Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13.
"Apapun alasan bapak sampai bersedia membantu biaya pengobatan ibu panti, saya tetap ingin mengucapkan banyak terima kasih. Terima kasih atas kemurahan hati bapak." ucap Kafisha kepada Ardian saat mereka berada di depan kamar perawatan Bu Neti, usai mengantarkan dokter hingga ke depan kamar perawatan.
"Hemt." hanya itu yang terucap dari mulut Ardian.
"Fisha..."
Kafisha dan Ardian kompak mengalihkan pandangan ke arah datangnya Ilham.
"Mas Ilham."
"Bagaimana keadaan ibu, Fisha???." Tanya Ilham yang terlihat jelas mencemaskan kondisi wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu kandung sendiri tersebut.
Melihat wajah sendu Kafisha, Ilham sudah dapat menebak jika kondisi ibu panti pasti tidak baik-baik saja.
"Ibu menderita tumor dan harus segera mendapat tindakan operasi." beritahu Kafisha sebelum beranjak saat ibu panti menyerukan namanya, dan sesaat kemudian diikuti oleh Ilham dan juga Ardian yang juga memasuki kamar perawatan Bu Neti.
Di sebuah penginapan yang letaknya di depan rumah sakit, di sinilah Kafisha dan Ardian berada sekarang setelah melewati drama yang cukup panjang. Kafisha yang awalnya kekeh ingin menemani ibu panti di rumah sakit akhirnya mengalah saat ibu panti memintanya kembali ke panti untuk beristirahat. awalnya mereka hendak kembali ke panti namun mengingat malam sudah semakin larut, Ardian pun memutuskan mengajak Kafisha menginap disebuah penginapan yang letaknya didepan gedung rumah sakit.
Dengan perasaan canggung Kafisha menatap tempat tidur single dihadapannya. Ya, malam ini hanya tersisa satu kamar yang kosong di penginapan tersebut hingga mau tak mau mereka pun harus menempatinya bersama.
"Maaf jika malam ini bapak harus melewati malam yang kurang nyaman dengan kehadiran saya." ujar Kafisha merasa tak enak hati. tentu saja wanita itu berpikir Ardian merasa tak nyaman sekamar dengannya.
Ardian masih diam saja seraya melepas jas yang masih melekat pada tubuh kekarnya.
Kafisha mengayunkan langkah ke arah sofa, hendak mengistirahatkan tubuh lelahnya di sana.
"Mau apa kamu di situ???."
Pertanyaan Ardian sontak menghentikan pergerakan Kafisha yang hendak mendaratkan bobotnya di sofa. Wanita itu pun kembali menegakkan tubuhnya. "Maaf." Kafisha menyesali tindakan lancangnya, hendak menggunakan fasilitas di kamar itu tanpa meminta izin dari Ardian terlebih dahulu. Ia menundukkan pandangan, tak berani membalas tatapan Ardian.
"Naik ke tempat tidur! Biar saya yang tidur di Sofa." perintah Ardian sekaligus mampu membuat Kafisha mengangkat pandangannya. Benarkah pria yang kini berdiri dihadapannya adalah Ardian Baskoro, ataukah pria yang hanya memiliki paras yang mirip dengan suaminya itu.
"Telingamu masih berfungsi dengan baik, bukan???." lanjut cetus Ardian ketika melihat Kafisha masih diam membatu di posisinya.
"Ba_baik pak." sahut Kafisha dengan suara terbata.
"Satu lagi..." Ardian yang berjalan ke arah kamar mandi menoleh sejenak pada istri keduanya itu. "Berhenti memanggil saya dengan sebutan bapak, karena saya tidak pernah menikah dengan ibu kamu!." cetus pria itu.
"Lalu, saya harus memanggil bapak dengan sebutan apa??? Om???."
Kedua bola mata Ardian membulat. "Om...?." cicit pria itu. "Memangnya sejak kapan saya menikah dengan Tante Kamu?."
Kafisha semakin bingung, terbukti dari gurat wajah cantik wanita itu saat ini. "Kalau begitu, saya harus memanggil anda dengan sebutan apa???."
"Gunakan panggilan yang sama seperti Irin memanggil saya!. sama seperti Irin, kau juga istriku, kalau kau lupa." tegas Ardian, kemudian kembali melanjutkan langkahnya memasuki kamar mandi.
Deg
Kafisha sampai tercengang mendengarnya. Mengapa Ardian ingin ia menggunakan panggilan yang sama dengan Irin, wanita yang sangat dicintai oleh pria itu.
Daripada terus memikirkan itu semua, Kafisha memilih segera naik ke tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lelah.
Keesokan paginya.
Di belahan bumi yang berbeda.
Irin baru saja keluar dari kamar perawatan Daddy-nya, berjalan melintasi koridor gedung menuju ke arah lift yang akan mengantarkannya ke lantai dasar dimana apotek berada.
Beberapa menit berselang, Irin melangkahkan kaki keluar setelah kotak besi tersebut mengantarkannya ke lantai dasar. beberapa langkah menjauh dari lift Irin baru tersadar ternyata resep yang akan di tebus di apotek ketinggalan di ruang perawatan, saat ia hendak mengeluarkan kertas resep namun tak mendapatkan keberadaan benda tersebut di dalam tasnya.
"Astaga... bagaimana aku bisa sampai lupa membawanya." sesalnya dengan menepuk jidat. Mau tak mau ia harus kembali lagi ke lantai empat untuk mengambil kertas resep yang tertinggal.
Baru saja memutar badan hendak kembali berjalan ke arah lift, pandangan Irin menangkap keberadaan seseorang yang baru saja memasuki lift. "Mas Handi." gumamnya dengan suara tercekat.
Dengan jantung yang berdetak kencang Irin berjalan cepat ke arah lift, hendak memastikan.
Irin menekan tombol lift, namun sayangnya kotak besi tersebut sudah lebih dulu bergerak menuju lantai empat. tidak ada pilihan lain, Irin berlari kecil ke arah tangga darurat. Ia sangat penasaran bercampur tak percaya dengan sosok tersebut.
Meskipun napasnya terengah-engah Irin terus menapaki satu persatu anak tangga menuju lantai empat dengan harapan bisa bertemu dengan pria itu. Setibanya di lantai empat, dari kejauhan Irin melihat pria tersebut keluar dari lift. Tak ingin sampai kehilangan jejak Irin pun kembali mengayunkan langkah, hendak menghampiri pria itu tapi sayangnya seruan seseorang membuat Irin mau tak mau menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara. "Mommy....." gumam Irin dengan langkah terhenti.
"Kamu ini bagaimana sih... mau menebus obat tapi kertas resepnya malah di tinggal."
Tadinya mommy ingin menyusul Irin guna mengantarkan kertas resep yang tertinggal, namun baru saja keluar kamar perawatan wanita paruh baya tersebut sudah melihat keberadaan putrinya. tanpa rasa curiga, wanita itu menyerahkan kertas resep kepada Irin.
"Sorry Mom, Irin lupa." Irin menerima resep dari Mommy, dan tanpa sadar wanita itu kembali mengarahkan pandangan ke arah menghilangnya sosok yang diikutinya tadi.
"Apa kamu sedang mencari seseorang???." tanya mommy seraya mengikuti arah pandang putrinya.
Sontak Irin menggelengkan kepala. "Tentu saja tidak Mom." mau tak mau Irin berdusta pada sang Mommy.
"Ya sudah, kalau begitu cepatlah tebus obat untuk Daddy, sebentar lagi waktunya Daddy minum obat." peringat Mommy sebelum pamit kembali ke kamar perawatan sang suami.
Setengah jam kemudian, Irin telah kembali ke kamar perawatan Daddy setelah menebus obat di apotek.
"Pria itu tidak mungkin mas Handi. Aku pasti terlalu lelah sampai berhalusinasi nasi seperti tadi." batin Irin. wanita itu mencoba berpikir rasional. Bagaimana tidak, sosok yang dilihatnya beberapa saat lalu merupakan sosok pria yang telah kembali ke pangkuan illahi sejak lima belas tahun yang lalu, dan Irin pun melihat dengan mata kepalanya sendiri jasad pria itu terbujur kaku di kamar jenazah sebuah rumah sakit setelah mengalami kecelakaan tragis.
"Ada apa denganmu??? Apa kamu merasa tidak enak badan???." Tanya Mommy menyaksikan putrinya duduk bersandar di sofa dengan wajah tak bersemangat.
"Sebaiknya kamu kembali saja di hotel untuk beristirahat, hari ini biar mommy yang menemani Daddy!!!." lanjut Mommy.
"Sebaiknya aku memang beristirahat dulu walau hanya sebentar, biar tidak kembali berhalusinasi seperti tadi." batin Irin lalu mengiyakan saran ibunya.
Jangan lupa dukungannya ya sayang-sayangku...biar aku makin semangat lagi ...😘😘😘
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...
aneh
jadi susah bedainnya kk Thor 😆🙏
seharusnya Ardian pindah ke kamar Kafisha ...
Ini kamar Ardian dan Irin gak pantes rasanya mereka tidur diranjang ini, apalagi Irin masih hidup.masih istri Ardian juga...
Kafisha dilamar sm irin untuk jadi madunya, karna anak lakinya suka sama kafisha
Gitu gak yaaa ?
Semakin seruuu ceritanyaaa, semangat terus thor 💪🏼
malang bener nasib mu Fisha....
kenak kehamilan simpatik ini si Adrian😆😆😆😆