan politik dengan ayahnya—wirya.

Ada banyak tekanan dan tuntutan selama menjalani rumah tangga.

mata Selena berkedip—menjadi merah dan berlinang air mata. Nafasnya tercekat sesaat bagaimana tertulis ibunya sering mendapatkan kekerasan dari ayahnya.

"Semua ini kebohongan? Ibu berbohong dan ayah juga." bisiknya tak percaya—ia pikir dilahirkan sebagai putri dari keluarga harmonis dan Cemara.

Karena jika di depannya baik ibu dan ayahnya selalu berinteraksi dengan baik. Layaknya sepasang suami istri yang saling mencintai.

'Setiap malam tangisanku tidak terdengar, jeritan hatiku tak ada yang dengar. Hanya rasa sakit kegagalan dan kekerasan yang kurasakan.'

Kalimat itu menyentuh hatinya. Air mata mengalir tanpa bisa dicegah dipipinya. Matanya merah penuh dendam dan amarah.

Ia tidak percaya—ayahnya yang tampak seperti malaikat justru seorang iblis tidak tahu diri.

Tangannya terkepal erat pada sisi buku.

Selena memejamkan matanya sejenak. Ia mengatur nafas, mencoba lebih tenang—ia melirik dinding kamarnya

foto ibunya—ayahnya—evelyn—karina—davin dan Arsa tertempel dengan berbagai coretan rencananya.

korban utama sudah pasti ibunya. Lalu ayahnya dan dibantu evelyn—karina yang menganggu kehidupannya lalu Davin yang mengkhianati dirinya.

Dan Arsa .. Ia tidak merasa terancam dengan pria itu. Hanya menjadikan target disana, ia akan selidiki.

Namun kasus ibunya dan balas dendamnya kepada Evelyn dan Karina lebih dulu.

Selena tidak akan kembali menjadi Selena yang parah semangat dan mudah dibodohi seperti dikehidupan lamanya.

Ia akan memastikan perjalanan mereka tidak mudah Selama dirinya bernafsu.

Mata Selena mengamati—menyelidik foto mereka yang terpampang.

Sudut bibir nya terangkat. "Aku akan memberi kalian pelajaran, ayah dan Evelyn.. Lalu Karina dan Davin."

"Kalian akan membayar dengan harga yang mahal sekali."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!