NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Om Tampan

Gadis Kesayangan Om Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rita Tatha

Berawal dari ganti rugi, pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi. Seiring waktu, tanpa sadar menghadirkan rindu. Hingga harus terlibat dalam sebuah hubungan pura-pura. Hanya saling mencari keuntungan. Namun, mereka lupa bahwa rasa cinta bisa muncul karena terbiasa.

Status sosial yang berbeda. Cinta segitiga. Juga masalah yang terus datang, akankah mampu membuat mereka bertahan? Atau pada akhirnya hubungan itu hanyalah sebatas kekasih pura-pura yang akan berakhir saat mereka sudah tidak saling mendapatkan keuntungan lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Brian kembali masuk kamar. Menatap Lily yang sedang tertidur pulas. Seolah tanpa beban. Jika diam seperti ini, Lily terlihat cantik karena lebih banyak diam. Dengan gerakan perlahan, Brian naik ke ranjang. Tidur di sebelah gadis itu. 

Tanpa sadar, tangan Brian mengusap lembut pipi Lily yang masih cukup terlihat memerah. Hatinya merasa kesal. Seberapa kuat tamparan itu sampai membuat Lily terluka. Walaupun Yasmin sudah mendapat balasan tiga kali lipat, entah mengapa, Brian tetap merasa tidak ikhlas melihat Lily terluka. 

"Aku tidak menyangka kalau kamu adalah gadis yang sangat pemberani." Brian tersenyum simpul. Rasanya ingin mencium bibir gadis itu. Seperti apa yang terjadi tadi. Bayangan saat bibir mereka beradu membuat Brian terus terngiang-ngiang. Ia pun menggeleng cepat. Berusaha menghilangkan godaan tersebut. 

Tangan Brian meraih ponsel di nakas dan menghubungi Yosep. 

"Tuan, ada apa? Bukankah Anda ...." 

"Cari tahu ada hubungan apa antara Lily dan Arvel saat masih di SMA. Kenapa aku merasa Arvel memiliki perasaan tidak biasa kepada LiLy?" 

"Tuan, apakah Anda yakin akan melakukan itu? Jika memang mereka memiliki hubungan, bukankah itu hanya sebatas masa lalu. Lagi pula, Anda dan Nona Lily hanyalah kekasih pura-pura, sepertinya Anda tidak perlu berbuat sampai sejauh itu." 

Brian sungguh geram mendengar ucapan asistennya. "Yosep, memang siapa di sini yang bosnya." 

"A-Anda, Tuan. Mana mungkin saya." 

"Kalau begitu, ikuti perintahku tanpa banyak mendebat. Kalau kamu tidak mau, Farhan bisa menggantikanmu ...." 

"Baik, Tuan. Besok akan saya cari tahu hubungan mereka. Saya tidur dulu, Tuan. Selamat malam." 

Panggilan itu terputus. Brian dengan kasar menaruh ponsel di atas nakas. Lalu menarik selimut sampai sebatas dada. Saat sadar bahwa masih ada Lily di dekatnya, Brian pun segera memiringkan tubuhnya dan memeluk gadis itu erat sampai akhirnya mereka berdua sama-sama tertidur lelap. 

***

"Aaaaaaaa!!!!" Teriakan Lily yang melengking membuat Brian tersentak. Ia yang masih berkelana dalam mimpi akhirnya terbangun dengan paksa. 

"Ada apa?" Brian menepuk kepala perlahan karena rasanya begitu pusing. 

"Om, kenapa elu ada di sini? Apakah semalam kita ...." 

"Kenapa? Semalam kamu yang merayuku. Bahkan, kamu sangat agresif," balas Brian sambil tersenyum menggoda. 

Lily diam. Wajahnya nampak lesu. Bahkan, tatapan matanya terlihat begitu sayu. Hal itu membuat Brian merasa sangat khawatir. 

"Apa kamu baik saja?" 

Lily menggeleng untuk merespon pertanyaan Brian. Berusaha mengingat yang terjadi semalam. Setelah makan, ia merasakan tubuhnya panas. Lalu meminta Brian untuk menolongnya. Lily hanya bisa mengingat sekilas saja. Hanya sampai ia dan Brian berciuman. Setelahnya, ia tidak mengingat apa pun lagi. 

"Om, apakah semalam kita ...." 

Brian tersenyum simpul. Lalu mengusap pipi Lily perlahan. Bekas tamparan itu, tidak semerah semalam. 

"Memangnya kamu mengharapkan kita melakukan apa?" tanya Brian makin merekahkan senyumnya.

"Om, semalam gue ngerasa enggak beres. Si Mak Lampir ngerjain gue. Terus gue inget kalau minta bantuan sama elu. Badan gue enggak nyaman semalam." Lily diam. Lalu menatap Brian sangat lekat. "Om, apakah semalam kita melakukan hubungan terlarang?" 

"Apa kamu pikir aku ini pria brengsek?" Brian mengusap puncak kepala Lily dengan gemas. "Walaupun aku ini pria dewasa, tapi aku tidak akan melakukan hal yang buruk pada anak gadis orang."

"Lalu, bagaimana bisa gue ganti baju? Terus, dari novel yang gue baca, film yang gue lihat. Saat seseorang berada dalam pengaruh obat perangsang maka penawarnya adalah ...." 

"Penawarnya apa?" 

"Bercinta." 

Cetuk! 

Lily tersentak ketika Brian sudah menyentil keningnya cukup keras. Membuatnya terkejut.

"Berhentilah menyamakan hidup ini dengan drama maupun novel. Memang, seharusnya penawar dari obat perangsang itu adalah bercinta. Tapi aku tidak mungkin melakukan itu. Aku sudah berjanji pada ayahmu bahwa akan menjagamu. Bukankah pria sejati tidak akan pernah ingkar janji?" kata Brian panjang lebar.

"Terus gimana elu ngganti baju gue." Lily menarik selimut sampai menutup dada. 

Brian menghela napas panjang dan menceritakan perihal semalam.

***

"Aku hanya membantumu saja." 

Setelah melepas kemeja yang dikenakan. Brian mengangkat tubuh Lily. 

"Om ... ini nyaman sekali." 

Lily semakin tidak terkendali. Apalagi sekarang ia sudah bersentuhan dengan kulit Brian. Rasanya semakin menjadi-jadi. Lily merangkul leher Brian dengan sangat kuat. Bahkan, menggigitnya hingga membuat Brian meringis kesakitan. 

Sentuhan itu sungguh membuat Brian pun mulai memanas. Apalagi Lily terus berusaha mencium bibirnya. 

"Gadis kecil, jangan terus memancingku." 

Brian menaruh Lily di bath-up yang berisi air dingin. Menunggunya dari pinggir. Rasanya tidak tega saat Lily belingsatan di sana. Sambil terus meminta tolong. 

"Om, tolong gue. Ini dingin sekali." Lily hendak bangkit, tetapi Brian menahan. "Om, tolong gue. Jangan jahat dari orang!" 

"Maafkan aku. Ini salah satu cara penawar obat itu. Aku tidak mungkin merusakmu." 

Setelah itu, Lily pun mulai kedinginan dan memejamkan mata. Brian kembali membopong Lily menuju ke tempat tidur. Menyuruh pelayan wanita untuk membantu Lily berganti pakaian. 

***

"Ohh, jadi semalam kita tidak melakukan apa pun?" gumam Lily lirih. 

"Memangnya kamu berharap aku melakukan apa padamu? Apa kamu mau ...." 

"Eh, enggak!" Lily menutup dada. Merasa takut ketika melihat tatapan Brian yang begitu licik. "Jangan macem-macem, Om. Atau gue bakal teriak!" 

"Silakan saja. Sekeras apa pun kamu berteriak, tidak akan ada yang mendengarmu. Ruangan ini, sudah dipenuhi dengan peredam suara." 

"Mampus gue!" 

"Semalam kamu datang ke sini, kenapa tidak mengajakku?" 

"Buat apa? Ini cuma cara reuni biasa. Lagian, Om juga ngapain di sini? Buntutin gue ya?" Lily menunjuk wajah Brian membuat lelaki itu ingin sekali menggigitnya. 

"Percaya diri sekali! Aku di sini karena nanti akan ada pertemuan bisnis. Jadi, aku sengaja menginap. Tidak disangka kita bertemu di sini." 

"Masa sih? Apa jangan-jangan kita jodoh, Om?" gumam Lily. 

"Bisa jadi." Brian menyahut cepat sambil tersenyum genit. Lily berdecih, menepuk pipi Brian untuk meluapkan kekesalan. "Kenapa kamu terlihat kesal seperti itu? Apa aku salah bicara?" 

"Enggak papa. Gue mau pulang. Ayah pasti cemas. Lagi pula, gue harus kerja." Lily hendak bangkit. Namun, ditahan oleh Brian dengan cepat. 

"Kamu istirahat saja. Tunggu sampai aku selesai bertemu klien, aku akan mengantarmu pulang. Soal ayahmu, aku sudah meminta izin." 

"Lalu Pak Rama?" 

"Tenang saja. Rama sialan itu sudah pasti akan memberi kamu izin. Bahkan, kalau kamu mau cuti pun, dia pasti mengizinkan atas perintahku." 

"Astaga, sombong sekali. Emangnya Om kenal dekat sama Pak Rama?" 

"Bukan hanya kenal, kami berteman baik sejak kecil."

"Jadi, Om tahu kalau Pak Rama itu orangnya sangat disiplin. Bahkan, gue enggak boleh telat meski satu menit kecuali ada alasan tertentu." 

"Bukankah aku sudah bilang kalau kamu tenang saja. Kamu ini terlalu banyak bicara. Sekarang tidur lagi saja." 

Brian mendengus. Ia seperti mencium sesuatu. Bau busuk! 

"Kenapa, Om?" 

"Apa kamu mencium sesuatu? Seperti bangkai tikus."

"Enggak!" 

"Apa hidungku bermasalah?" Brian mengusap hidungnya. 

Lily terkekeh. 

"Kenapa tertawa?" 

"Om, sebenarnya gue kentut! Hahaha." Lily dengan sengaja menutup Brian dengan selimut. Tidak peduli meski pria itu sudah terbatuk-batuk dan hampir saja pingsan. 

1
Reni Anjarwani
seru
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Restoran sengaja ditutup khusus untukmu Lily 🤗
Rahma Inayah
ines mash.marh Krn arcel suka SM Lily BKN dgn ines.btian sebrnya mau lamar Lily tp masih mentingin ego nya hal hasil berubah JD kado ultah
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Brian mulai mencintai Lily 🤭
Rahma Inayah
knp jg ines i hrs marah SM Lily yg gak tau apa2 lagian pula Lily GK PNY rasa SMA arvel dia sdh cnt.sm Brian
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar Ly
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Hadeuh kenapa dikasih tau 🤫
Anna Adjah
jangan lama² upnya thorrrrr
Rahma Inayah
kasian ines patah hati
Rahma Inayah
bukan obat nyamuk tp pengganguran km
Anna Adjah
thorrrrrr kok lama sih upnya,,ku dah bolak balik nyariin eh baru ketemu hari ini.
Othor Kalem Fenomenal: maaf kak
kemarin habis berduka jadi lama tidak nulis. ini aja belum terlalu fokus
tapi nanti diusahakan update tiap hari lagi 🙏
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
dasar Lily 🤣🤣🤣
Anna Adjah
kok nggak up lagi thor?
Eli Aryanti
Padahal Brian sudah ngomong mau ikut Lily menemani Rama .....
kenapa Lily begitu syok melihat Om tampan datang yang ikut hadir dimalam itu 🤦
Othor Kalem Fenomenal: Lily pergi sama Rama, enggak mau Brian ikut. makanya syok lihat Brian juga datang 🤭
total 1 replies
Anna Adjah
lanjutttt thorrrrrrrrrrrr
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
waduh 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Telat 😏
Rahma Inayah
lanjut kn
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Lily jadi rebutan 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!