Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Pada siang hari itu Gilbert memutuskan untuk melaporkan kejadian ke Duke Lux. Duke Lux yang mendengar laporan hanya bisa menghela napas.
“Sharon diserang!? … Apa kau sudah punya petunjuk, Gilbert?”
“Saya punya petunjuk,” ucap Gilbert. Ia berjalan mendekat dengan sopan, meletakan sebilah pisau di meja Duke.
Sebuah Pisau tajam, tanpa ganggang dengan lambang khusus di bilah pisaunya. Terlihat sangat jernih serta tajam.
“Apa ini?” Duke awalnya bingung, ia meraih pisau dan memperhatikan senjata dengan seksama, setelah menyadari bentuk lambang ia baru terkejut. “Lambang ini kan, jangan bilang!”
“Ya. Tuan sepertinya sepemikiran dengan saya. Lambang ini adalah asosiasi Baskary—kelompok yang terdiri dari 10 keluarga bangsawan terbesar di dunia, memiliki ini berarti lawan adalah … salah satu dari anggota Baskary. Sekarang masih belum bisa saya tebak, dari keluarga bangsawan mana.”
“Kerja bagus, Gilbert.” Duke Lux tersenyum. “Apa kamu yang mendapatkan pisau ini?”
Gilbert menggelengkan kepala. “Bukan, saya. Ini semua berkat Nona Sharon.”
“sharon?”
“Yup. Nona Sharon tahu bahwa dirinya diincar. Dia membawa pedang untuk berjaga-jaga. Lalu penyerangan tarjadi, dia dibawa ke atas atap. Saat musuh ingin menyerang, menikamnya, Nona sharon menahan serangan dengan pedang dan membuat pisau ini jatuh.”
“Jadi dia melanggar aturan. Tapi ya sudah, kali ini akan ku anggap sebagai tindakan perlindungan diri.”
Duke Lux menghela napas sebelum melanjutkan. “kerja bagus Gilbert. Aku juga akan membantu dalam penyelidikan ini. Kamu sudah boleh kembali.”
Gilbert menundukkan kepala. “Baik dimengerti, tuan duke.”
…
Tolong … jangan buat saya kehilangan anda.”
Ucapan itu masih terngiang di benaknya. Sharon Lux, gadis berambut merah itu kini sedang menikmati air hangat dengan berendam di bak.
Sekujur tubuhnya terasa lelah, banyak hal terjadi baru - baru ini. Tapi dia berhasil melewati semuanya.
Yang paling mengejutkan adalah perkataan Gilbert tadi malam, kenapa dia mengatakan hal tersebut? Terlebih dengan wajah sedih?
Tiba-tiba saja, wajah gadis itu terasa memanas. Bukan efek dari berendam, namun dari perasaan lain.
“Apa yang kau lakukan…? Apa yang kau pikirkan… sampai kau seperti ini…?”
Perkataannya kembali terngiang. Malam hari itu, dia memeluknya begitu erat—meski demi melindunginya, tapi Sharon dapat merasakan kehangatan pribadi darinya. Ia pun merona, jantungnya berdetak kencang.
Gilbert Nightray, sungguh seorang pria yang tidak bisa ditebak. Padahal ia adalah karakter yang seharusnya mengeksekusi sharon, namun ironisnya dia juga yang paling banyak melindunginya.
Sharon menggelengkan kepala, memukul air untuk menghilangkan perasaan tidak jelas ini. Soalnya, baru kali ini dia bisa dekat dengan lawan jenis, walau mungkin Gilbert menganggap ini sebagai hanya tugas.
“Apa Sih yang kupikirkan?” gumam sharon.
Selesai dengan mandi, ia pun bergegas mengganti pakaian, lalu berjalan menuju kamarnya lagi.
Sosok pelayan yang biasanya mengikutinya hari ini sedang tidak ada, berkat kejadian kemarin dia melaporkan kejadian.
Althea dan Leon juga sudah kembali ke kediaman Duke.
Sharon hanya sendiri. Rasanya sedikit sepi.
Kediaman ini masih sama seperti biasa, beberapa pelayan sedikit ketakutan mendekatinya, walau beberapa mulai melunak, tapi masih banyak yang ketakutan, terutama dengan kejadian kemarin malam.
“Eh, kalian tahu … tampaknya nona Sharon diincar oleh seseorang.”
“Ya. Ini pertama kalinya kediaman kita diserang.”
“Aku takut!”
“Semua gara gara dia …”
“Sebenarnya aku agak takut mengatakan ini … bukankah lebih baik nona Sharon pindah di kediaman lain saja? Seseorang jelas mengincarnya, kalau gini terus kita juga bisa kena …”
“Bodoh kecilkan suaramu! Dia mendengarkan.”
Suara memang terdengar seperti bisikan, tapi tentu masuk di telinga Sharon. Gadis itu hanya bisa pasrah, akan bohong dia tidak memikirkan hal ini. Ia hanya bisa menghela napas.
Sejak masuk ke kediaman ini dia berusaha memunculkan vibe baik, menyapa beberapa pelayan, membantu mereka memasak, dan lain - lain.
Beberapa dari mereka mulai melunak, tapi sebagian besar masih berspekulasi bahwa Sharon berpura baik dan merencanakan sesuatu.
Puncaknya di kejadian tadi malam. Penghuni sini makin ketakutan olehnya.
“Nona Sharon!”
Seseorang memanggilnya. Berlari di kerumunan. Seorang gadis pendek, berambut hitam sebahu dengan mata coklat tampak terlihat khawatir.
Sharon mengerutkan kening, mencoba mengingat siapa mereka, tapi karena kapasitas ingatan yang kecil, ia butuh memproses dengan lama.
Ah, sekarang dia ingat! Dia Emilia pelayan yang pertama kali memandu dia di kamar.
Emilia mengatur napasnya. Sebelum berkata, “apa nona baik-baik saja? Apa nona terluka?”
Emilia meraba-raba, melihat sekujur tubuh Sharon untuk memastikan tubuh nonanya tidak terluka.
“Aku baik-baik saja,” jawab Sharon.
“Syukurlah, saya sangat khawatir mendengar bahwa anda di serang tadi malam. Maaf karena saya tidak bisa membantu!”
Ia menundukkan kepala.
Tindakan ini langsung menjadi bahan perbincangan orang-orang, beberapa berbisik bisik kalau Emilia sedang mencari muka di depan Sharon.
Sharon sedikit sebal. Ia tidak masalah mendengar bahwa dia diolok - olok, tapi tidak dengan temannya.
Ia jadi naik darah! Sejak awal dia merasa lingkungan tempat ini agak toxic, mungkin mereka harus tahu siapa yang berkuasa disini.
Persetanan dengan citra baik!
“Kalian ini—”
Saat Sharon ingin berbicara, seseorang terlebih dulu bersuara.
“K-kalian …”
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor