NovelToon NovelToon
TERJERAT BERONDONG LIAR

TERJERAT BERONDONG LIAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Berondong / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Identitas Tersembunyi
Popularitas:87.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Lima belas tahun menikah, Ghea memergoki suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya. Lebih menyakitkan lagi, di belakangnya sang suami menyebutnya sebagai wanita mandul dan tak becus melayani suami. Hatinya hancur tak bersisa.

Dalam badai emosi, Ghea pergi ke klub malam dan bertemu Leon—pria muda, tampan, dan penuh pesona. Dalam keputusasaan, ia membuat kesepakatan gila: satu miliar rupiah jika Leon bisa menghamilinya. Tapi saat mereka sampai di hotel, Ghea tersadar—ia hampir melakukan hal yang sama bejatnya dengan suaminya.

Ia ingin membatalkan semuanya. Namun Leon menolak. Baginya, kesepakatan tetaplah kesepakatan.

Sejak saat itu, Leon terus mengejar Ghea, menyeretnya ke dalam hubungan yang rumit dan penuh gejolak.

Antara dendam, godaan, dan rasa bersalah, Ghea terjebak. Dan yang paling menakutkan bukanlah skandal yang mengintainya, melainkan perasaannya sendiri pada sang berondong liar.

Mampukah Ghea lepas dari berondong liar yang tak hanya mengusik tubuhnya, tapi juga hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Antara Hasrat dan Logika

Seorang pria muda dari divisi IT berdiri di depannya, menunduk sambil sibuk mengetik di laptop.

“Semua rekaman selama seminggu terakhir sudah saya cek, Tuan. Tidak ada pria asing masuk ke rumah Anda,” jawabnya.

David mengerutkan dahi. Ia bangkit dari kursinya, berjalan mondar-mandir di dalam ruangan.

“Tidak mungkin,” gumamnya. “Aku lihat sendiri. Kemeja dan celana itu... itu bukan punyaku. Dan Ghea jelas tidak mungkin membelinya," batinnya.

Matanya menyipit, penuh api yang tertahan.

Sudah lama ia tak menyentuh istrinya. Sudah lama pula gairahnya mati. Sejak Tessa hadir, segalanya berubah. Sekretarisnya itu bukan hanya giat dan bersedia melakukan hal-hal yang Ghea anggap menjijikkan, tapi juga… hidup. Penuh gairah. Penuh ambisi. Dan tahu kapan harus mengalah demi memikat.

Bersama Tessa, segalanya terasa mengalir. Mereka menghabiskan waktu dari pagi hingga sore, terikat bukan hanya oleh gairah, tapi juga percakapan yang selaras. Urusan bisnis, strategi pemasaran, solusi saat tekanan pasar datang—semuanya terasa ringan karena Tessa selalu mengerti dan sigap merespons.

Beda sekali dengan Ghea, istrinya. Ghea memang selalu menyambutnya dengan senyum hangat dan masakan rumahan, tapi begitu David mulai membicarakan masalah bisnis, ia hanya mendengarkan sambil mengangguk—dan akhirnya memberi nasihat yang terdengar seperti kutipan buku motivasi. Terlalu bijak. Terlalu normatif.

Bukan itu yang David butuhkan.

Ia sudah muak.

Lima belas tahun pernikahan. Dan tidak satu pun panggilan "Ayah" terdengar di rumah itu. Sudah berobat ke sana-sini. Sudah coba banyak metode. Namun tetap nihil. Entah siapa yang bermasalah, tapi David yakin… ini bukan kesalahannya.

"Ghea hanya alat," pikirnya dingin.

"Sumber kekayaan yang harus diperah sampai kering sebelum akhirnya dibuang."

Tapi…

Ghea tak boleh berpaling darinya.

Belum.

Belum sampai semua aset perempuan itu berpindah ke tangannya.

“Rekamannya bersih, Tuan. Yang terlihat keluar masuk rumah hanya Nyonya Ghea, pelayan wanita, Pak Suryono, dan kurir pengirim bunga yang tak lama pergi."

David terdiam.

"Pak Suryono sudah tua dan tubuhnya tambun. Kemeja yang aku lihat di lemari Ghea… ukurannya terlalu besar bahkan untuk Pak Suryono.”

David mencibir. Tangannya mengepal.

"Atau jangan-jangan, ada yang masuk tanpa tertangkap? Hacker? Blok sinyal?"

IT itu menggeleng gugup. “Kami tidak mendeteksi anomali besar. Tapi...”

David menghentikan langkah. “Tapi apa?”

“Ada jeda sinyal—kurang dari dua menit. Tepat semalam. Di sisi taman belakang. Kemungkinan hanya gangguan jaringan biasa, Pak. Karena setelah itu sinyal kembali normal.”

Dua menit?

Cukup untuk seseorang masuk. Atau... menyelinap keluar.

David menggertakkan giginya. Ia kembali menatap layar monitor, tapi pikirannya sudah ke mana-mana.

"Ghea... siapa pria itu?"

Ia tak peduli ia sudah menyentuh wanita lain ratusan kali. Tapi gagasan bahwa Ghea—istrinya, miliknya—mungkin sudah disentuh pria lain… membuat darahnya mendidih.

Lalu...

"Bunga? Dari siapa? Aku sudah lama tak mengirim bunga buat Ghea. Apa dari selingkuhannya?"

 

Pukul lima sore.

Langit di luar jendela kantor mulai berwarna jingga, membias di balik tirai tipis yang berkibar lembut karena angin dari pendingin ruangan. David membereskan barang-barangnya, meraih jas dari sandaran kursi, bersiap pulang.

Namun pikirannya tak tenang.

Bayangan celana panjang asing dan kemeja pria di lemari istrinya masih melekat kuat dalam kepala. Sesuatu yang membuat dadanya panas seperti bara. Matanya menyipit, rahangnya mengeras.

Tapi baru saja ia berdiri, pintu terbuka.

Tessa masuk, langkahnya ringan seperti kucing.

Tanpa permisi, ia langsung bergelayut manja di lengan David.

"Aduh... tumben banget jam segini udah beres-beres. Mau ke mana sih, hm?"

Nada suaranya centil. Matanya berbinar penuh kode.

David menarik napas, mencoba tenang.

"Aku mau pulang," jawabnya singkat.

Tessa mencebik. "Kau lupa, ya?"

Ia menekan tubuhnya sedikit lebih dekat.

"Hari ini ulang tahunku, Dav... masa kamu mau ninggalin aku sendiri malam ini?"

Jarinya mulai bermain di dada David, naik ke kerah kemeja, lalu menyusuri lehernya perlahan.

David menegang.

Kepalanya ingin fokus pada kekacauan yang menghantui rumahnya—istri yang mungkin berselingkuh. Tapi tubuhnya merespons Tessa seperti biasa. Reaksi yang menyebalkan sekaligus memabukkan.

Tessa berbisik di dekat telinganya, suaranya serak manja.

"Aku pakai parfum yang kamu suka... yang biasa bikin kamu susah tidur," gumamnya sambil meniupkan napas hangat di lehernya.

"Kita rayakan malam ini berdua aja ya, hmm? Aku udah siapkan kejutan..."

David memejamkan mata sejenak.

Ia benci ini.

Benci karena meski tahu dirinya harus pulang dan memastikan kecurigaannya benar atau tidak, Tessa terlalu menggoda untuk diabaikan.

Darahnya mengalir ke tempat yang salah. Hasratnya bicara lebih dulu daripada logika.

"Setidaknya... makan malam dulu denganku," bisik Tessa lagi, kini menatap dengan mata bulat mengiba yang menggoda.

David terdiam.

Kepalanya memikirkan Ghea.

Tapi tubuhnya…

Sudah kalah.

David menarik napas panjang, menatap Tessa yang masih bersandar di lengannya seperti kucing manja yang tahu persis cara menguasai pemiliknya.

"Kita rayakan besok malam saja, Tess."

Suaranya berat, berusaha terdengar tenang.

"Aku sedang tak ingin keluar malam ini."

Tessa mengangkat alisnya, menatap dengan tatapan yang terlalu sulit untuk ditolak.

"Besok?" ulangnya, lalu tertawa pelan.

Tangannya menyusuri dada David, kali ini tidak lagi sekadar godaan.

"Kau sudah janji akan merayakannya bersamaku."

David memalingkan wajahnya, mencoba menarik diri. Tapi Tessa mendekat lebih jauh. Tubuh mereka kini nyaris rapat, dan aroma parfumnya—manis, lembut, tapi berbahaya—membungkus napas David.

"Kau tahu, 'kan, aku tidak suka menunggu, Dav."

Jarinya bermain di kancing kemeja David, menyentuh satu... lalu dua… tak membukanya, hanya menggoda.

“Kalau kau benar-benar peduli padaku... rayakan sekarang. Hanya sebentar. Kita ke apartemenku. Satu jam saja."

David menahan napas.

"Kau tahu ini—"

"Aku tahu," potong Tessa cepat, suaranya kini berubah lembut dan mematikan. "Aku tahu kau sedang kalut. Aku bisa bantu... melepas stresmu."

Ia berjinjit sedikit, membisik di telinga David, "Aku tahu kau sedang membayangkan sesuatu yang lain… tapi percayalah, aku bisa membuatmu melupakan apa pun malam ini."

Jebakan itu sempurna.

Logika David perlahan dikepung. Dihimpit oleh aroma, oleh bisikan, oleh jarak yang terus menipis dan godaan yang menari tepat di batas kendalinya. Ia berusaha menahan diri—ia benar-benar mencoba.

Namun pada akhirnya...

Tessa hanya tersenyum kecil saat David menariknya mendekat dan berbisik nyaris tanpa suara,

“Bersiaplah. Kita pergi sekarang.”

Mereka keluar dari kantor dengan langkah cepat, masuk ke mobil tanpa banyak bicara.

Dan malam pun menelan mereka, membawa David pada pilihan yang akan ia sesali… atau nikmati, untuk sementara.

 

Di rumah

Ghea melempar tas tangannya ke sofa kamar, lelah dan jenuh. Otaknya seperti bubur—terlalu banyak angka, istilah asing, dan laporan bertumpuk yang harus ia cerna hari ini.

Ia melepas sepatu, lalu berjalan lunglai menuju kamar mandi.

“Kenapa sih bisnis harus serumit itu?” gumamnya sambil mengisi bathtub dengan air hangat.

“Angka, grafik, margin keuntungan... pusing. Aku lebih suka menggambar. Kain, garis potong, siluet desain—semuanya terasa lebih hidup.”

Ia menyelam dalam kehangatan air, memejamkan mata, mencoba mengusir ingatan tentang David. Tentang pengkhianatannya. Tentang janji-janji kosong yang kini tak lebih dari debu.

Tak ada lagi ruang untuk percaya. Tidak untuk siapa pun.

"Aku harus memimpin sendiri. Ini tanggung jawabku. Warisan orang tuaku."

Setelah hampir setengah jam, Ghea akhirnya bangkit, melilitkan handuk dan melangkah keluar.

Tapi langkahnya langsung terhenti.

Matanya membulat. Jantungnya terhuyung.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
love_me🧡
mungkin kamu tes yg akan tertawa di akhir cuma tertawanya itu di RSJ ✌️
Felycia R. Fernandez
ya pasti tetap Ghea la pemenang nya...
kamu itu udah hancur tapi belom nyadar,
sekali lagi kamu ganggu Ghea kamu akan jadi abu di tangan Leon...
Tessa...Tessa ,udah jatuh pun masih juga gak sadar diri...
Aulia Syafa
tidak sabar nunggu balasan untuk tessa 😡😡
Felycia R. Fernandez
kamu hanya cari slengki bukan cari istri...
ya gtu la slengki,klo gak ada cuan ya kmu jdi budak
Anonim
David tidak tahu rasa bersyukur -punya istri cantik - lembut - tulus - penuh cinta - setia, memberikan kehidupan yang mapan pula.
Tapi karena nafsu, ambisi, dan kebodohan David - sekarang baru merasakan hasil tuaiannya.
Di apartemen David tak menemukan makanan apapun - Tessa makan malam bersama seorang pria untuk memenuhi keinginannya - melihat ada Ghea.
Tessa bikin ulah - pamit ke toilet - saat berpapasan dg pelayan yang membawa gelas melewati Ghea - kakinya menjegal. Satu gelas pecah berkeping-keping di lantai, satu lagi terlempar hampir mengenai wajah Ghea - Leon datang tepat waktu dengan sigap menangkapnya.
Kasihan si pelayan korban kelicikan Tessa.
Bisa jadi Leon melihat ulahnya Tessa - habis kau kalau benar.
Felycia R. Fernandez: orang seperti David banyak kk,
klo gak, gak akan ada yang namanya pelakor
total 1 replies
Siti Jumiati
benarkan Leon selalu datang tepat waktu,Leon suami yang siap siaga.

Tessa kamu sudah membuat Ghea menderita sekarang kamu sudah menuai apa yang kamu tanam.

kenapa kamu masih berbuat kejahatan sadar Tessa harusnya Kamu tobat.
nuraeinieni
ini tessa hidupnya saja sdh susah malah suka cari masalah,,awas aja kalau kamu ketahuan leon,,mampus kamu tessa
asih
la ni ulet kenapa ya dia yg iri tp dia juga yg nyalahin org lain 🤦🏻🤦🏻
Anitha Ramto
David kalo menyesal itu memang datangnya selalu belakangan..

Benar² tuh si Tessa kelakuannya yang busuk,bersyukur Leon datang tepat waktu jadi rencana busuknya gatot keburu Leon datang...Chek CCTV Leon...kamu harus tahu yang melakukan itu pada Ghea adalah si Tessa,kasih pelajaran buat si Tessa PELAKOR
Ais
yg jelas bkn kamu tesaa tp ghea sdh jelas akan ketawa diawal dan diakhir🤣🤣🤣🤣🤣
Puji Hastuti
Eh si ulet gatel, jangan harap kamu bisa menyentuh ghea
septiana
dasar ulet bulu,kalau sudah kalah ya kalah aja,jangan tambah memperparah keadaan. kamu belum mengenal Leon,dia tak akan tinggal diam kalau ada yg menyakiti wanitanya
Sri Hendrayani
dasar parasit
Dek Sri
lanjut
Fadillah Ahmad
Dasar Bodoh,ya jelas Ghea lah Yang Tertawa paling Akhir. Kan Ghea MCnya. Gimana Sih lo Tessa! Tolol kali Kau. 🤬
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏
Marsiyah Minardi
Dih ,ku kira si Tessa tisu dah jatuh ke jurang eh malah masih bernyawa dan mendendam
Gas Leon ,hancurkan hama 1 itu
love_me🧡
memang pada dasarnya tessa itu gundik , setelah di blacklist dia tdk bisa kerja dimanapun jadi y satu"nya pekerjaan yg mudah menghasilkan cuan hanya jadi sugar baby..nyari cogan" atau om" berkantong tebal
Anitha Ramto
kira² siapa laki² yang bersama si Tessa?dasar PELAKOR j*l*ng bebas di celupin siapa saja,,..duh Leon kemana dulu ya jangan sampai si Tessa mengacau sama Ghea...apa Leon tahu kedatangan si Tessa ke Restoran itu dan laki² yang bersamanya adalah suruhan Leon untuk menjebak si Tessa
Anitha Ramto
Tetap saja Varendra tidak akan bisa bersikap manis kepadamu Jessi..apalagi kamu ingin menaklukannya tidak akan pernah mampu kamu jangan terlalu percaya diri jadi orang,dan Varendra sudah tau maksud dan tujuanmu yang busuk dan licik huh dasar calon PELAKOR..

wah si Tessa makan di Restoran yang sama dengan Ghea...,si Tessa sudah ganti pasangan lg
nuraeinieni
jessi musuhnya leon,,,sekarang yg muncul tessa musuhnya ghea,semoga leon dan ghea bisa mengatasi dua musuh.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!