NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:117.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!

Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.

Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.

Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Pagi di Taman Teratai

Sila sedang bersantai di taman, kaki dilipat, menyeruput teh buatannya sendiri sambil membaca gulungan puisi kuno yang ia terjemahkan secara... bebas.

“Puisi cinta ini... terlalu lebay. Lebih baik ganti dengan: ‘Wajahmu seperti mi ayam sore hari, hangat dan penuh harapan.’”

Lian tertawa cekikikan di belakangnya.

Dan di saat itu, dari ujung taman, datanglah rombongan bergemerlap. Gaun warna emas muda. Payung sutra. Aroma wewangian tajam. Dan tentu saja—tatapan sinis yang sudah seperti hobi.

Selir Hua datang.

“Selir Mei Lin … atau siapa pun kamu sekarang…” ujarnya dengan senyum setipis kertas nasi. “Aku dengar kamu sedang… sibuk memasak? Seperti pelayan dapur?”

Sila menatapnya datar. “Oh. Selamat pagi. Mau bubur?”

Lian nyaris tersedak menahan tawa.

Selir Hua tersenyum tipis. “Aku hanya khawatir… kamu terlalu giat bekerja, nanti lupa bahwa tugas utama seorang selir adalah menyenangkan hati Kaisar, bukan… menggoreng kerupuk.”

Sila menyesap tehnya pelan. “Kaisar belum pernah ke pavilunku dalam dua tahun. Kukira tugas utamaku adalah… bertahan hidup dan tidak membusuk.”

Beberapa pelayan yang ikut berdiri di sekitar taman pura-pura batuk menahan tawa.

Selir Hua kehilangan senyumnya sejenak. Tapi ia segera memulihkan posisi.

“Yah, semoga kegiatan barumu itu… menyenangkan. Tapi jangan lupa, istana ini bukan rumah makan.”

Sila bangkit dari duduknya, menepuk jubahnya pelan.

“Oh, tenang. Aku hanya memanfaatkan bakatku yang lain. Karena kalau harus bersaing pakai tarian dan manja-manjaan... jujur, itu bukan gayaku. Kalau kau jago di situ—aku beri panggung, sepenuhnya.”

Lian memekik pelan seperti penonton reality show.

Selir Hua mendengus, lalu membalik tubuhnya dan pergi dengan langkah cepat.

Sila menoleh pada Lian Hua. “Hari ini cukup drama ya?”

“Luar biasa, Nyonya! Anda membuatnya kehabisan kata-kata! Anda pahlawan para pelayan tak populer!” jawab Lian dengan semangat

Sila tertawa. “Kita baru mulai, Lian. Istana ini lucu sekali. Setiap hari seperti acara kompetisi. Tapi bedanya… hadiahnya bukan piala. Tapi... perhatian seorang pria.”

“Yang bahkan belum tentu tampan di hati,” bisik Lian polos.

Mereka berdua tertawa geli. Tidak menyadari bahwa dari balik pohon bambu di kejauhan, Kaisar Liang Xu diam-diam menyimak semuanya. Tangannya bersedekap, bibirnya mengulum senyum kecil.

“Menarik sekali. Wanita ini lebih tajam dari surat perang para jenderal,” gumamnya. “Dan lebih berani dari menteri senior.” ujar Kaisar Liang Xu

Ia berjalan perlahan, kembali ke arah Istana Utama.

Sementara itu, Sila mengambil mangkuk bubur hangat dan menyuapkan sendiri sambil berkata, “Ahh… makanan ini... lebih menyenangkan daripada cinta sepihak.”

...----------------...

Keesokan harinya

Istana Dalam sedang ramai hari itu. Tapi bukan karena upacara kerajaan atau kedatangan utusan luar negeri.

Melainkan karena rumor.

Rumor bahwa Kaisar Liang Xu akan berjalan-jalan pagi di taman istana bagian timur, tempat para selir biasa “kebetulan” berada sambil menari, membaca puisi, atau—lebih ekstrem—pura-pura pingsan karena angin pagi.

“Kesempatan ini langka, Nyonya!” bisik Lian penuh semangat. “Tiga bulan Kaisar tak muncul di taman. Hari ini banyak selir yang akan tampil habis-habisan!”

Sila menguap lebar, masih mengenakan jubah tidurnya yang berbahan katun tipis.

“Baguslah, berarti aku bisa ke dapur istana tanpa macet. Mereka semua sibuk rebutan pria, aku rebutan resep.” jawab Mei Lin

Lian membelalakkan mata. “Tapi… Nyonya! Bagaimana kalau hari ini justru Kaisar melihat Anda? Ini bisa jadi perubahan nasib!”

Mei Lin hanya mengangkat bahu. “Aku tidak siap tampil. Lihat ini—rambutku masih kayak sapu ijuk. Sanggul saja belum, bedak pun entah di mana.”

Lian menghela napas panjang. Tapi tetap mengikuti Mei Lin yang dengan santai berjalan ke arah taman timur. Bukan karena ingin ikut rebutan, melainkan karena… jalur ke dapur lewat sana.

Sementara Itu, di Taman Timur

Suasana tampak seperti lomba audisi bintang istana. Ada yang menari lembut dengan pita sutra melayang di udara. Ada yang bermain seruling sambil duduk manis di bebatuan. Bahkan ada selir yang pura-pura membaca buku puisi, tapi posisinya miring 45 derajat demi terlihat fotogenik dari sudut manapun Kaisar muncul.

“Sudah kelihatan?” bisik Selir Hua ke pelayannya.

“Belum, Nyonya… tapi kabarnya, Kaisar berjalan kaki, tak naik tandu. Beliau ingin ‘menyatu dengan suasana’ katanya.”

“Baiklah. Begitu beliau muncul, aku akan jatuh terpeleset dengan anggun. Biar beliau menolongku.” Selir Hua memantapkan rencana busuknya yang tampak indah.

Dan pada saat itulah… muncullah Mei Lin

Dengan rambut setengah berantakan, pakaian santai, dan tangan kiri membawa mangkuk nasi sisa sarapan, Mei Lin berjalan santai lewat tengah taman.

“Eh? Kenapa banyak asap pewangi di sini? Serasa lewat rumah dukun.” ujar Mei Lin

Para selir langsung menoleh. Ada yang melotot. Ada yang tersedak puisi. Ada pula yang mencubit pelayannya karena gagal memantau “kedatangan musuh”.

Selir Hua menahan marah. “Apa-apaan dia lewat sini dengan… mangkuk?”

Tepat pada momen itu, Kaisar Liang Xu muncul di ujung jalan taman.

Para selir serempak bersikap. Ada yang menunduk manis. Ada yang tiba-tiba memainkan kipas. Bahkan Selir Min menjatuhkan bunga ke kolam—dan pura-pura sedih.

Kaisar melangkah pelan, menatap sekilas semua penampilan sempurna itu... sampai akhirnya...

Matanya tertumbuk pada Mei Lin, yang berdiri sambil meniup sendoknya.

“Makanan pagi?” tanya Kaisar tiba-tiba, menghampiri.

Mei Lin kaget. Ia refleks menatap... pria itu.

Pria tinggi, mengenakan jubah ungu kebesaran, dengan mata tajam namun tenang, dan… kulit wajah yang lebih mulus dari sabun cuci muka herbal.

“Eh… iya… eh, maksud saya… Yang Mulia?” Mei Lin buru-buru menunduk, panik karena ini pertama kalinya dia melihat Kaisar dari dekat.

Kaisar tertawa kecil. “Kau tampak berbeda dari selir lain. Tak berdandan, tak menari, tak menggoda…”

Mei Lin refleks menjawab, “Saya belum sempat, Yang Mulia. Sikat gigi saja tadi hanya sebelah.”

Para selir di sekeliling hampir pingsan. Berani-beraninya Sila bicara seperti itu kepada Kaisar!

Namun… Kaisar malah tertawa pelan. “Lucu. Aku suka kejujuranmu. Siapa namamu?”

“Mei Lin , Yang Mulia" jawab nya

Kaisar mengangguk sambil menahan senyum.

“Boleh kucoba makananmu?” tanyanya.

Mei Lin panik. “Ini… nasi sisa semalam sih, Yang Mulia…”

Kaisar mengangkat alis.

“…Tapi saya tumis ulang pakai minyak wijen dan daun bawang, enak kok. Kalau Yang Mulia tidak keberatan makanan rakyat biasa.”

Ia menyodorkan sendok. Kaisar menerima. Semua pelayan dan selir lain menahan napas.

Suapan pertama.

Kaisar mengunyah perlahan. Lalu... tersenyum.

“Enak,” katanya.

Taman seketika sunyi. Bahkan burung merpati tak berani berkicau.

Mei Lin masih syok. “Beneran, Yang Mulia?”

“Ya. Sejak pagi aku hanya mencicipi puisi dan semua rasanya sama. Ini… berbeda.” jawab Kaisar Liang Xu

Lalu Kaisar menatapnya tajam, tapi dengan nada lembut. “Mulai besok, kau akan menemaniku sarapan pagi. Tak perlu dandan. Cukup bawakan makanan ini.”

Mei Lin nyaris menjatuhkan sendok. “Eh???”

Para selir lain mematung. Mereka yang sudah latihan tari sebulan penuh kalah dengan nasi tumis ulang dan celetukan "sikat gigi sebelah".

Sementara Kaisar berjalan pergi, senyum di wajahnya tidak hilang. Pelayannya mengikuti di belakang, menatap Sila dengan campuran heran dan kagum.

Mei Lin berdiri kaku. Lian datang terbirit-birit.

“Nyonya… kita… kita… TERPILIH?” seru Lian

Mei Lin menepuk dahinya. “Bukan. Kita… terjebak. Kayaknya… hidupku bakal makin ribet.”

Bersambung

1
kurnia rahayu
👍👍👍💪💪💪
mong air
sesuai untuk bacaan santai2...tiada intrik berat..
myukai pwatakan Pemaisuri mei lin.jarang2 sbegitu..Author,,tbaik..😚
Asihfitr
endingnya mei lin hamil LG brarti anaknya 5 tp blm melahirkan udh end
Asihfitr
endingnya mei lin hamil LG brarti anaknya 5 tp blm melahirkan udh end
Hastin71
sayang kalau di lewatkan setiap episodenya...ceritanya pembelajaran sekali,Thor
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 👍👍👍👏👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒐𝒌 𝒂𝒏𝒆𝒉 𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒈 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒊𝒕𝒖 𝑹𝒖𝒆 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒕𝒑 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒋𝒅 𝒀𝒖𝒏 𝒁𝒉𝒊 𝒅𝒏 𝒅𝒖𝒂"𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒕𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒋𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒊𝒔𝒂𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖 𝒕𝒑 𝒌𝒐𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒋𝒖𝒋𝒖𝒓 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒔𝒌𝒓𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒏𝒐𝒗𝒆𝒍 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒅𝒓 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒅𝒉𝒍 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒑𝒂𝒔 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒃𝒊𝒌𝒊𝒏 𝒂𝒎𝒃𝒚𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒉 𝒃𝒂𝒄𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒉𝒓𝒔 𝒂𝒏𝒋𝒍𝒐𝒌 𝒈𝒂𝒓𝒂" 𝒆𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈 𝒚𝒈 𝒌𝒂𝒄𝒂𝒖 🤦‍♀️🤦‍♀️😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝑳𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒊𝒏 𝑹𝒖𝒆 𝑭𝒆𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒏𝒊𝒉 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑱𝒊 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒋𝒅 𝒎𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒏𝒊𝒉 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒍 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑 𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒃𝒐𝒅𝒐𝒉 😒😒
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 𝒃𝒆𝒏𝒆𝒓" 𝒚𝒂 😄😄
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒌𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒈 𝒌𝒂𝒌𝒂𝒌 𝒊𝒕𝒖 𝑹𝒖𝒊 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒚𝒂 𝒌𝒐𝒌 𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒊𝒏𝒊 𝒚𝒈 𝒌𝒂𝒌𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑳𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 🤔😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒊𝒓𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒓𝒊𝒑𝒍𝒆𝒕 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒏𝒚𝒂 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒚𝒂 😄😄
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒍𝒈 𝒏𝒊𝒉 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒊𝒓𝒊 𝒌𝒉𝒂𝒔𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑹𝒖𝒊 𝑭𝒆𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝑳𝒊𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒊𝒏𝒈 𝒀𝒖𝒆 👍👍👏👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!