NovelToon NovelToon
AKHIRNYA MENYESAL

AKHIRNYA MENYESAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pihak Ketiga / Pelakor / Balas Dendam
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.

Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.

Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.

Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu

mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KITA BERPISAH SAJA

Ternyata kalau hati sudah tertawan, sulit untuk menepisnya. Seperti Alex. Setelah Livia memergokinya kemarin, Alex berjanji dalam hatinya akan menjaga jarak dengan Ishana dan Keysha, demi keutuhan rumahtangganya.

Tapi saat Ishana meneleponnya dan mengabarkan kalau dirinya dan Keysha juga Syaira akan makan siang di mall dan mengundang Alex untuk gabung bersama mereka, hati Alex kembali goyah. Tanpa pikir panjang Alex menjanjikan akan datang.

Dan seperti yang Livia lihat, ternyata Alex merasakan kenyamanan bersama mereka. Dia lupa akan peringatan istrinya.

Berbanding terbalik dengan Livia, yang kini merasakan denyut sakit di dadanya. Airmatanya jatuh tak bisa berhenti. Hingga sebuah saputangan dari merk terkenal, terangsur padanya.

Sejenak isak Livia terhenti, kepalanya terangkat untuk mengetahui siapa gerangan pemilik saputangan itu.

"Hapus airmatamu yang berharga itu! Tak pantas kamu menangisinya."

Livia mengambilnya, lalu menghapus mata dan pipinya yang basah.

"Kenapa pak Sean ada di sini? Maaf saya nggak masuk kerja."

"Kita pergi dari sini untuk mencari tempat ngobrol yang nyaman." Ajaknya sambil menarik lembut tangan Livia.

Livia tak menolak, tapi saat baru saja berdiri, tiba-tiba perutnya terasa kram.

"Argh..." Livia mengerang sambil mencengkeram perutnya.

"Liv, kamu kenapa?" Tanya Sean khawatir.

"Perutku sakit, pak. Tolong bawa aku ke rumah sakit, aku tak mau terjadi apa-apa pada janinku." Ujar Livia sambil menahan rasa sakitnya.

Sean langsung menopang tubuh Livia yang mulai limbung. Wajahnya tegang, tapi tetap tenang dan sigap.

"Aku antar kamu ke rumah sakit sekarang, tunggu sebentar." ucapnya, lalu menelepon sopirnya untuk membawa mobilnya ke depan lobby mall.

Tak berapa lama Sean menerima telepon dari sopirnya yang memberitahu kalau dia sudah di lobby.

Tanpa pikir panjang, dengan lengan kokohnya Sean langsung membopong tubuh Livia. Untung saja letak lobby tidak terlalu jauh.

Livia menunduk, meringis menahan sakit yang makin menjadi. "Tolong... perutku... aku takut terjadi apa-apa pada janinku."

Begitu sampai di depan pintu kaca, sopir pribadinya yang sudah siaga membuka pintu belakang mobil hitam mewah. Tanpa buang waktu, Sean membantu Livia masuk, lalu ikut duduk di sampingnya.

"Langsung ke Rumah Sakit Sentra Medika. Lewat jalur cepat," perintah Sean pada sopir.

Mobil melaju mulus tapi cepat, membelah jalanan kota.

Di dalam, Livia mencengkeram tangan Sean, matanya basah. "Kalau... kalau terjadi sesuatu sama bayiku... aku-"

Sean menggenggam tangannya erat. "Enggak akan terjadi apa-apa. Kamu kuat. Janin kamu juga kuat. Fokus tarik napas dalam, ya?"

Livia mengangguk pelan, berusaha mengatur napas meski rasa nyeri masih mendera. Tangisnya tertahan, tapi air matanya tetap mengalir. Bukan cuma karena sakit... tapi karena hatinya juga ikut hancur.

Sesampainya di rumah sakit, tim medis langsung menyambut. Sean turun lebih dulu, membuka pintu dan membantu Livia, lalu menyerahkannya ke perawat dengan sigap.

"Dia sedang hamil dan mengeluh sakit perut hebat.

Tolong segera ditangani," ucap Sean tegas.

"Anda suaminya?" tanya salah satu dokter.

"Saya yang membawanya. Tolong utamakan penanganan dulu," jawabnya cepat, tidak ingin membuang waktu dengan klarifikasi.

Beberapa menit kemudian, dokter keluar. Sean langsung menghampirinya.

"Bagaimana keadaannya, dok?" Tanyanya. Raut wajah Sean terlihat tegang dan khawatir.

"Kondisi janin stabil. Ada kontraksi ringan karena stres. Tapi semuanya masih bisa dikendalikan dengan istirahat total."

Sean mengangguk lega. "Terima kasih, Dok."

Sementara itu, Livia sudah terbaring di ruang perawatan. Wajahnya pucat, tubuhnya lelah, tapi detak jantungnya mulai normal. Ia memejamkan mata, mencoba menepiskan kenyataan pahit yang sedang ia hadapi.

Di samping tempat tidur, Sean duduk diam.

Tatapannya lembut, penuh rasa khawatir. Ia tak berkata apa-apa, tapi kehadirannya terasa hangat dan tulus. Ssangat berbeda dengan seseorang yang seharusnya ada di

sini, namun malah memilih berada di tempat lain bersama

orang lain.

"Pak Sean, terimakasih sudah menolong saya." Ujar Livia lirih. Tapi matanya menatap kosong ke arah lain.

"Kamu sedang hamil? Berapa bulan?"

"Empat Minggu lebih."

"Lalu kenapa suamimu malah de..."

"Dia tidak tahu saya sedang mengandung anaknya."

Potong Livia cepat.

"Loh, kenapa?"

Livia terdiam. Air matanya kembali mengalir.

"Kemarin, saat saya pergi ke kantor mas Alex, niatnya untuk memberi kejutan padanya dengan memberitahukan kehamilanku. Tapi saat saya tiba di sana, ternyata malah saya yang diberi kejutan. Mas Alex tengah bersama perempuan itu dan anaknya."

"Sorry, anak kecil itu, anak Alex?"

Livia menggeleng.

"Bukan. Tapi Alex sangat menyayanginya, karena dia sudah mendambakan menjadi ayah."

"Lah, kan sebentar lagi dia juga akan menjadi ayah."

Livia kembali menggeleng kuat meski badannya masih terlihat lemah.

"Dia tak akan tahu selama sikapnya belum berubah, selama dia masih memilih menghabiskan waktunya dengan mereka. Jadi tolong, jangan ada siapapun yang tahu tentang kehamilan saya. Ku mohon!"

Sean menatap Livia serius. "Tapi bagaimana caranya, Liv? Sekarang kamu harus rehat di rumah sakit, Alex pasti akan tahu."

"Tidak! Saya akan memberitahu dia, kalau saya sedang tugas ke luar kota."

Alex terdiam. Tapi dia tak tega untuk membantah permintaan bawahannya ini, sekaligus wanita yang dikaguminya.

"Baiklah aku akan menjaga semuamya. Kamu tenang saja, jangan berpikir terlalu keras. Jaga saja kesehatan kamu dan jaminmu."

Livia mengangguk sambil mengulas senyum tipis.

"Terimakasih..." Ujarnya lirih.

"Ya sudah, kamu istirahat, saya pulang dulu mau mandi dan ganti baju. Nanti ke sini lagi"

Sean bangkit dari duduknya. Tapi sebelum benar-

Benar berlalu Livia berkata lagi.

"Pak, anda tidak perlu ke sini lagi, saya tidak ingin merepotkan anda."

"Lalu siapa yang akan menemanimu di sini?

Bukankah kamu tidak ingin ada yang tahu kalau sedang hamil?"

Sean cepat-cepat melangkah pergi sebelum Livia kembali membantah.

Dan benar saja, malamnya Sean kembali datang. Dia bahkan menginap di rumah sakit dan melayani Livia dengan telaten.

Saat siang hari, Sean meminta salah satu asisten rumahtangganya yang membantu dan menemani Livia.

Begitulah selama beberapa hari Livia di rumah sakit, Sean lah yang sibuk menemani dan memberi perhatian pada Livia. Meski merasa tidak enak, Livia tak memungkiri bahwa perhatian dan kebaikan Sean memberinya sedikit ketenangan. Setidaknya, ia tak merasa sendiri di tengah situasi yang begitu sulit.

Di sisi lain, Alex yang beberapa hari lalu mendapat pesan dari Livia akan tugas luar kota, merasa sangat kesal.

"Kamu memang tak akan pernah bisa berubah, Liv. Maka jangan salahkan aku jika aku sudah terlanjur nyaman dengan mereka." dalam hatinya Alex tetap menuduh Livia.

"Apakah ini benar-benar akhir dari rumah tangga kita, Liv? Mungkin kita memang harus berpisah?"

Malam itu, di malam terakhir Livia di rumah sakit, Alex yang tak tahu apa-apa tentang kondisi Livia, terus

Berpikir mengenai kelangsungan rumah tangga mereka. Hingga ia sampai di satu keputusan, keputusan yang kelak akan merubah hidup mereka.

Siang itu Livia pulang ke rumah setelah beberapa hari dirawat. Meski masih sedikit lemah, ia sudah siap menghadapi segalanya. Meskipun harus terjun ke dalam kepahitan hidup. Tapi ia bertekad, akan menjaga buah hatinya kelak jika sudah lahir. Akan memberikan kasih sayang dan perhatian penuh, meski mungkin tanpa kasih sayang ayahnya, yang kini memang sudah semakin sulit terlepas dari gadis kecil yang bernama Keysha itu.

Livia langsung menuju kamarnya. Di dalam terlihat rapi. Dan di dalam lemari pun hanya ada pakaian serta barang-barang pribadi miliknya saja. Tak ada satupun milik Alex.

"Berarti kamu masih tidur di kamar tamu, mas." Bisik Livia, pilu. Lalu ia pun merebahkan tubuhnya di ranjang.

Sore harinya Alex pulang dari kantor. Livia keluar dari kamar dan mereka berpapasan di ruang tengah.

"Liv, kamu sudah pulang?" Tanyanya basa-basi sambil lewat dan masuk ke kamar tamu. Sikapnya terlihat dingin.

"Iya mas, tadi siang." Jawab Livia singkat. Lalu pergi ke dapur menuangkan air mineral dari dispenser ke dalam gelas untuk Alex dan meletakkannya di atas meja bar.

Livia duduk di situ sambil menunggu Alex ke luar.

Lima belas menit kemudian Alex keluar dalam keadaan sudah segar.

Dia menghampiri Livia dan duduk di hadapannya.

Setelah minum, sejenak dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Kita harus bicara, Liv. Ada yang ingin aku sampaikan padamu." Ujarnya, membuka pembicaraan.

Livia menatapnya. Nalurinya berbisik, bahwa akan terjadi hal besar diantara mereka. Tapi sekarang Livia sudah lebih siap, apapun yang akan dikatakan Alex.

"Tentang apa?" Tanyanya dengan suara bergetar.

Alex tak langsung menjawab. Tapi memalingkan wajahnya ke tempat lain. Dia harus menyampaikan ini. Tapi jika sambil menatap wajah Livia, dia yakin kalimat yang sudah tersusun rapi di otaknya akan berantakan lagi.

"Kita berpisah saja!"

1
Ayudya
ayolah buat nathali jerah dan ga nganggu keluarga kecil mu lagi
Mundri Astuti
ga bisa dibiarin ni mah Sean ...kudu dibikin kapok
Ayudya
nat niat iri dan akan menghancurkan mu
Dila Dilabeladila
sukurin dan lo akan lebih menyesal pafa saat tau klu itu anak lo.behhhhhhhh
Hasri Ani: sabar saaaay sabaaar🤣🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
maem tu sesal lex🤣🤣🤣🤣🤣
Hasri Ani: 🤣🤣penyesalan emang sllu belakng say.. klw di awal itu pendaftaran nmnya🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
lah siapa lagi tu yg teriak teriak kayak tarzan
Ejan Din
punya niat jd pelakor
Ayudya
seru dan menarik
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
dih lu yg mandul
kalea rizuky
hahahaah mampus lu lek istri lu g ada rahim
kalea rizuky
woy Sean putusin dlu lampir serakah jg lu mau dketin Livia kok masih punya pcr mana mau livia
kalea rizuky
dih siapa loe lek ngatur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!